Mohon tunggu...
Anastasia Satriyo
Anastasia Satriyo Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Magister Profesi Psikolog Klinis Anak yang gemar membaca, menonton dan menulis. \r\nMenyukai seni, sastra, bahasa, politik, budaya, pertumbuhkembangan anak dan manusia, serta segala segi kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mama: Guru Bahasa Indonesia Pertamaku

21 Maret 2013   10:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:27 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada lima tahun pertama kehidupan, anak belajar berbagai cikal bakal konsep hidup yang penting. Konsep tentang waktu, konsep tentang keluarga dan orang lain, konsep tentang diri, konsep tentang lingkungan sekitar. Konsep yang dipelajari lewat pengalaman hidup sehari-hari yang sederhana namun menjadi cikal bakal sistem nilai (values dan belief) di dalam dirinya kelak.

Belajar konsep-konsep seperti ini tentu akan lebih mudah dipahami jika menggunakan bahasa Ibu. Ibu pun akan dengan lebih mantap dan percaya diri menjelaskan segala sesuatu pada anaknya menggunakan bahasa yang ia kuasai.

Saya terinspirasi dengan cerita seorang teman ibu, orang Indonesia yang tinggal di Amerika lalu memiliki anak. Ia baru memperkenalkan bahasa Inggris pada anaknya setelah usia dua tahun. Selama dua tahun pertama kehidupan anak ia selalu berbahasa Indonesia dengan anaknya. Setelah itu karena mereka juga tinggal di lingkungan yang berbahasa Inggris, dengan cepat anaknya beradaptasi dengan bahasa Inggris.

Jika yang tinggal di luar negeri saja memberi waktu dan kesempatan untuk anaknya belajar bahasa Ibu-nya, mengapa kita yang tinggal di Indonesia terlalu repot mencekoki anak-anak usia dini dengan bahasa asing? Apalagi pengajaran bahasa asingnya tidak dalam satu kalimat utuh yang lengkap.

Bukankah lebih baik memberikan mereka kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan sekitarnya lewat bermain. Sebab melalui bermain banyak pembelajaran hidup yang akan berguna untuk membantu mereka beradaptasi di tahap-tahap kehidupan selanjutnya.

Tiga tahun sudah berlalu tapi saya masih mengingat perkataan penutup (closing statement) Gita, teman saya dalam lomba debat Olimpiade Psikologi di Surabaya tahun 2010. "Ajarkanlah anak bermain bola, bukan mengajarkan bola itu ball tapi anaknya bahkan tidak tahu bagaimana cara menendang bola. Bahwa bola itu digunakan untuk bermain bola, untuk ditendang. Ajak anak untuk mengetahui bagaimana menggunakan berbagai benda yang ada di sekitarnya. Jika mereka menikmatinya, mereka akan dengan mudah belajar penamaan tentang benda itu. Termasuk penamaan benda itu dengan bahasa asing"

Selamat Hari Bahasa Ibu Internasional (21 Februari 2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun