2. Harvard Business Review merangkumkan bahwa "kekayaan itu mengisolasi... Secara psikologis, memperoleh kekayaan dan lebih umum lagi kepemilikan yang menandakan status tinggi membuat manusia ingin mnejauhi dirinya dari orang lain. Ini mungkin karena perasaan persangan dan keegoisan... Mungkin juga karena sederhananya, orang kaya tidak membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan hidup seperti yang dilakukan oleh orang yang lebih miskin."Â
Meski begitu, apapun alasannya, semakin banyak kekayaan yang didapat, semakin sedikit oranng menghargai hubungan sosial dan buruknya, itu akan menggerogoti kesejahteraan hidup secara menyeluruh.
3. Lebih banyak uang, lebih banyak pekerjaan yang dilakukan. The Atlantic mencatat jika laki-laki kaya raya di AS adalah pecandu kerja. Mereka bekerja jauh lebih lama dibanding laki-laki miskin di AS dan laki-laki kaya di negara maju lainnya.Â
Moneyish menyebut jam kerja yang panjang berfungsi sebagai hak membual bagi orang terkaya.
Masalah yang muncul ialah saat waktu yang dihabiskan lebih banyak untuk pekerjaan, keluarga akan terabaikan. Ditambah, psikolog Crystal Lee mengatakan umumnya pekerjaan dan promosi dengan gaji lebih tinggi akan mendatangkan tanggung jawab dan stres yang lebih banyak.
Selain itu, dikutip dari The Sydney Morning Herald, Profesor psikologi di Deakin University, Lina Ricciardelli menyampaikan status sosial yang tinggi dapat menjadi faktor risiko kecemasan dan depresi.
"Keluarga-keluarga ini seharusnya menjadi keluarga paling bahagia di alama semesta, bukan? Pepatah lama bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan itu benar. Bahkan mungkin itu memberikan Anda beberapa masalah," kata Lina.
Menariknya, anak dari keluarga kaya merasa cemas dan depresi akibat dari tekanan yang diberikan oleh orang tuanya atas tuntutan prestasi yang diharapkan.Â
Direktur layanan psikologis di Black Dog Institute, Vajaya Manicavasagar mengatakan orangtua yang fokus pada hasil membuat anak-anaknya merasa kebutuhannya tidak terpenuhi.
"Beberapa anak bisa menarik diri ke dalam cangkangnya dan menjadi depresi atau cemas. Anak-anak lainnya akan memberontak dengan hal itu," ungkap Vijaya.
Kepala eksekutif kelompok kesehatan mental pemuda Generation Next, Ramesh Manocha menuturkan keluarga kaya sering dipimpin oleh orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya.