Ekspresi seksual juga demikian. Ada hari pengennya tampil "feminin", ada hari pengen pakai celana panjang. Belum lg dengan pilihan warna dan variasi bahan pakaian lainnya.Â
Kalau mau menelaah lebih jauh, walaupun LGBT dijadikan satu payung, namun karakteristik dan kebutuhan setiap kelompok sebenarnya berbeda-beda. Memahaminya harus satu per satu.Â
Proses memahami, menelaah dan meneliti (to research and to examine) dilakukan lewat rasa ingin tahu serta penghargaan pada martabat manusia. Yang pasti, tidak bisa dilakukan kalau sudah ada judgement/penilaian di awal.Â
Bagi yang familiar dengan metode penelitian, perjalanan memahami diawali dengan pertanyaan bukan pernyataan. Dengan hipotesa yg kemudian diuji, bukan dengan hukuman.Â
Hari-hari ini saya belajar menghargai keberagaman argumen dan pendapat. Hari-hari ini saya juga mempelajari posisi saya terhadap topik ini. Saya beragama tapi juga knowldge-seeker. Orangtua saya mengajarkan untuk selalu mencari tahu sebelum melakukan penilaian. Mencari tahu lewat referensi kredibel dan terpercaya, juga lewat dialog dan diskusi dua arah.Â
Karenanya daya kritis dibarengi dengan spiritualitas dan spiritualitas dibarengi dengan daya kritis. Sehingga terjadi siklus pencarian, pemaknaan dan pengetahuan yang mungkin baru selesai ketika nanti mati dipanggil pulang. Memahami hal yg sama pun krn proses hidup, bisa jadi berbeda atau lebih dalam pemaknaannya. Itulah hidup.Â
Sambil menunggu waktu itu, roda pencarian, pemaknaan, pemahaman dan pengetahuan pada diri saya setidaknya, akan terus berputar.
[caption caption="Salah satu penemuan literatur di jurnal penelitian Proquest saat mencari tentang studi terhadap LGBT. Dokpri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H