Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sosok yang Mengagumkan (Petualangan Rahasia Part 7 - Terakhir)

9 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   18:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Almeida from Pixabay

Sekarang, beberapa budayawan dan pemerhati benda pusaka mulai memunculkan kembali untuk menggali nilai-nilai sejarahnya, mereka menyimpannya di museum dan memperkenalkannya sebagai benda pusaka tradisional Sunda atau Jawa Barat.

Masyarakat umum pun bisa melihat kujang di suatu tempat tertentu, di sebuah museum atau di rumah seorang kolektor, maka hal tersebut menunjukkan bahwa lambang kedaulatan NKRI dapat diperlihatkan dari sisi budayanya."

"Kalian tahu tidak, apa arti kedaulatan?" Mbah Broto mencoba bertanya kepada keempat bocah manis yang sedari tadi mendengarkan Mbah Broto dengan tatapan tak berkedip.

Mereka berempat hanya menjawab dengan kepala menggeleng dan saling menatap dengan temannya.

"Kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi suatu negara ataupun daerah. Nah, dahulu kala kedaulatan negara dikuasai oleh Kerajaan Pajajaran. Kujang merupakan benda pusaka peninggalan kerajaan tersebut."

"Jangan-jangan dari tadi kalian belum paham apa itu benda pusaka?" Mbah Broto bertanya penuh selidik dan seperti biasanya alis beliau dinaikkan sehingga mimik wajahnya tampak lucu.

Rio menjawab asal-asalan. "Warisan nenek moyang ya, Mbah?"

Mbah Broto pun bertepuk tangan diikuti oleh teman lainnya. "Kamu benar, Rio!

"Benda pusaka merupakan benda yang diturunkan oleh nenek moyang, boleh juga mengatakannya sebagai warisan. Dalam hal ini yang diwariskan dari nenek moyang kita adalah keluhuran budayanya."

"Mengapa kujang itu diberikan kepada Om Suryo?" Wira yang sedikit pendiam sering sekali mengeluarkan pertanyaan yang jitu.

Mbah Broto tersenyum seraya mengamati lagit-langit rumahnya. Beliau seperti sedang menyimpan sebuah harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun