Bagi orang awam, logika multimedia mungkin merupakan istilah yang baru kita dengar. Sebelum masuk ke dalam penjabaran mengenai logika multimedia, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang definisi multimedia.
Definisi MultimediaÂ
Multimedia pada dasarnya berarti beberapa kombinasi gambar, suara, grafik, dan teks untuk menghasilkan sebuah cerita.
Dahlgren (dalam Deuze, 2004) mengusulkan sebuah kerangka kerja guna mengkonseptualisasikan bentuk jurnalisme serta publiknya dalam lingkungan media baru.
Namun, Deuze (2003) memberikan dua cara dalam mendefinisikan multimedia dalam jurnalistik.
Pertama, multimedia sebagai penyajian paket berita pada situs web dengan menggunakan dua atau lebih format media seperti kata-kata lisan dan tulisan, musik, gambar bergerak, animasi, dan elemen-elemen lainnya.
Kedua, sebagai proyek yang terintegrasi yang merupakan praktik umum untuk industry hiburan khususnya. Sebuah film dikembangkan dengan cermat, kemudian disiapkan untuk dirilis, dan dipromosikan secara silang melalui berbagai macam platform media yang memerlukan kerja sama.
Logika MultimediaÂ
Logika media digunakan dalam menganalisis karakteristik media online dalam hal bagaimana mereka mendeskripsikan dan mengevaluasi diri.
Logika media berarti melihat media melalui pandangan kelembagaan, teknologi, organisasi, serta budaya.
Keuntungan dalam menerapkan logika media untuk mempelajari multimedia dalam organisasi berita, bahwa hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memiliki perspektif yang luas terhadap perubahan dan perlawanan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, pada saat yang sama pula studi dapat ditempatkan dalam batas-batas jenis media tertentu.
Dalam logika multimedia, terdapat beberapa perspektif yang dapat dilihat oleh pekerja media :
Perspektif KelembagaanÂ
Struktur organisasi berita multimedia konvergen telah muncul sejak pertengahan abad 1990-an, dengan perusahaan yang memilih setidaknya beberapa bentuk kerja sama lintas media atau sinergi antara staf, ruang redaksi, dan departemen lainnya.
Dapat dikatakan bahwa mayoritas media berita yang berkembang di belahan dunia menawarkan produk jurnalistik mereka melalui lebih dari satu saluran.
Studi di beberapa Negara menunjukkan bahwa jurnalis secara perlahan tapi pasti terbiasa dengan fakta bahwa mereka juga hadir secara online.
Meskipun beberapa pakar, akademisi, dan firma riset menyarankan pada pertengahan 1990-an bahwa model optimal untuk operasi media berita konvergen adalah ruang redaksi yang terintegrasi, situasi ini masih dianggap belum tercapai atau diterima secara luas oleh industri.
Kekritisan dalam perspektif kelembagaan pada kesepakatan multimedia konvergen dengan pertanyaan akses, keragaman, dan tenaga kerja.
Perspektif Teknologi dan OrganisasiÂ
Atribut teknologi dan organisasi sedikit lebih jelas untuk diamati dan didefinisikan daripada struktur kelembagaan media berita konvergen.
Pertama, perusahaan media semakin mengandalkan Sistem Manajement Konten (Content Management System), baik yang dikembangkan sendiri, diperoleh melalui pertukaran sumber terbuka, atau dibeli di pasar perangkat lunak komersial.
Berikut adalah elemen kunci dan konvergensi organisasi :
- Tingkat komitmen konvergensi manajemen
- Anggaran, strategi, dan jadwal yang ditentukan
- Jaminan peluang untuk pelatihan dan perekrutan atau pemecatan
- Integrasi atau penyematan ruang redaksi atau berita yang berbeda secara fisik
Perspektif Produsen / PenggunaÂ
Pengalaman professional dan literatur dengan jelas menunjukkan adanya teknologi media baru menantang salah satu "kebenaran" paling mendasar dalam jurnalisme, yaitu jurnalis professional adalah orang yang menentukan apa yang kita sebagai publik dalam melihat, mendengarkan, dan membaca tentang dunia di sekitar kita (Fulton, 1996; Singer, 1998).
Beberapa penulis juga mencatat bahwa reporter sepenuhnya terkonvergensi dan dapat diharapkan untuk membuat keputusan tentang jenis platform apa yang akan digunakan saat mempraktikkan keahliannya.
Penelitian terapan menyarankan perlunya operasi multimedia guna mengatur orang dalam tim, untuk mengelola kelompok kerja berdasarkan proyek, dan mengatur unit kerja ini dengan cara kolaboratif dan lintas departemen.
Sebagai catatan mengenai logika multimedia, kita perlu melihat lebih dekat kompetensi budaya pengguna dan bukan audiens.
Konsumen berita hari ini melakukan banyak tugas. Pekerja media perlu melihat perubahan cara orang berinteraksi dengan media, dengan asumsi bahwa pergeseran semua budaya ke bentuk produksi, distribusi, dan komunikasi yang dimediasi computer.
Penting bagi organisasi berita dalam melihat beberapa tren terkait dengan kebiasaan orang :
- Orang lebih sedikit membaca dalam bentuk cetak. Disarankan menulis untuk layar computer dan web membutuhkan pemahaman khusus tentang perubahan kebiasaan dan ekspektasi orang saat membaca online
- Orang masih mendengarkan radio, tetapi sering secara online melalui stasiun radio internet sambil melakukan aktivitas lainnya.
Versi AudioÂ
Referensi :Â
Campbell, D. (2013). Visual Storytelling in the Age of Post Industrialist Journalism. World Press Photo Academy, FotografenFederatie.Â
Deuze, M. "What is Multimedia Journalism?" Journalism Studies 5, no. 2 (May 2004): 139-152
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI