Mohon tunggu...
Ana Sopanah
Ana Sopanah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Widyagama Malang

Saya adalah Dosen FE Akuntansi di Universitas Widyagama Malang dan Aktif di beberapa organisasi Profesi Moto: Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Akademisi dan Praktisi dalam Membangun Desa Melalui Bumdes

25 Maret 2019   12:08 Diperbarui: 25 Maret 2019   12:26 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi I Workshop dengan Pembicara Prof Indra Bastian dan Moh Mahsun, SE., M.Si, yang di Pandu oleh Rizal Yaya, Pd.D (Dekan FEB UMY)

Dalam tahap tata perencanaan, ada yang namanya penataan, organisasi pembangunan, dan pemanfaatan dalam penataannya ada sistem pemukiman, sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi, sistem flora, dan juga sistem jaringan prasarana wilayah. Sedangkan dalam organisasi pembangunan ada pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan kecamatan desa serta untuk pemanfaatannya tentu saja untuk kesejahteraan, pemerataan, dan stablisasi kehidupan penduduk," jelas Indra.

Pesera Semangat Mengikuti Workshop
Pesera Semangat Mengikuti Workshop
Indra menambahkan, jika pada tata realisasi program pembangunan ada beberapa kualitas sistem yang harus diperhatikan. "Kualitas sistem yang harus diperhatikan dalam tata ini adalah kualitas sistem tentang pemukiman, kualitas sistem mengenai jaringan jalan, kualitas jaringan transportasi, kualitas sistem flora atau tata hijau, dan juga kualitas sistem jaringan prasarana wilayah. Dan yang perlu diperhatikan lagi mengenai tata audit kualitas hidup masyarakat di kecamatan dan desa adalah kompilasi data kualitas hidup dan verifikasi data di kecamatan desa." Ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh pemateri kedua, yaitu Moh. Mahsun, SE., M.Si., Ak., CA., CPA, CFrA terutama terkait manajemen aset desa dan audit keuangan desa. "Di sini saya akan memulai dengan menjelaskan tentang aset desa dan kekayaan asli desa berdasarkan Permendagri No 1 Tahun 2016 tentang pengelolaan aset desa.

Aset desa merupakan barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli milik desa, dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja desa atau yang biasa disebut APB desa" Ungkap Mahsun yang juga dewan penasehat FDAP. Aset desa sendiri itu ada beberapa, diantaranya kekayaan desa yang diperoleh dari hibah, hasil kerja sama, kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau kontrak. Kalau kekayaan asli desa itu biasanya bisa berupa tanah kas desa,"

Beliau juga menambahkan perihal sepuluh manajemen aset desa yang perlu untuk diperhatikan. "Ada sepuluh manajemen aset desa yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, dan penilaian." Lebih lanjut Mahsun mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam euphoria penggunaan keuangan desa yang berpotensi terjadi penyimpangan dengan model check list audit keuangan desa. Demikian ungkap Praktisi KAP yang merupakan pendiri dan pimpinan KAP Mahsun, Nurdiono, Kukuh & Rekan (MNK & Partners).

Di Akhir kata Mahsun menyampaikan pesan dari Bung Hatta " Indonesia Tidak akan Bercahaya Karena Obor Besar di Jakarta, Tetapi Indonesia Baru Akan Bercahaya Karena Lilin-Lilin di Desa".

 

Sesi II dengan Pembicara Dr. Harjanti Widiastuti dan Rudy Suryanto, M.Sc, di pandu oleh Moderator Dr. Afrizal (Dosen UMY)
Sesi II dengan Pembicara Dr. Harjanti Widiastuti dan Rudy Suryanto, M.Sc, di pandu oleh Moderator Dr. Afrizal (Dosen UMY)
 Di sesi kedua, Moderator yang memandu acara adalah Dr. Afrizal, SE.,M.Si.,Ak.CA, yang menghadirkan 2 pembicara ahli Bumdes dan merupakan Dosen UMY dan Pegiat Bumdes, yaitu Dr. Harjanti Widiastuti, SE., M.Si.,Ak.CA., yang memaparkan konsep dan teori tentang Bumdes, sedangkan Rudy Suryanto, SE., M.Sc.,Ak,CA, banyak cerita tentang kesuksesan Bumdes yang ada di Indonesia. Mengawali sesinya Rudy melontarkan pertanyaan kepada audiens, apa yang terbersit di kepala bapak ibu jika mendengar kata Desa? Berbagai jawaban yang muncul diantaranya miskin, bodoh, kotor, tidak modern dll, ternyata di tepis oleh rudy. "

Itulah desa dulu, sekarang desa jauh lebih maju dari yang kita bayangkan, punya omzet lebih dari 5 M setahun, dan berbagai cerita kesuksesan lainnya. Semua itu terwujud jika desa punya Bumdes yang sukses. Salah satu cerita sukses yang disampikan adalah Bumdes Karangrejek, Desa Karangrejek berhasil merubah desa yang tandus dan miskin menajdi desa yang makmur dan membangakan. Kini Bumdes Karangrejek mempunyai pendapatan 6 M setahun, dari desa yang paling miskin menjadi desa yang kaya, semua serba mungkin berkat dana desa dan Bumdes.

Di akhir pemaparannya rudy menyampaikan "Desa tidak akan mampu merubah nasibnya kecuali masyarakat itu sendiri yang mengubahnya" Oleh karena itu dibutuhkan orang2 yang tidak hanya pintar, kreatif, berjiwa enterpreneur, tetapi butuh orang "gila" yang ahli sosio enterpreneur. Mari wujudkan Desa Mandiri dengan menciptakan Bumdes-Bumdes yang sukses sesuai dengan potensinya.

Beberapa peserta sangat antusias mengikuti workshop ini diantaranya Bapak Suleman dari Ternate yang menanyakan lemahnya SDM dalam mengelola Bumdes, apalagi jika dibandingkan antara SDM , Bapak Agus dari Lamongan yang menanyakan tentang neraca Bumdes dan Edy pengelola Bumdes dari Yogyakarta yang menanyakan tentang laporan yang harus di buat oleh Bumdes serta strategi mengembangkan Bumdes.

Yogyakarta, 24 Maret 2019, (ASP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun