Tidak membutuhkan waktu lama, Rio sudah kembali ke ruang tamu dengan segelas air di tangan kanannya. "Ini, Mbah. Silakan diminum dulu sebelum melanjutkan cerita. Berarti sekarang kita mau berpetualang lagi ya, Mbah?" Rio bertanya penuh girang.
"Iya, benar. Menurut Mbah, berpetualang itu tidak harus selalu datang secara langsung ke tempat yang kita inginkan, namun bisa juga dengan cara membaca, mendengarkan cerita, dan menonton film. Tujuannya tetap sama yaitu untuk menambah pengetahuan kita atau untuk mengetahui sesuatu yang membuat kita penasaran."
"Iya, Mbah. Setuju!"
Semuanya kembali duduk dan tidak sabar mendengarkan cerita dari Mbah Broto, terutama cerita mengenai Ayah Adit yang tiba-tiba ada di rumah Mbah Broto dan seperti sudah mengenal Mbah Broto cukup lama.
"Mbah bersahabat baik dengan ayahnya Suryo." Belum selesai Mbah Broto bercerita, Adit sudah memotongnya. "Berarti Mbah bersahabat dengan Kakek Wiryo, kakeknya Adit, Mbah?"
"Adit, biarkan Mbah Broto cerita dulu, Nak!" Sebagai ayah yang baik, Pak Suryo lekas mengingatkan Adit.
"Iya, Ayah." Adit pun menuruti ayahnya dengan sangat manis.
Mbah Broto mulai melanjutkan ceritanya lagi. "Dulu Mbah satu kampung dengan Kakek Wiryo. Seperti yang telah mbah ceritakan sebelumnya, selain menjadi petani, Mbah meracik obat herbal dan menolong orang-orang di sana tanpa pamrih. Tidak perlu mbah ceritakan lagi alasan mbah pindah dari desa tersebut. Kalian kan sudah mendengar cerita mbah sebelumnya."
Sebelum menceritakan kisah selanjutnya, Mbah Broto menarik napas panjang. "Kakek Wiryo kemudian menghubungi Suryo, ayahmu ini Dit. Akhirnya Mbah bisa tinggal di sini. Di tempat yang sepi dan jauh dari perkampungan. Di sini Mbah tetap bisa meracik obat-obat herbal. Coba lihat! Di rak itu ada berbagai macam bahan-bahan obat herbal yang bisa Mbah racik. Mbah menanam tanaman herbal di depan dan belakang rumah ini."
"Ayahmu sering datang ke rumah Mbah, biasanya karena ada pesanan obat herbal dari teman-temannya atau dari orang-orang di perkampunganmu. Sebagian besar penduduk menganggap Mbah sebagai dukun yang tinggal mengasingkan diri, padahal Mbah bukanlah seorang dukun."
"Mungkin suatu saat, beberapa tahun kemudian, daerah yang Mbah tempati ini akan menjadi ramai oleh rumah-rumah penduduk. Bisa juga dijadikan daerah perladangan karena tanah di sini sangat subur."