"Faris suka beneran ya sama gue, do?"
"kenapa tiba-tiba lo tanya gitu sama gue?"
"Ya, elo kan sohib nya dia. Kali aja gitu dia cerita kalo lagi jatuh cinta sama gue.."
"Terus, kenapa lo bisa bilang Faris suka sama elo?"
"Hmm, gw perempuan, do. Gw tau lah gimana cara membuat laki-laki terpikat sama gue."
Gila. Kulirik perempuan di hadapanku ini. Ternyata dia tak main-main dengan ucapannya sebulan yang lalu.
Hmm, temen elo yah do, boleh gw kenalan? Gw mau kasih liat ke elo, semudah apa membuat lelaki bertekuk lutut sama perempuan.
Saat itu kulihat, dia tersenyum menerawang. Sepintas ku rasakan tak ada yang aneh. Toh, kalau memang nanti Faris suka dengan Acha adalah hal yang wajar. Rasa suka kan tidak bisa di atur. Kalau memang sudah suka, ya sudah suka.
Tapi apa yang barusan di ucapkan Acha membuatku tersentak. Aku kira dia cuma becanda waktu membicarakan hal ini sebulan yang lalu itu.
"Hei, do.. Kok bengong? Masa gw boong sih sama elo, elo kenal gw udah lama kan?"
"Iya sih, tapi.."
"Tapi kenapa, do ?"
"Elo mau sampai kapan kayak gini? Ngebuat laki-laki tergila-gila sama elo, abis itu lo tinggalin mereka.. Itu mah nama nya ngebuat mental mereka jatoh. Untung belom ada yang sampe gila beneran.."
"Hahahahaa.. Salah gue gitu kalau mereka suka sama gw? Elo aja yang aneh kenapa ga suka sama gw.. Padahal kita udah deket berapa tahun coba.."
Gue mikir dalam hati. Sial juga ini cewek, masa bisa ngomong kayak gitu. Kulirik lagi Acha, dia tampak sibuk membalas BBM yang masuk. Acha memang cantik, kulitnya kuning langsat, matanya bulat besar tampak proposional dengan alis yang juga tebal. Rambutnya tergerai sebahu, hitam lurus. Dia punya lesung pipi jika tersenyum. Tinggi nya semampai, sesuai dengan bentuk badan nya yang aduhai. Tapi sejak awal kenal dengan Acha, aku memang tidak ada ketertarikan untuk menjadikannya sebagai kekasih. Aku tulus bersahabat dengan Acha. Perhatian yang aku miliki juga sewajarnya sebagai seorang sahabat.
"Ga usah dipikirin gitu juga, do.. Lo suka sama gue, gue juga ga masalah.."
Acha tertawa lepas. Lesung pipi nya muncul disana. Dia tampak cantik. Ya, sebagai lelaki aku memang mengakui nya cantik. Tak heran, semua teman-teman cowokku akan melirik Acha, jika ia sedang berjalan di Kampus. Atau ketika aku mengajak Acha kumpul dengan teman-temanku. Acha akan langsung menjadi sorotan. Tapi tetap, hatiku tidak berubah perasaannya.
"Do, besok temenin gue belanja di Senayan yaa.."
Aku tersenyum. Ya, aku sebagai sahabatnya yang paling baik ku rasa. Kemanapun Acha ingin pergi, selama aku bisa, aku pasti akan mengantarnya. Apapun yang Acha alami, dia akan cerita padaku.
Acha memang cantik, aku tau itu. Sekalipun ia tidak pernah dandan secara berlebihan. Karena make-up nya hanya bedak tipis, lipgloss dan eyeliner. Aku tahu itu, karena aku sering menemaninya membeli kosmetik. Acha tidak pernah memakai baju yang seksi, atau hal lain nya yang membuat lelaki cepat tergoda. Acha tak pernah melakukan hal itu. Ada aura kecantikkan yang aku lihat dari diri Acha, sehingga ia terlihat begitu mempesona di mata para lelaki. Tentu juga aku. Aku akui itu. Tapi tak sedikitpun hati ini bergetar jika ada di sisi Acha.
Tidak semua orang tahu mengenai Acha. Sebagian menilai Acha adalah seorang bidadari cantik, yang memang hadir untuk menghibur mata para lelaki. Ada pula yang menilai, Acha sama seperti perempuan cantik lainnya, terlalu menjual mahal. Atau sebagai perempuan yang doyan menyakiti lelaki.
Banyak yang tak mengerti Acha, hatinya sudah tertutup untuk lelaki. Tapi itu tak berarti dia berubah menjadi lesbi. Bukan sama sekali. Dia masih menyukai lelaki. Dia hanya tersakiti. Tersakiti oleh cinta yang ia punya. Tersakiti untuk cinta yang telah ia perjuangkan.
Acha pernah mencintai seorang lelaki, sangat mencintai. Ia tahu, ia cantik. Maka ia tak pernah mau menyia-nyiakan lelaki yang dicintainya. Ia benar-benar memberikan seluruh hati dan perasaan nya itu. Ia pun sangat senang ketika sang lelaki memberikan nya sebuah cincin di jari manis nya. Terukir nama mereka berdua disana. Mereka pun sudah memiliki angan tentang masa depan mereka.4 tahun kebersamaan Acha dengan kekasihnya. Betapa bahagia nya, aku tahu itu. Aku tahu dari binar matanya ketika ia menceritakan hal ini.
Tapi sinar matanya terluka ketika ia menceritakan hal selanjutnya. Lelaki yang ia cintai teramat dalam itu pergi meninggalkannya. Pergi bersama dengan sahabat Acha, yang juga sahabat mereka.
Aku tau Acha terluka. Amat sangat terluka. Namun ini lah proses penyembuhan luka Acha, walaupun terkesan tidak baik. Ia membiarkan lelaki-lelaki yang menaruh hati padanya mengejar nya. Hal itu membuat Acha perlahan bangkit dari tangis nya. Ia tahu ia masih di ingini banyak lelaki di sekelilingnya, namun ia juga tahu, ia tak membuka hatinya untuk lelaki mana pun. (mungkin) untuk saat ini. Maka Acha begitu menikmati proses ini, proses aneh yang ternyata meremehkan kaum ku. Tapi aku maklum, karena aku mengerti Acha. Mengerti akan senyum terluka nya itu.
~Acha, Perempuan cantik yang tersakiti.. ~
Bintaro, 24 Juni 2012
dari curahan hati seorang sahabat yang namanya harus disamarkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI