PENDAHULUAN
Pelestarian lingkungan hidup merupakan isu global yang semakin menjadi perhatian masyarakat dunia. Berbagai permasalahan seperti perubahan iklim, pencemaran udara, tanah, dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati mengancam keseimbangan ekosistem dan kelangsungan hidup manusia (Jayawardana, 2023). Kondisi lingkungan hidup yang semakin memburuk saat ini mempertegas urgensi dari upaya pelestarian. Laporan dari World Resources Institute (WRI) pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa dunia kehilangan 10 juta hektar hutan setiap tahun akibat deforestasi. Selain itu, polusi plastik telah mencapai tingkat yang kritis dengan lebih dari 11 juta ton sampah plastik mencemari lautan setiap tahunnya (WRI, 2023). Di Indonesia sendiri, kualitas udara di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya sering kali berada pada tingkat tidak sehat akibat tingginya polusi kendaraan bermotor dan emisi industri. Permasalahan ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan untuk mengambil tindakan nyata dalam melestarikan lingkungan hidup
Upaya untuk melestarikan lingkungan hidup harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak, yang merupakan generasi penerus. Peran anak-anak menjadi penting karena mereka memiliki potensi besar untuk membangun kebiasaan dan kesadaran yang dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan hidup (Romadhon dkk., 2024). Anak sekolah dasar (SD) memiliki peran strategis dalam membangun budaya peduli lingkungan. Pada usia ini, anak-anak cenderung lebih mudah menerima nilai-nilai baru dan membentuk perilaku yang berorientasi pada kelestarian lingkungan. Pendidikan sejak dini menjadi kunci dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam. Melalui pendekatan yang tepat, anak-anak dapat diarahkan menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi lingkungan sekitarnya untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam.
Selain itu, anak-anak memiliki potensi untuk membawa dampak signifikan melalui pengaruh mereka terhadap keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari keluarga, mereka dapat mengedukasi orang tua dan saudara mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Di lingkungan sekolah, mereka dapat memotivasi teman-teman untuk berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan. Dengan demikian, peran anak-anak tidak hanya terbatas pada diri mereka sendiri tetapi juga dapat meluas ke komunitas yang lebih besar. (Husamah & Rahardjanto, 2024) Sayangnya, kesadaran lingkungan pada anak-anak di Indonesia masih menjadi tantangan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa tingkat literasi lingkungan di kalangan siswa sekolah dasar masih rendah. Hal ini disebabkan oleh minimnya integrasi pendidikan lingkungan dalam kurikulum formal dan kurangnya kegiatan berbasis lingkungan yang menarik bagi anak-anak (Mucholifah & Kadeni, 2024). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang inovatif untuk memberdayakan anak-anak agar mereka mampu berperan sebagai agen perubahan.
Program-program edukasi lingkungan di sekolah dasar dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan anak-anak dalam pelestarian lingkungan. Misalnya, kegiatan seperti pembuatan taman sekolah, daur ulang sampah, dan kampanye hemat energi dapat membantu anak-anak memahami pentingnya tindakan kecil dalam menjaga kelestarian alam (Rezeki & Muhajir, 2024). Program-program semacam ini tidak hanya memberikan edukasi teoritis tetapi juga memberikan pengalaman praktis yang mendalam kepada anak-anak. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengulas peran anak-anak sekolah dasar sebagai agen perubahan dalam melestarikan lingkungan hidup. Dengan menggunakan pendekatan studi literatur, artikel ini akan mengidentifikasi strategi-strategi yang efektif untuk memberdayakan anak-anak dan menjadikan mereka sebagai pelopor dalam membangun kesadaran lingkungan. Harapannya, hasil dari artikel ini dapat menjadi panduan bagi pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan dalam mengembangkan program-program lingkungan yang berkelanjutan.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur yang dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber terpercaya, seperti buku, jurnal ilmiah, artikel akademik, dan laporan penelitian yang relevan. Kajian ini berfokus pada tema pelestarian lingkungan hidup dan peran anak sekolah dasar sebagai agen perubahan. Penulis secara sistematis menelaah konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan pada anak usia sekolah dasar, mengidentifikasi manfaatnya bagi pembentukan kebiasaan peduli lingkungan, serta menyusun strategi praktis untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam lingkungan sekolah. Proses kajian literatur ini mencakup analisis terhadap potensi anak-anak dalam mendorong perubahan lingkungan melalui perilaku sehari-hari, pengaruhnya terhadap keluarga dan komunitas, serta evaluasi terhadap tantangan yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program lingkungan di sekolah dasar. Dengan memadukan berbagai perspektif dan temuan penelitian, artikel ini juga menawarkan solusi aplikatif untuk membantu guru, orang tua, dan pihak sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung keberlanjutan. Tujuannya adalah memberikan panduan strategis yang dapat mendorong anak-anak untuk berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup sejak dini
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pentingnya Pelestarian Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan hidup global saat ini menghadapi berbagai tantangan serius yang mengancam keseimbangan ekosistem. Perubahan iklim, misalnya, telah menyebabkan peningkatan suhu global rata-rata hingga lebih dari 1C sejak era pra-industri, menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2021). Dampaknya meliputi meningkatnya intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis. Perubahan ini juga mempengaruhi siklus hidrologi yang berdampak langsung pada ketersediaan air bersih bagi jutaan manusia. Sementara itu, pencemaran lingkungan semakin meluas, baik dalam bentuk pencemaran udara, tanah, maupun air, yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, pembuangan limbah industri, dan penggunaan plastik secara berlebihan.
Deforestasi menjadi masalah utama yang mempercepat kerusakan lingkungan hidup global. Data dari World Resources Institute (2023) menunjukkan bahwa setiap tahun, dunia kehilangan sekitar 10 juta hektar hutan akibat konversi lahan untuk pertanian, perkebunan, dan urbanisasi. Kehilangan hutan ini tidak hanya mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap karbon dioksida, tetapi juga mengancam keanekaragaman hayati. (Supriatna, 2021) Ribuan spesies flora dan fauna yang bergantung pada ekosistem hutan kini menghadapi risiko kepunahan. Di Indonesia sendiri, deforestasi yang masif masih menjadi perhatian besar, terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatra, yang kaya akan hutan tropis.
Pentingnya pelestarian lingkungan hidup tidak hanya untuk menjaga keberlanjutan alam, tetapi juga sebagai kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Ekosistem yang sehat menyediakan berbagai layanan lingkungan seperti penyediaan makanan, air bersih, udara yang sehat, dan bahan mentah yang penting bagi ekonomi global. (Rahmayanti& Feryl, 2022) Misalnya, lautan menyediakan lebih dari 50% oksigen yang kita hirup, tetapi saat ini menghadapi ancaman polusi plastik yang kritis, dengan lebih dari 11 juta ton limbah plastik mencemari ekosistem laut setiap tahunnya.
Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, anak-anak sebagai generasi penerus memiliki peran strategis untuk melestarikan lingkungan. Penanaman nilai-nilai peduli lingkungan sejak dini dapat membentuk kebiasaan positif yang berkelanjutan. (Hartati, 2022) menyebutkan bahwa pengalaman masa kecil yang melibatkan interaksi langsung dengan alam memiliki dampak besar terhadap kesadaran lingkungan saat dewasa. Dengan kata lain, pendidikan lingkungan yang dilakukan pada masa sekolah dasar tidak hanya meningkatkan literasi lingkungan, tetapi juga mempersiapkan anak-anak untuk menjadi agen perubahan yang mampu memengaruhi perilaku komunitasnya.
Keberhasilan pelestarian lingkungan tidak hanya bergantung pada tindakan individu, tetapi juga pada partisipasi kolektif. Anak-anak sekolah dasar memiliki potensi unik untuk menyebarkan kesadaran lingkungan ke lingkup keluarga dan komunitas mereka. Sebagai contoh, program edukasi lingkungan yang melibatkan anak-anak dalam kegiatan seperti daur ulang sampah dan penanaman pohon telah terbukti meningkatkan kesadaran lingkungan di komunitas sekitar (Hamidah dkk., 2024). Anak-anak tidak hanya belajar melalui aktivitas ini, tetapi juga menjadi penggerak perubahan yang dapat memotivasi orang lain untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Secara keseluruhan, pelestarian lingkungan hidup adalah tanggung jawab bersama yang harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak. Upaya ini membutuhkan sinergi antara pendidikan, kebijakan, dan kesadaran kolektif. Dengan memberdayakan anak-anak sekolah dasar sebagai agen perubahan, ada harapan untuk membangun generasi masa depan yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan hidup.
Peran Anak Sekolah Dasar sebagai Agen Perubahan
Anak-anak sekolah dasar (SD) memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam melestarikan lingkungan hidup. Usia sekolah dasar merupakan periode perkembangan di mana anak-anak cenderung lebih mudah menerima dan membangun kebiasaan baru. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan yang dimulai sejak dini dapat menghasilkan efek jangka panjang dalam perilaku pro-lingkungan (Agustini dkk., 2022). Misalnya, kebiasaan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, hemat energi, atau memanfaatkan barang bekas dapat menjadi dasar pembentukan karakter peduli lingkungan. Manfaat anak sekolah dasar sebagai agen perubahan dalam melestarikan lingkungan hidup:
- Membentuk Kebiasaan Peduli Lingkungan Sejak Dini
- Pendidikan lingkungan pada anak SD tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kebiasaan sehari-hari. Penanaman kebiasaan ini dapat dilakukan melalui program-program edukatif seperti pengelolaan sampah di sekolah, kampanye hemat energi, atau kegiatan menanam pohon. Studi oleh (Zuhriyah, 2021) menunjukkan bahwa paparan terhadap alam dan program berbasis pengalaman langsung dapat meningkatkan empati anak-anak terhadap lingkungan serta mendorong perilaku pro-lingkungan.
- Menjadi Inspirator bagi Keluarga dan Teman Sebaya
- Anak-anak SD memiliki pengaruh signifikan terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai anggota keluarga, mereka dapat mengedukasi orang tua dan saudara mengenai pentingnya menjaga lingkungan melalui tindakan sederhana seperti daur ulang sampah atau menghemat air. Di sekolah, mereka dapat menjadi motivator bagi teman sebaya untuk berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan. (Shabrina dkk., 2023) mencatat bahwa anak-anak yang terlibat dalam program lingkungan sering kali membawa pengaruh positif pada perilaku keluarga mereka terhadap alam.
- Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Kepemimpinan
- Partisipasi anak-anak dalam kegiatan pelestarian lingkungan juga dapat mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan. Misalnya, melalui program seperti "Green School Ambassadors," anak-anak diberi tanggung jawab untuk memimpin kampanye atau proyek lingkungan di sekolah. Hal ini tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin lingkungan di masa depan (Friman dkk., 2018).
- Meningkatkan Kesadaran Kolektif melalui Pendidikan Formal dan Nonformal
- Integrasi pendidikan lingkungan dalam kurikulum sekolah dasar memberikan landasan yang kuat untuk meningkatkan literasi lingkungan anak-anak. Namun, pendidikan lingkungan tidak hanya terbatas pada kegiatan di ruang kelas. Aktivitas luar sekolah seperti kemah lingkungan, kunjungan ke taman nasional, atau kerja sama dengan komunitas lokal dapat memperkaya pengalaman belajar mereka (Napang, 2024). Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ini lebih mungkin untuk memahami hubungan antara tindakan mereka dan dampaknya terhadap ekosistem global.
- Menghadapi Tantangan dalam Implementasi Program Lingkungan
- Meski anak-anak SD memiliki potensi besar sebagai agen perubahan, tantangan dalam implementasi program lingkungan tetap ada. Faktor seperti kurangnya dukungan dari keluarga, minimnya fasilitas pendukung di sekolah, dan kurangnya pelatihan guru mengenai pendidikan lingkungan sering menjadi hambatan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung keberlanjutan (Maisaroh & Untari, 2024).
- Memberikan Dampak Positif untuk Komunitas yang Lebih Luas
- Anak-anak SD yang aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan dapat memberikan dampak yang meluas ke komunitasnya. Misalnya, kampanye hemat energi atau pengelolaan sampah di tingkat sekolah sering kali menginspirasi masyarakat sekitar untuk melakukan hal serupa. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya berperan dalam membangun kebiasaan positif untuk diri mereka sendiri, tetapi juga memengaruhi perilaku komunitasnya (Lestari dkk., 2023)
Strategi Efektif dalam Memberdayakan Anak SD
Memberdayakan anak-anak sekolah dasar sebagai agen perubahan dalam pelestarian lingkungan hidup memerlukan pendekatan yang efektif dan relevan. Strategi yang diterapkan harus mampu menggabungkan pembelajaran interaktif, pengalaman praktis, serta teknologi modern, sehingga anak-anak tidak hanya memahami isu lingkungan tetapi juga termotivasi untuk mengambil tindakan nyata. Berikut beberapa pendekatan strategis yang dapat dilakukan:
- Pendidikan Berbasis Proyek Lingkungan
- Pendidikan berbasis proyek (project-based learning) memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk terlibat langsung dalam kegiatan lingkungan yang nyata dan relevan. Misalnya, anak-anak dapat dilibatkan dalam proyek pembuatan kebun sekolah, pengelolaan sampah organik menjadi kompos, atau kampanye hemat energi di komunitas mereka. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep lingkungan, tetapi juga mengasah keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan kepemimpinan. Penelitian oleh (Khoirunnisa, 2024). menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pendidikan berbasis proyek memiliki peningkatan literasi lingkungan dibandingkan siswa yang hanya belajar melalui metode konvensional. Selain itu, proyek-proyek semacam ini dapat membangun rasa tanggung jawab siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam studi oleh (Cahyaningtyas, dkk, 2022) ditemukan bahwa keterlibatan siswa dalam proyek lingkungan meningkatkan rasa kepemilikan mereka terhadap alam, sehingga mendorong perilaku positif seperti hemat energi dan daur ulang. Proyek ini juga memungkinkan siswa untuk melihat dampak nyata dari tindakan mereka, yang memperkuat motivasi mereka untuk terus melibatkan diri dalam kegiatan pelestarian lingkungan.
- Kegiatan Ekstrakurikuler Bertema Lingkungan
- Ekstrakurikuler bertema lingkungan seperti klub lingkungan, tim penghijauan, atau kelompok pengelola sampah dapat menjadi platform efektif untuk memberdayakan anak-anak. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mempelajari isu-isu lingkungan secara mendalam, sekaligus terlibat dalam aksi nyata yang menyenangkan. Contoh kegiatan yang bisa dilakukan meliputi penanaman pohon, lomba daur ulang kreatif, atau kunjungan edukatif ke taman nasional dan tempat pengelolaan limbah. Menurut (Emiliawati, 2022), siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler bertema lingkungan cenderung memiliki kesadaran dan kepedulian lingkungan yang lebih tinggi. Selain itu, kegiatan ini dapat membantu anak-anak membangun hubungan sosial yang positif dengan teman-teman yang memiliki minat yang sama, sehingga menciptakan komunitas pembelajar yang mendukung. Guru dan sekolah berperan penting dalam menyediakan fasilitas serta panduan untuk mendukung kelancaran kegiatan ini.
- Penggunaan Media Digital dan Teknologi Ramah Anak
- Media digital dan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan materi lingkungan secara lebih interaktif dan menarik. Aplikasi pembelajaran, video animasi, dan permainan edukatif bertema lingkungan dapat membantu anak-anak memahami isu-isu kompleks seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, atau pengelolaan limbah dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Penelitian oleh (Wang dkk., 2021) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran lingkungan meningkatkan keterlibatan siswa hingga 35%. Misalnya, simulasi virtual tentang ekosistem memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi dampak perilaku manusia terhadap alam tanpa harus keluar dari ruang kelas. Selain itu, platform media sosial juga dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan lingkungan yang dapat diakses oleh anak-anak, orang tua, dan komunitas. Namun, penggunaan teknologi harus dilakukan secara bijak dan diawasi oleh guru atau orang tua untuk memastikan anak-anak mendapatkan konten yang sesuai dan mendidik. Dengan memanfaatkan teknologi secara optimal, anak-anak tidak hanya menjadi lebih sadar terhadap isu lingkungan, tetapi juga lebih siap menghadapi tantangan masa depan dalam era digital.
- Integrasi Nilai-Nilai Lingkungan dalam Kurikulum
- Selain metode di atas, pendidikan formal yang mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dalam berbagai mata pelajaran juga sangat penting. Guru dapat menyisipkan isu lingkungan dalam pembelajaran matematika (menghitung emisi karbon), bahasa (membuat cerita bertema lingkungan), atau seni (melukis alam). Hal ini memungkinkan siswa untuk melihat keterkaitan antara lingkungan dan kehidupan sehari-hari mereka. (Ahada & Zuhri, 2020) mengungkapkan bahwa pelestarian hutan dan sikap cinta lingkungan dapat ditanamkan melalui pembelajaran tematik yang melibatkan siswa secara aktif. Misalnya, siswa dapat diajak untuk meneliti jenis pohon yang memiliki nilai konservasi tinggi di sekitar sekolah atau mendiskusikan manfaat hutan bagi kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan teoretis, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab pribadi terhadap lingkungan.
- Program Kolaborasi Sekolah dengan Komunitas
- Melibatkan komunitas dalam program lingkungan sekolah, seperti mendatangkan pembicara ahli atau mengadakan acara lingkungan, dapat memperluas wawasan anak-anak. Kolaborasi ini juga memberikan peluang bagi siswa untuk belajar dari pengalaman nyata yang disampaikan oleh praktisi lingkungan. Melalui integrasi komunitas ke dalam program lingkungan, siswa juga dapat membangun jejaring sosial dengan individu yang memiliki keahlian dan komitmen terhadap isu lingkungan. Interaksi ini dapat menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengadopsi nilai-nilai dan kebiasaan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mereka, sebagaimana dijelaskan oleh (Mardliyah, dkk 2020), yang menyatakan bahwa keterlibatan langsung dengan praktisi lingkungan mendorong pembentukan pola pikir ekologis yang kuat pada anak-anak usia sekolah dasar.
- Pemberian Penghargaan atas Aksi Lingkungan
- Memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perilaku peduli lingkungan, seperti lomba kebersihan kelas atau penghargaan "Eco Hero of the Month," dapat meningkatkan motivasi siswa untuk terus aktif dalam kegiatan lingkungan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Pribadi & Karimah, 2021) penghargaan yang bersifat positif dapat memperkuat motivasi intrinsik siswa, terutama jika penghargaan tersebut dikaitkan dengan nilai-nilai yang mereka anggap penting, seperti menjaga kelestarian lingkungan.
KESIMPULAN
Artikel ini menekankan pentingnya peran anak-anak sekolah dasar sebagai agen perubahan dalam pelestarian lingkungan hidup. Anak-anak pada usia ini memiliki potensi besar untuk membentuk kebiasaan pro-lingkungan yang dapat bertahan seumur hidup. Melalui pendidikan lingkungan yang tepat, seperti program daur ulang sampah, penanaman pohon, dan kampanye hemat energi, anak-anak dapat menjadi contoh bagi keluarga dan komunitas mereka dalam menjaga kelestarian alam. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk mendukung keberhasilan program-program lingkungan yang bertujuan membangun kesadaran lingkungan sejak dini. Pendekatan-pendekatan seperti pendidikan berbasis proyek, kegiatan ekstrakurikuler, dan penggunaan teknologi dapat memperkuat peran anak-anak sebagai agen perubahan yang efektif. Dalam jangka panjang, pemberdayaan anak-anak sekolah dasar dapat menghasilkan generasi yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
SARAN
Untuk mendukung anak-anak sebagai agen perubahan dalam pelestarian lingkungan, penting untuk meningkatkan integrasi pendidikan lingkungan dalam kurikulum sekolah dasar, memperbanyak kegiatan praktis yang melibatkan anak-anak, serta memanfaatkan teknologi digital untuk mendidik mereka secara interaktif. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keberlanjutan dan memberdayakan anak-anak sebagai agen perubahan yang positif bagi masa depan bumi.
Â
DAFTAR RUJUKAN
Ahada, N., & Zuhri, A. F. (2020). Menjaga Kelestarian Hutan Dan Sikap Cinta Lingkungan Bagi Peserta Didik Mi/Sd Di Indonesia. El Banar: Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 3(1), 35-46.
Emiliawati, I., Astuti, I. T., Fatimah, S., & Sumadi, C. D. (2022). Upaya Meningkatkan Kecerdasan Naturalis melalui Perilaku Peduli Lingkungan pada Siswa Sekolah Dasar: Analisis Review. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 8(3), 177-188.
Hamidah, dkk. (2024). Analisis Penerapan Program Sekolah Sehat dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Tentang Pentingnya Menjaga Lingkungan di SDN Kebon Jeruk 08. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(3), 2232-2247.
Hartati, S. (2022). Peran pendidikan berbasis alam dalam mengembangkan kecerdasan alami anak. At-Tajdid: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 6(2), 161-172.
Husamah, H., & Rahardjanto, A. (2024). Simulakra Lingkungan Mengurai Problematika Menguatkan Literasi. Jurnal Pendidikan Profesi Guru.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2021). Climate change 2021: The physical science basis. Cambridge University Press.
Jayawardana, H. B. A. (2023). Pengantar Ilmu Lingkungan. Ilmu Lingkungan, 1.
Khoirunnisa, D. (2024). Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) Berbantuan Video Pembelajaran Terhadap Literasi Lingkungan Siswa SMPN 2 Kandangan Pada Materi Pencemaran Tanah (Doctoral dissertation, IAIN Kediri).
Mardliyah, S., Yulianingsih, W., & Putri, L. S. R. (2020). Sekolah keluarga: Menciptakan lingkungan sosial untuk membangun empati dan kreativitas anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 576.
Mucholifah, U. H., & Kadeni, K. (2024). Pengaruh Gerakan Pblhs Terhadap Karakter Peduli Lingkungan Siswa Di Sd Negeri Samir. Inspirasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 21(1), 955-962.
Pribadi, R. A., Simanullang, M. R., & Karimah, S. N. (2021). Analisis Strategi Penguatan Disiplin Belajar Siswa SD Melalui Metode Reward dan Punishment. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 9564-9571.
Rahmayanti, H., & Feryl Ilyasa, S. K. M. (2022). Pendidikan Lingkungan dan Perubahan Iklim. Selat Media.
Rezeki, T. I., Sagala, R. W., & Muhajir, M. (2024). Edukasi Pengelolaan Sampah Berbasis Kearifan Lokal untuk Lingkungan Berkelanjutan. Jurnal Abdimas Maduma, 3(2), 9-19.
Romadhon, S., Oktafiana, S., & Risdiana, F. Y. (2024). Strategi Guru dalam Membentuk Green Behaviour melalui Pembelajaran Ekopedagogi di Sekolah Dasar. GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 269-281.
Supriatna, J. (2021). Pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wang, S., Zhang, L., & Deng, J. (2021). The role of digital technology in environmental education: Enhancing engagement and understanding. Computers & Education, 163, 104104.
World Resources Institute (WRI). (2023). Deforestation trends and solutions. WRI.
Agustini, M. P., Meilinda, M., Aisyah, N., Ismet, I., & Sriyanti, I. (2022). Pemahaman Guru IPA Pra Jabatan Terhadap Mitigasi dan Isu Perubahan Iklim. JIPI (Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA), 6(1), 11-19.
Napang, K. P. A. R. (2024). Perancangan Pusat Edukasi Dan Pengolahan Tuak Tajun Di Buleleng Bali Dengan Pendekatan Regionalisme (Doctoral Dissertation, Universitas Atma Jaya Yogyakarta).
Maisaroh, A. A., & Untari, S. (2024). Transformasi Pendidikan Karakter Melalui Kebijakan Pemerintah Di Indonesia Menuju Generasi Emas 2045. Jurnal kebijakan pemerintahan, 18-30.
Lestari, T., Santoso, G., & Saputro, T. (2023). Meningkatkan Semangat Gotong Royong Melalui Aturan Kolaboratif Di Rumah, Sekolah, dan Sekitarnya. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(4), 1-18.
Friman, H., Banner, I., & Einav, Y. (2018). Training " Green Ambassadors " In The Community - Action Learning Course. 6(1), 39--44.
Shabrina, A., Nuraini, K., & Naufal, A. (2023). Strategi Kampanye Kebersihan Lingkungan Oleh Pandawara Group Melalui Media Tiktok. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS), 2, 1544--1556. https://proceeding.unesa.ac.id/index.php/sniis/article/view/930
Zuhriyah, A. (2021). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan Urgensi Penerapan Outdoor Learning dalam Praktik Pendidikan Lingkungan. 3(6), 5170--5182.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H