Sampah dari kemasan makanan tetap kami tampung dalam plastik belanja minimarket. Meniru ayah, saya terbiasa melipat sampah kemasan sampai menjadi tekukan terkecil dan menempatkannya rapi ke dalam plastik pembuangan.
Ternyata cara  ini signifikan memperpanjang waktu kebutuhan untuk membuang sampah ke luar rumah, dari awalnya setiap hari menjadi 3-5 hari. Plastik bungkusan sampah pun tidak berbau, kering, dan rasanya lebih "bersih".
2. Menyantap makanan dari yang paling cepat basi
Kebiasaan ini saya teladani juga dari ayah. Beliau selalu memilih makanan di meja dari yang paling cepat basi, supaya makanan tersebut sudah habis terlebih dahulu sebelum batas waktunya dan tidak menjadi sampah.
Waktu masih remaja, saya sempat protes. Kurang rela rasanya melihat ayah memilih makanan bukan karena paling nikmatnya melainkan supaya tidak keduluan basi. Namun ayah merasa nyaman-nyaman saja dengan caranya memilih makanan.
Kebiasaan ayah tersebut nyatanya saya praktikkan juga setelah menjadi seorang ibu. Waktu anak-anak masih kecil, sisa makanan mereka saya pindahkan ke dalam wadah cantik, untuk saya santap pada waktu makan. Setelah anak-anak besar, saya tidak selalu menyantap makanan baru, tapi menghabiskan makanan lama terlebih dahulu. Kali ini, giliran saya yang diprotes oleh suami dan anak-anak, hehehehe....
Kebiasaan lama tersebut membuat kami hampir-hampir tidak pernah membuang makanan. Seperti yang diutarakan pada bagian pertama, sampah organik di rumah kami hanya berupa sisa bahan makanan yang tidak digunakan dalam masakan.
3. Membawa tas belanja dan stoples sendiri saat ke warung
Di pasar-pasar swalayan kebiasaan ini sudah diterapkan. Mengapa tidak saya terapkan juga saat belanja ke warung di dekat rumah?
Berawal dari seorang kolega senior yang bercerita, bahwa dulu semasa kecil, beliau selalu disuruh ibunya untuk membawa rantang saat hendak membeli bubur atau soto. Semenjak kampanye go green marak, beliau kembali menerapkan kebiasaan di masa kecilnya itu.
Saya teringat pada kisah inspiratif beliau ketika pulang dari warung usai membeli beberapa macam kue pia. Karena setiap macam yang dibeli berjumlah 6 potong (setiap penghuni rumah saya jatah satu potong per jenis, hehehe...), maka pemilik warung membungkus masing-masing rasa dengan plastik bening yang terpisah. Sesampai di rumah, plastik-plastik bening pembungkus pia pun langsung masuk ke tempat sampah.