Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bulan Baru, Waktunya Mengaudit Diri

1 Agustus 2024   16:21 Diperbarui: 1 Agustus 2024   16:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Introspeksi -- Frank Somma (sommasculpture.com)

Momen tahun baru biasanya mengarahkan banyak orang untuk melakukan refleksi, merumuskan harapan akan hidup lebih baik, dan melahirkan semangat untuk melangkah maju. Demikian juga dengan momen bulan baru, merupakan waktu yang tepat untuk melakukan audit diri / self-audit.

Apa yang dimaksud dengan audit diri? Self-audit merupakan aktivitas dalam mengumpulkan data kinerja pribadi, refleksi kesenjangan antara kinerja dan standar, serta penyusunan rencana peningkatan kualitas individu, baik itu dilakukan secara mandiri oleh yang bersangkutan ataupun melalui layanan jasa yang diselenggarakan oleh pihak lain (Gagliardi, Brouwers, Finelli, Campbell, Marlow, & Silver, 2011).

Untuk melakukan audit diri secara mandiri, kita bisa mulai dari meninjau kembali resolusi tahun baru. Kita juga dapat mengapresiasi satu keberhasilan utama yang sudah kita lakukan per bulan selama tujuh bulan terakhir ini. Hasil peninjauan tujuan dan apresiasi keberhasilan tersebut tidak hanya menciptakan antusiasme untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya, melainkan juga memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai strategi apa yang perlu kita lakukan.

Misalnya, ada seorang pekerja paruh waktu yang menargetkan pendapatan sebesar 25 juta rupiah per bulan. Ia mencatat pemasukannya tiap bulan dari ragam sumber. Karena sifatnya paruh waktu, jumlahnya pun bervariasi, yaitu 12, 14, 8.5, 15.5, 17, 22.5, 18.5 (rata-rata 15.4 juta rupiah).

Meskipun belum pernah mencapai target sekalipun, namun dalam 3 bulan terakhir trennya naik dibandingkan caturwulan pertama, dengan jumlah pada salah 1 bulannya nyaris mencapai target. Maka ia pun yakin bahwa dalam 5 bulan mendatang, penghasilannya dapat sesuai dengan standar harapan. Keyakinan ini menjadi sumber daya energinya untuk terus melangkah ke depan.

Pekerja tersebut lalu mengidentifikasi sumber mana yang memberikan pemasukan terbesar, dan apa yang bisa ia lakukan untuk semakin meningkatkannya. Dari data, ia menemukan satu sumber utama yang akan ia jadikan fokus pengembangan. Caranya adalah dengan mempercepat tempo kerja baik melalui pengaturan cara kerja yang lebih sistematis, penggunaan aplikasi untuk membantu, serta peningkatan kemahiran melalui praktik penyelesaian beban kerja yang terus bertambah.

Baca juga: Susur Bulan

Audit diri tidak hanya bermanfaat untuk pengembangan aspek hardskill, melainkan juga softskill, seperti mengaudit kebiasaan (Safitri, 2020), kesadaran, dsb.

Contohnya, ada seorang pelaku meditasi yang berharap untuk lebih mampu merasakan kehadirannya pada masa sekarang, dan dapat menggerakkan orang lain untuk juga mengembangkan kesadarannya. Ia mengevaluasi kemajuannya tiap bulan sebagai berikut:

  • disiplin meditasi pribadi,
  • memaafkan orang lain karena maklum bahwa mereka tidak sengaja sudah menyakitinya,
  • belajar menguasai tantangan baru,
  • menghormati keputusan pihak lain dan menerima dampak keterbatasan situasi,
  • fokus pada napas untuk bisa tetap eksekusi prioritas,
  • menghargai inisiatif pihak lain yang mengajak orang terdekatnya untuk juga latihan meditasi,
  • menjaga konsistensi dan terus belajar mengembangkan diri.

Hasil evaluasi tersebut mendorong pelaku meditasi untuk mensyukuri apapun kejadian yang telah ia alami. Terlahir perasaan diri kecil di tengah kekuasaan semesta yang lebih besar, sekaligus tergelitik oleh dorongan untuk meluapkan kegembiraan atas keberhasilan. Semua gejolak rasa tersebut menjadi ilusi yang membius, sampai ia kembali tersadar akan keberadaannya pada waktu dan tempatnya sekarang. Menikmati rasa keberadaan pada masa sekarang inilah yang mau terus ia praktikkan secara kontinu.

Dari paparan di atas, tampak dengan jelas bagaimana audit diri menghasilkan manfaat positif. Yang menjadi pertanyaan kemudian, mungkinkah audit diri tidak menghasilkan manfaat positif, namun malah membawa dampak negatif? Misalnya dari hasil refleksi, yang individu lihat adalah bayangan dari kegagalan-kegagalannya, sehingga akibatnya ia pun merasa terpuruk?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun