Mohon tunggu...
Anatasia Wahyudi
Anatasia Wahyudi Mohon Tunggu... Freelancer - i am dreamer!

Ordinary people and stubborn

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Everyday Sexism: Stop Telling Women to Smile

31 Juli 2022   06:24 Diperbarui: 31 Juli 2022   06:27 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali, saya ditegur oleh beberapa orang termasuk dari laki-laki yang meminta saya untuk tersenyum. Harus diakui, saya memang jarang sekali melakukannya.

Bisa jadi, maksud mereka baik. Akan tetapi, tidak seharusnya memaksa kita untuk melakukan hal yang tidak diinginkan. Ini amat menjengkelkan.

Mengutip Mashable, pelanggaran yang tampak tidak bersalah ini dikenal dengan istilah agresi mikro, yakni komentar atau tindakan disengaja atau tidak disengaja yang ditujukan terhadap seseorang. Biasanya orang itu bagian dari kelompok terpinggrikan seperti perempuan.

Agresi mikro bukan agresi penuh. Dampaknya juga tidak terlalu terlihat, misalnya depresi dan kecemasan.

Profesor psikologi dan peneliti tentang dampak agresi mikro, Dr. Kevin Nadal menyelaskan, agresi mikro dapat terakumulasi sepanjang hidup seseorang, berdampak pada hubungan dengan keluarga, dan fungsi penting, misalnya tidur. Karena daampaknya bisa bertahan seumur hidup, maka sangat penting bagi kita semua untuk menyadari dan menghindari instruksi semacam ini.

Banyak perempuan yang mengalaminya. Bahkan, tak peduli itu setelah mereka mengalami hari yang melelahkan atau memiliki masalah tersembunyi.


Mengatakan kepada seorang perempuan untuk tersenyum adalah bentuk pelecehan dan seksisme berbahaya karena orang-orang sering mengklaim bahwa itu tentang sopan santun dan keramahan.Bagaimana jika dibalik? Perempuan meminta mereka untuk tersenyum, tak peduli apa pun masalah yang mereka hadapi. Namun, kami tidak bisa melakukannya karena sadar betul, perempuan diperlakukan sebagai objek yang dipercayai harus bersikap menyenangkan.

Bintang kelas dunia, Victoria Beckham pun sempat menjadi bahan olok-olokan karena tidak pernah tersenyum di hadapan publik dan banyak yang mengira jika dia tidak bahagia.


Kita bukan anak-anak. Namun, ekspektasi gender semacam ini menuntut ekstra kepada perempuan untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Ini juga bisa menjadi jebakan agar membuat perempuan tampak menarik dan menyenangkan. Setelah kami tersenyum, akan ada pelecehan selanjutnya, "Nah, gitu kan cantik. Coba lain kali pakai pakaian yang lebih feminim."

Sedangkan, melansir Huffpost, penulis dan aktivis, Bene Viera mengatakan, laki-laki menyuruh tersenyum karena masyarakat mengkondisikan mereka berpikir jika perempuan hadir untuk dipandangi dan mendapatkan kesenangan.

"Laki-laki disosialisasikan untuk percaya mereka memiliki kendali atas tubuh perempuan. Hasilnya, mereka memberikan instruksi tentang bagaimana kita seharusnya melihat, berpikir, dan lakukan," katanya.

Faktanya, kebanyakan perempuan yang diberi instruksi ini sudah berumur dewasa dan layak menentukan sikap. Lagi pula, senyum atau tidak adalah bentuk ekspresi yang terhubung dengan suasana hati. Sehingga memintanya tersenyum tidak akan mengubah apapun, justru bisa memicu smilling depression. Akhirnya, mereka menutupi luka, penderitaan, dan kesedihannya dengan senyuman. Apakah ini menyenangkan bagi kalian?

Jika ada yang memintamu untuk tersenyum, katakan kepadanya, "Ekspresi wajahku bukan urusanmu". Perempuan hidup bukan untuk menyenangkan laki-laki.

So, please stop telling women to smile!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun