Secara tak langsung, alur cerita yang diperlihatkan juga sedikit banyak menggambarkan sisi sejarah Indonesia lewat sudut kecil di Kota Bandung dan dinamika masyarakatnya secara ringan. Singkatnya, film ini memakai nilai narasi yang dikomodifikasi, dan nilai cerita yang di'jual' pada masyarakat.
Hal lain yang masih berhubungan dengan komodifikasi dari film Dilan adalah bagaimana karya ini berhasil mengumpulkan banyak mata untuk menyaksikan dari awal perilisan di tahun 2018 (Dilan 1990), dan pada 2019 (Dilan 1991).Â
Pada hari ke 39 penayangannya, Dilan 1990 berhasil menembus 6,2 juta penonton sehingga berhasil menghasilkan kurang lebih Rp. 200 miliar lebih pendapatan dari penjualan tiket yang dirata-rata seharga Rp. 37.000 dikalikan dengan jumlah penonton setiap harinya yang dapat mencapai sekitar enam juta orang.
Tak sampai disitu, Dilan 1991 rupanya juga tidak kalah mencetak rekor pendapatan dari penayangannya. Dikutip dari CNN Indonesia, Max Pictures selaku perusahaan produksi mengatakan bahwa Dilan 1991 berhasil menembus 5 juta penonton hanya dalam waktu 17 hari penayangan.Â
Dengan asumsi rata-rata tiket yang dijual seharga Rp. 37.000 dengan penjualan sekitar lima juta lebih setiap harinya, film ini dapat meraih pendapatan kotor sebesar Rp. 186 miliar atau Rp.93 miliar sebagai pendapatan bersih. Hal ini kemudian dilihat sebagai bentuk komodifikasi dimana penonton dijadikan komoditi dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan dalam industri perfilman.
Suatu film dapat dikatakan berhasil melanggengkan praktik komodifikasi apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pola atau gaya konsumsi penontonnya.
Tak disangka bahwa film Dilan ternyata juga berhasil mempengaruhi masyarakat kaitannya dengan konsumsi produk dalam budaya berpakaian. Dalam film ,tokoh Dilan memang identik memakai jaket denim, spesifiknya lagi jaket denim bernuansa grunge yang trend di era 90-an, berkerah cokelat, lengkap dengan  emblem bendera Amerika Serikat pada salah satu lengan.Â
Sosok Dilan seakan mengangkat kembali trend tersebut di kalangan masyarakat khususnya remaja. Hal ini dapat dilihat pula dari beberapa situs e-commerce yang menjual jaket dengan kriteria sama seperti dalam film, bahkan sampai dinamai "Jaket Dilan".Â
Komodifikasi berperan di dalamnya dikarenakan film Dilan mempengaruhi bagaimana seseorang pada akhirnya mengkonsumsi sesuatu, seperti "Jaket Dilan" ini.Â
Dapat dilihat bahwa jaket denim ala Dilan ini kemudian memiliki banyak peminat sampai telah terjual puluhan bahkan ribuan dalam situs e-commerce yang berarti praktik komodifikasi dapat dikatakan berhasil.