Mohon tunggu...
Anastasia Satriyo
Anastasia Satriyo Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Magister Profesi Psikolog Klinis Anak yang gemar membaca, menonton dan menulis. \r\nMenyukai seni, sastra, bahasa, politik, budaya, pertumbuhkembangan anak dan manusia, serta segala segi kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Refleksi Studi Literatur pada Jurnal Ilmiah Mengenai LGBT dan Orientasi Seksual

27 Februari 2016   18:44 Diperbarui: 27 Februari 2016   18:54 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditanya sama temen "Sejauh mana sih penelitian soal LGBT?". 

Sejenak kubuka jurnal ini dari pencarian seputar thesis. 

Menariknya dari sekian jurnal dan disertasi lebih banyak fokus pada kesehatan baik reproduksi maupun kesehatan mental. Sebab kelompok LGBT itu sesungguhnya minoritas. Di Amerika Serikat yg melegalkan LGBT pun di sana tetap minoritas.

Karena minoritas, cara memahami mereka pun tidak bisa pakai "kaca mata" mayoritas. 

Sejak kecil mengalami stigmatisasi serta memiliki kecenderungan untuk bunuh diri dan depresi yg lebih besar dari orang2 yg orientasi seksualnya hetero krn mereka tau mereka berbeda. 

Kebetulan tahun lalu saya sempat menjadi interater penelitian ttg depresi dan proses coming out pada remaja homoseksual. Membaca verbatim wawancaranya aja bikin sedih banget. Krn mereka tau kalau mereka berbeda, tapi perbedaan ini adalah realita diri mereka dan lingkungan pun termasuk keluarga nggak ada yg support.

Bahwa Orientasi Seksual merupakan sesuatu yg fluid dan merupakan sebuah spektrum, bukan dikotomi. 

Contohnya, sebagai perempuan saya punya idola perempuan, Dian Sastro. Saya suka tubuhnya, wajahnya, gerak geriknya, penampilannya dan karya-karyanya. 

Suka pun ada gradasinya sendiri. Ada yg sukanya sebatas liat fotonya udah cukup, ada yg ingin ketemu. Sampai mungkin gradasi lebih lanjut dan dalam adalah membayangkan berhubungan intim. 

Ada juga yg namanya "Ekspresi Seksual". Ini tidak terkait dengan penampilan mengundang nafsu. Tapi bagaimana kita merasa nyaman mengekspresikan diri dan mendapatkan aktualisasi diri lewat cara kita mengekspresikan diri atau berpenampilan sehari-hari. 

Analoginya, seperti preferensi makanan. Ada hari di mana kita pengen dan seneng banget makan mie, hari lain pengennya makan pizza atau rendang. 

Ekspresi seksual juga demikian. Ada hari pengennya tampil "feminin", ada hari pengen pakai celana panjang. Belum lg dengan pilihan warna dan variasi bahan pakaian lainnya. 

Kalau mau menelaah lebih jauh, walaupun LGBT dijadikan satu payung, namun karakteristik dan kebutuhan setiap kelompok sebenarnya berbeda-beda. Memahaminya harus satu per satu. 

Proses memahami, menelaah dan meneliti (to research and to examine) dilakukan lewat rasa ingin tahu serta penghargaan pada martabat manusia. Yang pasti, tidak bisa dilakukan kalau sudah ada judgement/penilaian di awal. 

Bagi yang familiar dengan metode penelitian, perjalanan memahami diawali dengan pertanyaan bukan pernyataan. Dengan hipotesa yg kemudian diuji, bukan dengan hukuman. 

Hari-hari ini saya belajar menghargai keberagaman argumen dan pendapat. Hari-hari ini saya juga mempelajari posisi saya terhadap topik ini. Saya beragama tapi juga knowldge-seeker. Orangtua saya mengajarkan untuk selalu mencari tahu sebelum melakukan penilaian. Mencari tahu lewat referensi kredibel dan terpercaya, juga lewat dialog dan diskusi dua arah. 

Karenanya daya kritis dibarengi dengan spiritualitas dan spiritualitas dibarengi dengan daya kritis. Sehingga terjadi siklus pencarian, pemaknaan dan pengetahuan yang mungkin baru selesai ketika nanti mati dipanggil pulang. Memahami hal yg sama pun krn proses hidup, bisa jadi berbeda atau lebih dalam pemaknaannya. Itulah hidup. 

Sambil menunggu waktu itu, roda pencarian, pemaknaan, pemahaman dan pengetahuan pada diri saya setidaknya, akan terus berputar.

[caption caption="Salah satu penemuan literatur di jurnal penelitian Proquest saat mencari tentang studi terhadap LGBT. Dokpri"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun