Mohon tunggu...
Anastasia saragih
Anastasia saragih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Universitas Palangka Raya,saya memiliki hobi membaca dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebijakan Bank Sentral Indonesia dalam Menahan Tekanan Nilai Tukar Rupiah

13 Oktober 2024   21:09 Diperbarui: 13 Oktober 2024   21:17 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nilai tukar rupiah merupakan indikator penting yang mencerminkan stabilitas ekonomi indonesia dan menjadi barometer kepercayaan pasar terhadap fundamental ekonomi negara. 

Fluktuasi nilai tukar sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun internasional, seperti kondisi ekonomi global, kebijakan moneter negara negara maju, dan dinamika pasar keungan internasional. 

Fluktuasi yang signifikan dapat membawa dampak negatif bagi ekonomi domestik, khususnya jika nilai tukar rupiah melemah drastis. Bank Indonesia (BI), sebagai otoritas moneter, mengambil tugas penting untuk mempertahankan kestabilan rupiah dengan berbagai strategi atau regulasi.

Salah satu instrument utama yang digunakan oleh BI adalah kebijakan persentase bunga. BI 7 - Day Reverse repo Rate merupakan landasan bagi persentase bunga dalam sektor keuangan domestik, yang sering digunakan untuk merespon tekanan terhadap rupiah. 

Ketika rupiah mengalami tekanan, BI dapat menaikkan suku bunga acuan untuk menarik modal asing masuk ke Indonesia. 

Dengan suku bunga yang lebih tinggi, investasi dalam aset berbasis rupiah seperti obligasi pemerintah menjadi lebih menarik untuk pihak penanam modal asing, sehingga meningkatkan permintaan terhadap rupiah dan membantu menjaga stabilitas nilai tukar. 

Namun, kebijakan suku bunga yang lebih tinggi juga memiliki risiko, terutama bagi perekonomian domestik. Kenaikan suku bunga dapat meningkatkan biaya pinjaman, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi melalui penurunan investasi domestik dan konsumsi rumah tangga.

 Oleh karena itu, BI harus berhati-hati dalam mengelola kebijakan suku bunga agar tetap efektif tanpa menimbulkan dampak negatif yang terlalu besar bagi perekonomian dalam negeri.

Selain kebijakan suku bunga, BI juga melakukan intervensi di pasar valuta asing sebagai upaya stabilisasi rupiah. Intervensi ini dilakukan dengan menjual cadangan devisa, terutama dalam bentuk dolar AS, untuk menambah pasokan valuta asing di pasar. 

Langkah ini bertujuan mengurangi tekanan jual terhadap rupiah yang mungkin muncul akibat gejolak pasar global, seperti perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat atau ketidakpastian geopolitik. 

Meskipun intervensi ini dapat efektif dalam jangka pendek, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati karena keterbatasan cadangan devisa yang dimiliki oleh BI.

Pengelolaan cadangan devisa juga merupakan bagian penting dari kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Cadangan devisa adalah aset dalam bentuk mata uang asing, emas, dan surat berharga yang dapat digunakan untuk membiayai transaksi internasional serta melakukan intervensi di pasar valuta asing. 

Tingkat cadangan devisa yang memadai memberikan kepercayaan kepada pasar bahwa negara mampu menghadapi guncangan eksternal dan menjaga stabilitas nilai tukarnya.

 BI berupaya menjaga cadangan devisa yang cukup besar melalui berbagai cara, seperti mendorong surplus transaksi berjalan, menjaga neraca perdagangan yang sehat, serta mengelola utang luar negeri dengan hati-hati.

 Selain kebijakan domestik, Bank Indonesia juga memperkuat kerja sama internasional untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satu bentuk kerja sama ini adalah melalui perjanjian bilateral currency swap dengan beberapa negara mitra dagang utama seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. 

Melalui perjanjian ini, Indonesia dapat menukar rupiah dengan mata uang negara mitra untuk memenuhi kebutuhan likuiditas valuta asing tanpa harus menggunakan cadangan devisa.

 Mekanisme currency swap ini menjadi penting dalam kondisi krisis, ketika tekanan terhadap rupiah meningkat dan akses terhadap dolar AS menjadi terbatas. Kerja sama internasional seperti ini memberikan perlindungan tambahan bagi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global.

Selain itu, Indonesia juga terlibat dalam kerja sama regional seperti Chiang Mai Initiative, yang merupakan inisiatif negara-negara ASEAN+3 untuk memberikan dukungan likuiditas saat krisis keuangan. 

Partisipasi Indonesia dalam inisiatif ini menambah lapisan perlindungan terhadap potensi guncangan ekonomi global. Melalui kerja sama ini, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya keuangan regional untuk menjaga stabilitas rupiah dalam situasi darurat.

Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada stabilitas nilai tukar. 

Kebijakan makroprudensial bertujuan mengelola risiko di sektor keuangan yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah. Salah satu contohnya adalah pengaturan loan-to-value (LTV) pada kredit properti dan kredit kendaraan bermotor. 

Kebijakan ini dirancang untuk mengendalikan pertumbuhan kredit yang berpotensi menimbulkan risiko di sektor keuangan. Dengan mengelola risiko-risiko tersebut, BI dapat mencegah terjadinya ketidakstabilan yang dapat memperburuk tekanan terhadap rupiah.

Selain kebijakan yang bersifat teknis, komunikasi yang transparan dan konsisten dari Bank Indonesia juga sangat penting dalam menjaga stabilitas pasar. Dengan memberikan panduan yang jelas mengenai arah kebijakan moneter, BI dapat mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan.

 Transparansi ini bertujuan mencegah spekulasi berlebihan terhadap pelemahan rupiah, yang sering kali menjadi penyebab fluktuasi nilai tukar. 

Dalam situasi tekanan global, seperti krisis ekonomi internasional atau perubahan mendadak dalam kebijakan moneter negara-negara maju, BI memastikan bahwa pelaku pasar mendapatkan sinyal yang jelas tentang arah kebijakan moneter yang akan diambil.

Secara keseluruhan, Bank Indonesia menggunakan berbagai instrumen kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

Kebijakan besaran bunga, tindakan  perdagangan mata uang, pengelolaan cadangan devisa, kerja sama internasional, serta kebijakan makroprudensial merupakan bagian dari strategi komprehensif untuk menjaga stabilitas rupiah dan ketahanan ekonomi Indonesia. 

Dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang dinamis, kemampuan BI untuk merespons dengan cepat dan tepat menjadi sangat krusial. 

Konsistensi kebijakan, respons adaptif, dan komunikasi yang baik diharapkan dapat terus membangun kepercayaan publik dan pelaku pasar terhadap komitmen BI dalam menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun