Mohon tunggu...
Anastasia Silvani Dasi Letto
Anastasia Silvani Dasi Letto Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate Basindo UGM.

Punya minat besar di bidang bahasa dan gender. Utamanya suka membaca artikel ilmiah, tetapi sekarang menantang diri untuk menulis karya populer dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Promosi Judi Online dan Perempuan

4 Juli 2024   09:32 Diperbarui: 4 Juli 2024   12:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Aiden Howe/Unsplash.com

Melalui asumsi heteronormatif, kita bisa menunjuk bahwa citra perempuan yang muncul dalam promosi judi digunakan untuk menarik perhatian laki-laki karena barangkali markas judi meyakini kecenderungan laki-laki untuk berjudi lebih besar daripada perempuan. Keterlibatan perempuan dalam promosi judi online mungkin dinilai akan dapat menarik lebih banyak pemain, khususnya laki-laki. Dalam kerangka objektifikasi tersebut, berbagai lapis bentuk kekerasan bisa terjadi. 

Misalnya, ketika perempuan mempromosikan judi kepada laki-laki yang ia telpon, ia mendapat balasan, “Saya nggak judi lagi, Mbak, sekarang saya sukanya seks. Bisa sama Mbaknya?” Akan tetapi, tentu saja berbicara mengenai masalah tersebut akan sangat sulit, mengingat hal tersebut terjadi dalam lingkungan hiburan yang diperangi oleh sistem hukum dan menganggap judi dan kekerasan seksual adalah hal yang tidak tabu atau normal.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tabu berkaitan dengan nilai moral yang ada di masyarakat dan perempuan adalah kelompok yang bertanggung jawab untuk menjaga moral masyarakat. 

Oleh sebab itu, ketika citra perempuan digunakan dalam banyak promosi judi online, orang yang terpapar promosi itu dapat merasa bahwa judi online bukanlah sesuatu yang tabu-tabu amat. Hal ini makin menenggelamkan anggapan tabu judi online di mata masyarakat kita. Dengan asumsi ini, kita dapat melihat bahwa eksistensi iklan judi online juga berpengaruh pada determinasi moral masyarakat.

Saat menyadari banyaknya kerugian yang disebabkan oleh judi online, perlulah pemerintah dan pihak-pihak yang berkomitmen menjaga moral masyarakat, seperti organisasi keagamaan (yang semoga saja tidak disetir), melugaskan keburukan judi online. Bersamaan dengan kriminalisasi para pelaku judi online, perlu pula pihak yang telah memahami sifat destruktif judi menekankan bahwa judi online adalah sesuatu yang buruk, merugikan, dan tabu dalam dialog terstruktur yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat. 

Dialog dengan masyarakat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa mencari sensasi yang tidak perlu (seperti mencanangkan bansos ke korban judi online) dan menambah stigmatisasi terhadap perempuan yang akhirnya membelokkan perhatian dari masalah judi online. Dengan memperkuat anggapan judi sebagai hal yang tabu, banyak masyarakat yang akan dapat melindungi diri sendiri dan orang sekitarnya dari jerat judi online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun