******
"Chris, datang ya ke pernikahan saya. Ini undangan untukmu dan masih ada beberapa orang yang belum terbagi, bisa tolong titip dibagikan ke mereka?" Chris menjawab penuh hormat, "Baik, Pak."
Atasan Chris sekaligus pemilik perusahaan ritel ini terkenal tegas namun ramah dan mengayomi karyawannya. Â Membagikan undangan pernikahan saja tidak melalui sekretarisnya, namun ia sangat tidak suka dengan orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak berani mengakui kesalahan. Selain perusahaan ini, ia masih memiliki bisnis lainnya. Perempuan mana yang tidak menginginkannya?
Setelah bos besar yang masih muda itu berlalu, terjadilah kerumunan kecil dan kasak-kusuk. "Katanya sih calon istri si bos itu seorang janda dan sudah punya anak satu. Wah, pasti tuh cewek istimewa, si bos aja mau sama dia."
Chris membuka undangan yang barusan diterimanya. Chris sangat mengenal nama calon istri dalam undangan itu. Badan Chris terasa menggigil. Jika benar itu Ayu yang beberapa tahun lalu ia tinggalkan, berarti anak itu?"
Chris terhenyak di kursinya. Ia malah teringat istrinya yang telah divonis mandul sehingga mereka tidak bisa dikaruniai seorang anak. Chris berusaha menepis semua itu, siapa tahu memang nama calon istri bos sama dengan Ayu yang telah tidak ia pedulikan di masa lalu.
Jika benar itu Ayu, berarti sebenarnya ia memiliki  keturunan yang saat ini tidak bisa diberikan oleh istrinya sendiri. Begitulah isi kepala Chris di tengah munculnya kembali kelebat masa lalu yang indah namun tidak seindah nuraninya sebagai seorang lelaki yang seharusnya saat itu mampu bertanggung jawab.
*****
Pernikahan yang mewah dan dihadiri orang-orang penting membuat nyali Chris semakin ciut. Ia sangat menunggu detik-detik pengantin perempuan memasuki ruangan resepsi yang sangat luas di sebuah hotel ternama di Jakarta.
Seorang anak kecil berjalan di depan pengantin membawa bunga yang indah dan didandani seperti seorang peri cantik. Mata Chris beralih ke arah pengantin perempuan.
Lutut Chris terasa lemas dan seakan tak mampu menopang bobot tubuhnya. Suara halus keluar dari mulutnya, "Ayu." Chris terus menatap putri kecil yang berjalan lucu menuju panggung resepsi. Para tamu terlihat gemas melihat tingkah lucu gadis itu. "Dia, anakku." Chris semakin tidak berkonsentrasi dan akhirnya memilih untuk pulang ke rumah.