Mohon tunggu...
Anastasia Mellania
Anastasia Mellania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Selamat datang di tulisan Anastasia, si mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang belajar membuat karya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Film "Dilan": dari Ajak Bernostalgia Sampai Naikan Sektor Pariwisata

25 November 2020   10:49 Diperbarui: 25 November 2020   11:36 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Ramal, kita akan bertemu di 2018!

2018 merupakan tahun di mana bioskop Indonesia ramai dihadiri oleh film-film dari berbagai genre. Sebutlah film-film karya anak bangsa seperti #TemanTapiMenikah, Love For Sale, Sebelum Iblis menjemput, Yowis Ben, Si Doel The Movie, sampai 27 Steps of May turut meramaikan sepanjang tahun 2018 dengan mencetak banyak ingatan di hati penontonnya.

Salah satu suguhan anak bangsa yang turut ambil bagian dalam daftar perfilman tersebut adalah Dilan.

Film ber-genre roman/drama garapan sutradara Fajar Bustomi ini merupakan sebuah film sekuel yang lebih dulu merilis Dilan 1990 sebagai awal mula pijakannya di dunia perfiman tanah air, yang kemudian dilanjutkan dengan perilisan Dilan 1991 setahun setelahnya.

Dilan merupakan film yang berhasil digarap dari novel karya Pidi Baiq yang sekaligus juga menemani Fajar Bustomi sebagai pengarah jalan cerita. Beberapa nama seperti Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilia, Adhisty Zara, Happy Salma, hingga Ira Wibowo bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, turut mengisi berbagai peran krusial dalam film sekuel tersebut.  

Melalui setiap dialog dari para tokohnya, Titien Wattimena selaku penulis naskah seakan menjadi juru bicara bagi Pidi Baiq lewat alur cerita yang sedari awal sudah memiliki dasar yang kuat.

Nostalgia Asmara Ala Anak 90-an

Sumber: google
Sumber: google

Remaja memang tak dapat dipisahkan dengan pahit manisnya cinta, kira-kira begitulah gambaran besar pada film Dilan. Hal tersebut diwakilkan Pidi Baiq lewat perjalanan asmara antara dua anak SMA berlatar tempat Kota Kembang, Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilia).

Pada Dilan 1990 (2018), kita akan diperkenalkan terlebih dahulu pada awal mula pertemuan Dilan dan Milea di suatu sekolah menengah atas di daerah Buah Batu, Bandung. Milea yang memiliki latar belakang gadis pindahan dari Ibu Kota pada awalnya hanyalah murid baru yang tidak sengaja 'ditemukan' Dilan saat hendak pergi ke sekolah.

"Aku ramal nanti siang kita akan bertemu di kantin" begitulah salah satu 'jurus maut' Dilan yang sedari awal sudah membuat siapapun penasaran dengan sosoknya.

Sempat direspon dingin oleh Milea, Dilan tak berhenti pada 'jurus' ramalannya. Kejutan demi kejutan terus ia 'lemparkan' pada Milea demi membujuk rasa sang gadis pujaannya. 

Meski jika di tonton pada masa sekarang sosok laki-laki seperti Dilan nampak sedikit aneh, namun kembali pada latar waktu cerita dimana pada tahun 90-an mungkin hal-hal yang dilakukan Dilan adalah sesuatu yang menggelitik sekaligus romantis dan membekas. 

Seperti pada saat Milea berulang tahun, Dilan memberikan sebuah buku Teka Teki Silang (TTS) yang sudah lengkap terisi  jawaban yang Dilan isi sendiri. Agar Milea tidak bingung katanya.

Sumber: google
Sumber: google

Belum lagi ketika Dilan datang ke rumah Milea dan mengaku pada ayah Milea bahwa dirinya merupakan utusan kantin yang hendak menawarkan batagor tiga rasa hanya karena dirinya hendak membuktikan pada Milea bahwa ia berani bertemu dengan sang ayah, walau hanya sebentar dan dengan alasan yang lucu bila dipikir lebih dalam.

Perjuangan Dilan yang berhasil mendapatkan hati Milea menjadi penutup dalam serial Dilan 1990, kemudian dilanjutkan setahun setelahnya dengan peluncuran Dilan 1991 (2019) yang sama-sama menyoroti hubungan kedua remaja belia ini.

Pada kisah Dilan 1991, cerita romantis ala anak 90-an masih ditunjukan pada bagian awal hingga pertengahan film. Namun, Dilan 1991 nampaknya ingin lebih membangkitkan realita hubungan yang tak bisa jika berjalan mulus-mulus saja. 

Konflik dan cek cok antara Dilan dan Milea pada akhirnya lebih ditonjolkan dibanding kisah mereka berdua di Dilan 1990, seperti  adanya pihak lain yang menyukai Milea, Dilan yang ditahan polisi karena terlibat baku hantam, sampai pada akhirnya keduanya mengambil sebuah keputusan untuk berpisah dan bertemu kembali ketika beranjak dewasa secara tak sengaja.

Berhasil Langgengkan Praktik Komodifikasi

Sumber: google
Sumber: google

Tak hanya melihat dari alur ceritanya yang begitu memikat, film Dilan rupanya masuk dalam salah satu komoditi yang cocok untuk menggiring minat masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Vincent Mosco (dalam Mosco, 2009) menyebut hal ini sebagai komodifikasi yang dapat diartikan sebagai proses perubahan nilai guna (use values) menjadi nilai tukar (exchange values).

Salah satu bentuk komodifikasi yang terlihat dari film Dilan adalah bagaimana cerita yang diangkat dari ide sang penulis novel, Pidi Baiq, berusaha digarap dan akhirnya dijadikan komoditi bagi pihak produksi film. Kisah nostalgia remaja pada orde baru tersebut hendak membuka celah ingatan penonton yang merasakan bagaimana potret kehidupan sehari-hari, lika liku percintaan jaman SMA, sampai jalinan pertemanan yang berlangsung pada sekitaran tahun 90-an khususnya di daerah Bandung.

Sumber: google
Sumber: google

Secara tak langsung, alur cerita yang diperlihatkan juga sedikit banyak menggambarkan sisi sejarah Indonesia lewat sudut kecil di Kota Bandung dan dinamika masyarakatnya secara ringan. Singkatnya, film ini memakai nilai narasi yang dikomodifikasi, dan nilai cerita yang di'jual' pada masyarakat.

Hal lain yang masih berhubungan dengan komodifikasi dari film Dilan adalah bagaimana karya ini berhasil mengumpulkan banyak mata untuk menyaksikan dari awal perilisan di tahun 2018 (Dilan 1990), dan pada 2019 (Dilan 1991). 

Pada hari ke 39 penayangannya, Dilan 1990 berhasil menembus 6,2 juta penonton sehingga berhasil menghasilkan kurang lebih Rp. 200 miliar lebih pendapatan dari penjualan tiket yang dirata-rata seharga Rp. 37.000 dikalikan dengan jumlah penonton setiap harinya yang dapat mencapai sekitar enam juta orang.

Tak sampai disitu, Dilan 1991 rupanya juga tidak kalah mencetak rekor pendapatan dari penayangannya. Dikutip dari CNN Indonesia, Max Pictures selaku perusahaan produksi mengatakan bahwa Dilan 1991 berhasil menembus 5 juta penonton hanya dalam waktu 17 hari penayangan. 

Dengan asumsi rata-rata tiket yang dijual seharga Rp. 37.000 dengan penjualan sekitar lima juta lebih setiap harinya, film ini dapat meraih pendapatan kotor sebesar Rp. 186 miliar atau Rp.93 miliar sebagai pendapatan bersih. Hal ini kemudian dilihat sebagai bentuk komodifikasi dimana penonton dijadikan komoditi dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan dalam industri perfilman.

Suatu film dapat dikatakan berhasil melanggengkan praktik komodifikasi apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pola atau gaya konsumsi penontonnya.

Tak disangka bahwa film Dilan ternyata juga berhasil mempengaruhi masyarakat kaitannya dengan konsumsi produk dalam budaya berpakaian. Dalam film ,tokoh Dilan memang identik memakai jaket denim, spesifiknya lagi jaket denim bernuansa grunge yang trend di era 90-an, berkerah cokelat, lengkap dengan  emblem bendera Amerika Serikat pada salah satu lengan. 

Sosok Dilan seakan mengangkat kembali trend tersebut di kalangan masyarakat khususnya remaja. Hal ini dapat dilihat pula dari beberapa situs e-commerce yang menjual jaket dengan kriteria sama seperti dalam film, bahkan sampai dinamai "Jaket Dilan". 

Komodifikasi berperan di dalamnya dikarenakan film Dilan mempengaruhi bagaimana seseorang pada akhirnya mengkonsumsi sesuatu, seperti "Jaket Dilan" ini. 

Dapat dilihat bahwa jaket denim ala Dilan ini kemudian memiliki banyak peminat sampai telah terjual puluhan bahkan ribuan dalam situs e-commerce yang berarti praktik komodifikasi dapat dikatakan berhasil.

Sumber: google
Sumber: google

Sumber: https://shopee.co.id/search/?keyword=jaket+dilan
Sumber: https://shopee.co.id/search/?keyword=jaket+dilan

Hal lain yang penjualannya melonjak setelah hadirnya film Dilan adalah motor Kawasaki W175. Dikutip dari Tempo.co, selain identik dengan jaket denim, tokoh Dilan biasa menunggangi transportasi berupa motor bergaya retro Honda CB100. 

Memiliki karakteristik yang sama yaitu motor bergaya retro, Public Relation PT. Sumber Buana Motor selaku main dealer Kawasaki W175 juga mengatakan bahwa berkat film Dilan, penjualan W175 terus meningkat dengan kenaikan indent sekitar lebih dari 25 persen.

Lagi-lagi kita dapat melihat adanya komodifikasi yang berhasil dilanggengkan oleh film Dilan kaitannya dengan konsumsi masyarakat atas hal yang ada dalam film tersebut.

Faktor lain yang menjadi pengaruh dari film Dilan adalah sektor pariwisata khususnya bagi kota Bandung yang menjadi latar tempat dari film tersebut. Lewat wawancaranya dengan Tempo.co, Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata Indonesia mengatakan bahwa industri pariwisata Bandung semakin berkembang, begitu pula dengan adanya perputaran ekonomi yang bagus kian menunjang aktivitas transaksi kunjungan para wisatawan yang hadir ke Bandung.

Sumber: google
Sumber: google

Pada 2019 yang lalu, bertepatan dengan Hari Dilan per tanggal 24 Ferbuari, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melakukan peletakan batu pertama di sekitaran GOR Saparua, Bandung yang dinamai Sudut Film Dilan. Seperti yang dikatakan dalam Tempo.co, Sudut Film Dilan merupakan sebuah ruang bagi masyarakat Bandung untuk dapat lebih mengapresiasi literasi dan film. 

Selain itu, Ridwan Kamil juga menyediakan tempat nongkrong dilengkapi dengan spot untuk berswafoto yang menurutnya dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Jawa Barat terlebih Bandung.

Setelah menonton film Dilan, apakah anda juga tertarik untuk membeli jaket denim, motor retro, dan berniat berkunjung ke Kota Bandung?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun