Mohon tunggu...
Anastasya
Anastasya Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa- pelajar

Book,Literature

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gambaran Psikologis Korban Pelecehan Seksual Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud pada Fase Genital

14 November 2023   14:12 Diperbarui: 14 November 2023   14:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini berita mengenai pelecehan seksual sering menjadi trending topik di berita-berita lokal harian dan internasional. pelecehan seksual merupakan sebuah tindakan atau perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, menyerang tubuh, atau fungsi reproduksi seseorang yang menyebabkan gangguan mental pada psikis seseorang. Data pada tahun 2023, Mengutip dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, angka kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 23.532 korban. Angka pelecehan seksual pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Pada wanita, angkanya mencapai 20 ribu per 756 korban, lebih tinggi dibandingkan pria yang sebesar 4 ribu per 858 korban. Maka dari itu, perlu diketahui alasan jika seorang wanita lebih mudah menjadi korban kekerasan seksual.

Sumber: Halodoc
Sumber: Halodoc

pelecehan seksual merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan sampai sekarang di indonesia. kita dan seluruh lapisan masyarakat harus menyatakan " tidak untuk pelecehan seksual".

Pada artikel kali ini saya akan mencoba untuk mengaitkan penyebab seseorang melakukan pelecehan seksual dengan teori psikoseksual pada fase genital yang dikemukakan oleh sigmund freud. Dimana perkembangan organ seksual dan hormon seksual mulai aktif sehingga sudah menikmati aktivitas seksual secara sadar.

Pelecehan seksual di dominasi oleh korban perempuan karena posisi perempuan dalam kehidupan sosial ternyata belum sejajar dengan laki-laki, kekuatan faktor sosial, kultural, dan institusional yang menempatkan perempuan lebih rendah daripada laki-laki. adanya budaya patriarki menciptakan stereotip tertentu terhadap perempuan yang menyebabkan kekerasan seksual dapat terjadi. Dalam paradigma feminisme radikal, patriarki dianggap sebagai bentuk persetujuan laki-laki terhadap perempuan yang paling mendasar. Perempuan dianggap sebagai harta milik laki-laki, yang harus dapat diatur sedemikian rupa, baik dalam berperilaku maupun berpakaian. Ditambah lagi, patriarki juga menempatkan perempuan yang tidak setara dalam struktur masyarakat bahwa sistem sosial patriarki menimbulkan kerugian bagi perempuan karena dianggap menghalalkan pelecehan seksual.

Kasus pelecehan seksual seringkali yang disalahkan adalah korban dari pelecehan seksual itu sendiri karena Biasanya, masyarakat menyalahkan cara berpakaian yang terbuka sehingga mengundang hawa nafsu lawan jenis. Hal ini disebut dengan blaming korban. Victim blaming adalah sebuah tindakan dimana seseorang cenderung menuduh dan menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh pelaku merupakan akibat dari tingkah laku korban.

kesimpulan bahwa pelecehan seksual dapat mempengaruhi kondisi mental dan psikis seseorang   karena pengalaman traumatis yang mereka alami dapat menyebakan depresi,stress,kecemasan dan sangat berpotensi merusak harga diri dan merusak hubungan intrapersonal denga masyarakat sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun