Kembali ke proses belajar untuk memberikan diri tanpa pilih kasih, setelah 90 detik berhasil menerima ampas rasa keberatan untuk berbagi, kita dapat kembali melanjutkan aktivitas tanpa terburu-buru melakukan pemberian "artifisial". Percayalah, bila pemberian tersebut memang sungguh dibutuhkan oleh pihak lain, mereka tetap akan menerimanya dari perantara lain di kehidupan meskipun itu bukanlah kita.
Biasanya, hati kita pun akan tergerak untuk menerobos ampas rasa keberatan, lalu tegas memberi secara tulus, manakala kita menyadari pihak lain mutlak membutuhkan pemberian diri kita tersebut. Bilamana tidak mendesak, namun itu penting, kita dapat melakukan "langkah bayi" dalam pemberian diri, yaitu melakukan pemberian kecil dan termudah pada saat itu sebagai pembuka jalan.
Perilaku memberikan diri yang tulus ikhlas secara kecil-kecilan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan dan tumbuh membesar seiring waktu. Penetapan target moderat juga akan mendorong pertumbuhan dalam melakukan pemberian diri secara kontinu.
Bukan mustahil, nasihat bijak untuk mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri pun dapat semakin menjadi kenyataan di akhir hidup kita nanti. Seperti kata pepatah: "Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang; Manusia mati janganlah meringiskan taring; apalagi mati dan membebani hutang." Hehehe.... Salam hangat!***(eL)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H