Anak kecil mana yang tidak suka
Memilah selapis demi selapis kue berwarna
Hijau, putih, hijau lagi, putih lagi,
demikian seterusnya sampai lapisan terakhir yang berwarna merah!
Meski rasa enaknya sekadar cukup saja
Namun keasyikan memilah lapisan bertumpuk
Berikut momen oleh-oleh Ibu setiap pulang pasar hari Minggu
Menambah nikmat kue pepe sekelas kudapan anak raja
Dan kenangan rasa itu hadir kembali saat ini
Saat anak menjelma dewasa
Menghadapi kompleksitas hidup dan serangan emosi
Hingga ia perlu duduk diam sejenak untuk memilah lapisan jiwa
Penilaian negatif, perasaan tidak nyaman, dan menyalahkan orang lain
Itu lapisan pertama
Berhenti menghakimi, dan sadar frustasi akibat nafsu sendiri
Ada di lapisan kedua
Ternyata masalahnya bukan gegara dia
Melainkan nafsu saya yang menuntut lebih daripada yang ada
Berhadap-hadapan dengan hawa nafsu dan kelekatan tidak teratur pribadi: mau ditolak, atau diterima?
Tanpa sadar, lapisan jiwa kembali diwarnai penilaian, perasaan, dan bersikap
Ayolah, berhenti memainkan palu hakim.
Berhadap-hadapan dengan hawa nafsu dan kelekatan tidak teratur pribadi
Itu kondisi diri yang ada, biarlah ber-ada secara apa adanya
Lapisan jiwa pun kembali diwarnai kesadaran
Lalu,
Haru membuncah
Dipenuhi syukur oleh-oleh pengakuan dosa
Belas-kasihNya membuat lapisan jiwa boleh berwarna cinta.***(eL)
Bandung, 30 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H