Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arka Cintanya Tara Kanya

20 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 20 Juni 2022   18:21 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh congerdesign dari Pixabay

Malam yang mendung tanpa hujan membuat udara terasa lebih panas. AC di kamar Tara seakan percuma. Tara memutuskan untuk turun ke dapur mencari setetes kesegaran dari dalam lemari es. Ia meneguk sedikit demi sedikit air es di gelas yang sedang ia genggam. Ingatannya terus melayang pada Arka. Tara menarik kursi meja makan dan duduk termenung di sana. Ekor matanya seperti melihat sesuatu yang berkelebat. Aroma khas Arka tercium oleh Tara. Ia segera menoleh dan benar saja Arka sudah berada di belakangnya.

“Loh, ngapain di sini? Temenin tuh istri lo!” tutur Tara menutupi kegalauannya dengan cengar-cengir. “Kanya udah tidur.” Ungkap Arka ikutan nyengir. Tara merasa bingung, “Kok Kanya malah udah tidur?”

Beberapa saat mereka saling terdiam. Akhirnya Tara kembali membuka pembicaraan. “Lo, beneran cinta kan Ka sama adik gua? Lo jangan sampai ngecewain dia, ya! Dia cinta banget sama lo, Ka.”

Arka melepaskan helaan napasnya yang terasa berat. Hal itu tampak dari suara hembusannya yang cukup keras, seperti sebuah keluhan.  Tangannya meraih gelas berisi air es yang sedang dimainkan Tara kemudian meneguknya. “Tanpa lo tanya, sebenarnya lo tahu perasaan gua kan, Ra. Dari dulu gua hanya menganggap Kanya itu sebagai adik gua. Nggak lebih.” Arka menatap Tara dan kali ini Tara berusaha untuk menghindar dari tatapan Arka. “Terus kenapa lo maksain diri nikahin adik gua kalau emang lo nggak cinta?” suara Tara hampir tak terdengar, ia berusaha menatap Arka, namun akhirnya Tara menunduk seakan tak bisa menahan gejolak rasa yang menghimpit dada. Ada sedikit perasaan bahagia setelah Tara tahu bahwa Arka tak mencintai adiknya. Tapi di sisi lain lagi, Tara merasa kasihan pada Kanya yang sungguh-sungguh mencintai Arka.

“Gua cuma cinta sama lo, Ra. Gua nikahin Kanya supaya gua bisa tetep deket sama lo. Setidaknya kalau suatu saat lo punya suami, gua bisa tetep jadi bagian dari keluarga lo. Sesekali gua masih bisa deket sama lo walaupun rencananya bulan depan  gua dan Kanya pindah ke rumah baru. Lo juga sebenernya punya perasaan yang sama kaya gua kan, Ra? Lo hanya berusaha ngalah sama Kanya, kan? Kalau emang lo nggak mampu mengalah, terus kenapa lo lakuin? Sakit kan, Ra?” tutur Arka seraya mendekat ke arah Tara.

Tara semakin salah tingkah ketika Arka mendekatinya. Dadanya berdegup lebih kencang dari biasanya, darahnya berdesir sampai ke ubun-ubun, kakinya gemetar sehingga kursi yang diduduki terasa tak menapak di lantai. Dengan napas tertahan, Tara tak sanggup menolak saat Arka menariknya berdiri dan memeluknya. Pelukan terakhir yang ia rasakan adalah ketika Arka baru saja diangkat menjadi seorang manager di kantornya, sesaat setelah ia memasangkan dasi untuk Arka. Sekarang Tara merasakan seperti air bendungan yang meruntuhkan tembok pembatas, tumpah ruah dengan gelombang air yang besar meluluh lantakkan apapun yang ada di sekitarnya. Tara membalas pelukan Arka dengan perasaan cinta yang teramat dalam. Bukan perasaan sebagai seorang sahabat lagi.

Tara mencoba mengatur napasnya dan berusaha menenangkan diri. Tara ingin melepaskan pelukan Arka, tapi Arka malah memeluknya makin erat. Persetan dengan perasaan Kanya yang sedang lelap dibawa roh mimpi. Kanya benar-benar terlelap setelah meminum teh jahe hangat yang sedikit ditaburi obat tidur oleh suami tercintanya. Pada dasarnya Arka belum siap dengan Kanya. Biar makin lelap dan Arka merasa lebih tenang, sengaja Kanya diberi sejumput obat tidur di minumannya.

Arka melepaskan pelukannya dari Tara, tangannya membimbing Tara dan menariknya menuju tangga. Satu per satu langkah kaki mereka berdua menaiki tangga dan menuju kamar Tara. Perlahan pintu kamar Tara terbuka sesaat setelah tangan kokoh Arka menekan handle pintu ke arah bawah. Arka menatap Tara dan mencoba meyakinkannya. Tara ingin menolak, tapi Tara juga tak sanggup. Cintanya pada Arka sudah membuat Tara merasa seperti orang paling gila di dunia. Ia ingin berikan sesuatu yang paling suci yang ia jaga selama ini untuk Arka. Lelaki yang berstatus sahabat, kemudian statusnya berubah menjadi lelaki yang sangat dicintainya, dan sekarang telah menjadi adik iparnya sendiri.  Tara yang pintar, lulusan S2 managemen bisnis, menduduki posisi yang apik di perusahaan ayahnya sendiri, ternyata tak cukup iman untuk hadapi situasi seperti sekarang ini.

Arka dan Tara tidak menyadari bahwa ada sepasang mata teduh yang memerhatikan mereka berdua saat menaiki tangga menuju kamar Tara.

******

Air mata mulai mengalir di pipi Tara. “Sudahlah Tara, toh ini semua sudah terlanjur terjadi. Kenapa harus disesali?” Ucapan Arka seolah tak memiliki dosa sama sekali. Tara memohon, “Tolong tinggalin gua sendirian, Ka. Tolong keluar dari kamar ini!” Tara setengah histeris. Wajah Kanya seakan menghantui Tara, ia merasa berdosa, namun semua telah terlambat disadarinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun