Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kue Pepe

30 November 2024   15:48 Diperbarui: 30 November 2024   15:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue Pepe (Sumber: Dok. Sajian Sedap, kompas.com)

Anak kecil mana yang tidak suka

Memilah selapis demi selapis kue berwarna

Hijau, putih, hijau lagi, putih lagi,

demikian seterusnya sampai lapisan terakhir yang berwarna merah!

Meski rasa enaknya sekadar cukup saja

Namun keasyikan memilah lapisan bertumpuk

Berikut momen oleh-oleh Ibu setiap pulang pasar hari Minggu

Baca juga: Musik Jangkrik

Menambah nikmat kue pepe sekelas kudapan anak raja

Baca juga: Kata Nenek

Dan kenangan rasa itu hadir kembali saat ini

Saat anak menjelma dewasa

Menghadapi kompleksitas hidup dan serangan emosi

Hingga ia perlu duduk diam sejenak untuk memilah lapisan jiwa

Penilaian negatif, perasaan tidak nyaman, dan menyalahkan orang lain

Itu lapisan pertama

Berhenti menghakimi, dan sadar frustasi akibat nafsu sendiri

Ada di lapisan kedua

Ternyata masalahnya bukan gegara dia

Melainkan nafsu saya yang menuntut lebih daripada yang ada

Berhadap-hadapan dengan hawa nafsu dan kelekatan tidak teratur pribadi: mau ditolak, atau diterima?

Tanpa sadar, lapisan jiwa kembali diwarnai penilaian, perasaan, dan bersikap

Ayolah, berhenti memainkan palu hakim.

Berhadap-hadapan dengan hawa nafsu dan kelekatan tidak teratur pribadi

Itu kondisi diri yang ada, biarlah ber-ada secara apa adanya

Lapisan jiwa pun kembali diwarnai kesadaran

Lalu,

Haru membuncah

Dipenuhi syukur oleh-oleh pengakuan dosa

Belas-kasihNya membuat lapisan jiwa boleh berwarna cinta.***(eL)

Bandung, 30 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun