Dengan begitu, arus ketidaksadaran pun akan ikutan mati.
Momen terdiam sebentar membuat mata hati kembali terang benderang melihat kenyataan.
Yang sungguh-sungguh nyata ialah rasa kecewa, mau terus disangkal, atau mau mulai diterima?
Keputusan menerima kemudian membuat diri bersedia mengalami rasa kecewa yang ada.
Rasanya memang tidak enak, namun masih dalam skala moderat, yang bisa langsung dihadapi jiwa.
Seperti saat kalah bertanding, kesadaran mengajak diri bersikap sportif, dengan tulus menyalami juara.
Maka, meski gagal mendapat label apresiatif pada hari ini, penulis pun kembali semangat mengisi waktu luang dengan membaca artikel utama dan pilihan di Kompasiana.
Selagi rileks menyusuri judul-judul artikel utama dan pilihan,
hati langsung terpikat pada judul tulisan dari Muhammad Fauzan Ilham,
yang bertajuk "Menguak Kedalaman Psikologis Lagu Tak Segampang Itu, Anggi Marito".
Ia mengulas tentang kompleksitas dinamika batin, kehilangan, penerimaan diri, dan keberanian melangkah maju.