Sesungguhnya, solusi yang perlu dilakukan bersifat sederhana, yaitu menerima negativitas dan merintis positivitas. Dari hasil baca beberapa sumber dan modifikasi praktik penerapannya.
Tahap awal hanya butuh 5 langkah praktis dalam 90 detik, yaitu sebagai berikut:
1. Individu perlu menyadari refleks penolakan negativitas dan nafsu memaksakan positivitas.
2. Lalu hening sejenak untuk mencerna rasa kegentingan batin tersebut.
3. Kemudian perlahan-lahan melepaskan ketegangan melalui napas panjang teratur.
4. Sampai tersisa ampas rasa tidak nyaman pada bagian tubuh tertentu setelah 90 detik, yang melalui napas biasa dapat kita salurkan ke arah telapak tangan yang terbuka.
5. Rambatan halus di telapak tangan bisa kita katupkan sambil batin menyatakan sikap namaste, yaitu apapun energi yang di-KASIH oleh kehidupan untuk dialami pada saat sekarang, mau di-TERIMA, terima-kasih. Â Â
Namun demikian, pelaksanaan tahap awal tersebut seringkali tidak semudah yang dipahami. Dalam situasi batin genting, refleks penolakan negativitas berlangsung sangat cepat, sehingga mudah lolos dari kesadaran.Â
Apalagi dorongan memaksakan positivitas begitu kuat untuk menjadi tindakan nyata. Kelupaan batin ini pun sering lalai terevaluasi karena diri sibuk beraktivitas tanpa berjeda sejenak untuk hening.
Sekilas info, ada beberapa alternatif yang dapat dipilih sebagai jeda hening. Antara lain menikmati rasa keberadaan sejenak setiap waktu adzan, atau selama 2-3 menit setiap selesai satu aktivitas dan sebelum lanjut ke aktivitas berikutnya.Â
Sebuah artikel lawas di National Geographic juga pernah memuat hasil penelitian mengenai manfaat dari menikmati waktu leluasa secara pribadi selama 30 menit per hari untuk memelihara kesehatan mental. Â Â Â