Tentu saja sangat mungkin, yaitu manakala individu melakukan audit diri dengan sikap menghakimi. Menurut Eyal (2023), audit diri perlu dilakukan dengan sikap berbelas kasih. Tujuannya adalah agar saat ia berhadapan dengan kenyataan diri yang tidak sebaik harapan, ia tidak larut dalam sikap penolakan dan membenci diri, melainkan lapang menerima cacat dan berbelas kasih untuk untuk melakukan asuh-asih-asah terhadapnya. Â Â
Sesungguhnya, bila dicermati lebih jauh, hasil audit diri itu mutlak / hampir bisa dipastikan selalu lebih rendah daripada standar harapan. Namun demikian, sikap menghakimi atau stop menghakimi dan start berbelas kasih adalah pilihan yang bebas individu pilih terhadap situasi yang ada. Dengan cara demikian, audit diri pun akan semakin meningkatkan kemampuan individu dalam menerima diri dan antusiasmenya untuk terus belajar.***
Referensi:
- Safitri. 2020. Modul Character Building Sesi 6: Mengembangkan Diri. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
- Gagliardi, A.R., Â Brouwers, M.C., Â Finelli, A., Â Campbell, C.M., Â Marlow, B.A., Â & Â Silver, I.L., Â 2011. Â Physician Self-Audit: A Scoping Review. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22189989/ diakses pada tanggal 1 Agustus 2024 pukul 10.52.
- Eyal, N. 2023. How to Conduct a Self-Audit: Practicing introspection using these methods will improve self-awareness. (Perina, K., reviewed). https://www.psychologytoday.com/intl/blog/automatic-you/202301/how-to-conduct-a-self-audit diakses pada tanggal 1 Agustus 2024 pukul 10.57