Mohon tunggu...
Nature

Kultur Jaringan Menggunakan Sumber Hayati Negara Lain

25 Agustus 2018   12:13 Diperbarui: 25 Agustus 2018   12:31 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknik kultur jaringan juga dapat menimbulkan kerugian, terutama jika dilakukan secara berlebihan. Mengapa demikian? Jika kita terus-menerus melakukan kultur jaringan, otomatis induk plasma nutfah untuk akan lebih sedikit dibanding plasma nutfah hasil rekayasa genetik. Akibatnya induk plasma nutfah akan semakin berkurang atau yang paling parah plasma nutfah asli akan punah. 

Oleh karena itu, kultur jaringan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Kultur jaringan harus didasari oleh bioetika. Bioetika adalah pedoman dalam pengambilan keputusan untuk para ilmuwan agar tidak menimbulkan kerusakan bagi kehidupan. 

Bioetika wajib diterapkan bagi setiap peneliti. Kultur jaringan yang benar adalah dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Artinya generasi selanjutnya harus dapat menikmati ketersediaan alam secara utuh.

Saat ini, kultur jaringan banyak dikembangkan di negara-negara maju. Mereka telah mengembangkan bioteknologi kultur jaringan dengan mengambil plasma nutfah dari negara lain. Namun, apakah boleh jika negara maju mengambil plasma nutfah negara lain untuk dikembangkan di negaranya sendiri?

Sebelumnya menjawab pertanyaan di atas, sebenarnya bagaimana plasma nutfah bisa dipindahkan dari suatu negara ke negara lain? Mengapa mereka bisa lolos dari proses karantina? Jadi, plasma nutfah yang dibawa tidak akan melewati proses karantina. Mengapa demikian? Sebelumnya kita telah membahasa mengenai dasar-dasar teknik kultur jaringan. 

Telah dijelaskan bahwa kultur jaringan dikembangkan pada kondisi yang aseptik sehingga terbebas dari penyakit. Sedangkan karantina akan dilakukan pada hewan atau tumbuhan yang dapat menyebarkan virus dan penyakit berbahaya. Alasan inilah yang menyebabkan mudahnya pemindahan kultur jaringan ke negara lain.

Indonesia merupakan negara dengan plasma nutfah yang sangat berlimpah. Ribuan spesies flora dan fauna tumbuh dan berkembang di seluruh Indonesia. 

Sayangnya, Indonesia belum bisa memanfaatkan plasma nutfah itu dengan optimal. Hal ini justru dimanfaatkan para peneliti asing untuk mengambil keuntungan dari plasma nutfah di Indonesia. Kurangnya pemahaman para peneliti Indonesia akan prosedur perizinan eksplorasi sumber daya hayati bagi peneliti asing menimbulkan mudahnya negara asing mengambil keuntungan dari negara Indonesia.

Contoh kasus pengambilan plasma nutfah terjadi di Jawa Tengah. Di sana tumbuh tanaman kantong semar yang menjadi tanaman endemik di Gunung Slamet. Tanaman ini termasuk ke dalam tanaman yang hampir punah. Namun, tanaman kantong semar menjadi incaran para peneliti dari Prancis, Swiss, dan Jepang. Mereka ingin memanfaatkan cairan kantong semar yang mengandung enzim untuk melumatkan daging.

Kasus tersebut menunjukkan bahwa negara asing tidak melakukan kultur jaringan secara tanggung jawab. Tujuan dari kegiatan itu hanya semata-mata untuk kepentingan komersial, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Selain itu, negara asing akan mendapat keuntungan ekonomis yang besar. Bahkan saat nutfah sudah berhasil dikembangkan di negaranya, mereka juga bisa mengklaim plasma nutfah itu menjadi milik mereka. Tentunya kita tidak ingin tanaman yang menjadi ciri khas suatu daerah dicuri oleh negara asing.

Sedangkan negara yang diambil nutfahnya akan dirugikan. Sumber daya hayati pada negara berkembang akan berkurang, padahal keanekaragaman hayati menjadi faktor penting dalam pengaturan iklim secara global. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun