Mohon tunggu...
Ana Sopanah
Ana Sopanah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Widyagama Malang

Saya adalah Dosen FE Akuntansi di Universitas Widyagama Malang dan Aktif di beberapa organisasi Profesi Moto: Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Desa Tengger “Menghidupkan Kearifan Lokal Beranggaran”

27 Juni 2016   11:25 Diperbarui: 27 Juni 2016   11:35 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis berada ditengah-tengah masyarakat tengger (Koleksi Pribadi)

Sebuah Pengantar

Riset tentang partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan anggaran telah banyak dilakukan oleh penulis yang dimulai pada tahun 2003 sampai sekarang. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2003, 2004, 2005 menunjukkan hasil bahwa partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan penganggaran sangat penting karena dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Hasil lain juga menunjukkan bahwa meskipun partisipasi sangat penting dalam realitasnya partisipasi masyarakat masih rendah. Penelitian lanjutan yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 menemukan adanya perubahan partisipasi masyarakat, yang semula rendah menjadi tinggi karena adanya dorongan dari pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.

Riset yang dilakukan oleh Sopanah (2003) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan anggaran masih sangat minim dan hampir tidak ada partisipasi. Hasil penelitian ini di dukung oleh Prasetyo (2003) yang menunjukkan bahwa proses penyusunan APBD masih dalam tahap tokenisme. 

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, Sopanah dkk. (2004) melakukan penelitian lanjutan tentang partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan anggaran di Wilayah Malang Raya dan hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran masih kecil. Persoalan yang sampai sekarang dihadapi adalah belum terakomodasinya kepentingan rakyat secara optimal dalam proses perencanaan penganggaran, belum tampak adanya integrasi antara proses perencanaan dan penganggaran dan meninggalkan nilai “kearifan lokal”.

Mekanisme Partisipasi Masyarakat Dalam Beranggaran

Implementasi nilai lokal dalam perencanaan penganggaran dapat dilihat melalui mekanisme nonformal yang berasal dari prakarsa inovatif masyarakat sebenarnya lebih efektif dari pada mekanisme yang formal seperti Musrenbang (Waidl, dkk. 2008). Sumarto (2004: 18) telah menemukan berbagai prakarsa inovatif dan partisipasi yang mampu mengangkat isu-isu local participation dalam proses pembangunan. Setidaknya terdapat 20 prakarsa inovatif yang telah ditemukan dalam bentuk program kegiatan yang di prakarsai LSM, beberapa di antaranya adalah Sawarung, Parekat Ombara, Dialog Stakeholder Jawa Barat,Forum Masyarakat Majalaya Sejahtera (FM2S), dan lain-lain.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, meskipun partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan perencanaan penganggaran daerah dianggap sangat penting, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat masih sangat rendah (Cooper dan Elliot, 2000, Layzer, 2002, Navaro, 2002, Laurian dan Adams, 2004). Rendahnya partisipasi tersebut misalnya ditunjukkan oleh Laurian dan Adams (2004) yang rendahnya tingkat kehadiran mereka dalam berbagai temu publik. Temu publik dianggap kurang efektif sebagai alat persuasi rasional, namun demikian temu publik ini tetap berperan untuk memelihara sistem demokrasi lokal. Hasil penelitian Laurian dan Adams (2004) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sopanah (2003, 2004, dan 2005).

Bagaimana Masyarakat Tengger Beranggaran?

Tulisan ini mengajak kita untuk memahami bagaimana masyarakat Tengger beranggaran. Masyarakat Suku Tengger mempunyai adat istiadat dan budaya yang berbeda dengan masyarakat lainnya di Indonesia. Perbedaan ini memungkinkan melahirkan bentuk partisipasi yang berbeda dengan desa lainnya di Indonesia. Tujuan dari Tulisan adalah untuk memberikan gambaran yang lebih nyata bagaimana kehidupan Suku Tengger, terutama mengenai bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses perencanaan penganggaran.

Masyarakat Suku Tengger yang tinggal di lereng Gunung Bromo merupakan masyarakat adat yang mempunyai pranata sosial dan kehidupan yang berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam menghadapai berbagai perubahan yang disebabkan modernisasi masyarakat Tengger melakukan penyesuaian dengan tidak meninggalkan nilai kearifan lokal yang ada. 

Pola interaksi dan komunikasi antar sesama manusia yang bertujuan untuk meneruskan tradisi, identitas nyata, cita-cita, tujuan, tata nilai dalam berpikir serta perasaan, sikap, dan tingkah laku nyata yang mereka punyai mengakibatkan sistem kemasyarakatan Suku Tengger cepat atau lambat mengalami perubahan. Disisi lain masyarakat Suku Tengger tetap mempertahankan semua aturan, dan pandangannya pada sistem kemasyarakatan yang sudah lama bersama dengan keberadaan mereka.

Secara etimologis, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua  kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John  M. Echols dan Hassan Syadily, lokal berarti setempat, sedangkan wisdom  (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat juga dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (Ernawi 2009:7).

Nilai Kearifan Lokal di

Penulis Berada di depan Kantor Desa Ngadisari Lokasi Penelitian (Koleksi Pribadi)
Penulis Berada di depan Kantor Desa Ngadisari Lokasi Penelitian (Koleksi Pribadi)
Nilai kearifan lokal adalah nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, nilai yang diyakini keberadaannya dan menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu nilai kearifan lokal sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Kearifan lokal berisi unsur kecerdasan, kreatifitas, dan pengetahuan lokal dari para elit dan masyarakatnya. 

Keraifan lokal juga usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam budaya masyarakat tertentu (indegeneous psychology). Hasil akhir dari indegenouse psycology adalah pengetahuan yang menggambarkan tentang kearifan lokal, yaitu gambaran mengenai sikap atau tingkah laku yang mencerminkan budaya asli.

Sampai saat ini nilai-nilai budaya Suku Tengger masih dipegang teguh oleh masyarakat, baik yang berhubungan dengan umum maupun yang berhubungan dengan diri sendiri. Modernisasi yang masuk bersamaan dengan interaksi yang mereka lakukan tidak mampu melunturkan identitas diri mereka. Identitas tersebut begitu melekat dengan jiwa mereka, misalnya dipakainya sarung kemana saja pergi, berpegang teguh pada ajaran welas asih pepitu, 20 wasiat, melakukan berbagai ritual adat, dan lain sebagainya.

Budaya yang telah melekat pada diri mereka dipandang sebagai suatu kumpulan pola-pola tingkah laku manusia dengan bersandar pada daya cipta dan keyakinan untuk keperluan hidup, sehingga budaya warisan leluhur masih terjamin keasliannya hingga sekarang. Budaya warisan tradisi nenek moyang tersebut dibedakan menjadi, ritual atau upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan, upacara yang berkaitan dengan budaya masyarakat, dan upacara yang berkaitan dengan siklus alam. Diantara kegiatan upacara adat terselip kegiatan keagamaan. Dalam kegiatan upacara tersebut terungkap indeksikalitas baik secara eksplisit maupun implisit. Penggunaaan Indeksikalitas merupakan cerminan dari penggunaan Etnometodologi.

Nilai kearifan lokal di masyarakat Suku Tengger Desa Ngadisari didasarkan pada konsep hidup masyarakat Suku Tengger yang didasarkan pada hubungan tiga arah yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam (tryadic relationship). 

Hubungan manusia dengan Tuhan diwujudkan dengan ketaatan beribadah sesuai agama hindu dan melakukan berbagai upacara adat budaya. Sedangkan hubungan manusia dengan manusia diwujudkan dengan sikap hidup sesanti panca setia, guyub rukun, sanjan-sinanjan(saling mengunjungi), sayan(gotong royong,saling bantu membantu) yang didasari semboyan “sepi ing pamrih, rame ing gawe”, dan genten kuat(saling tolong menolong). Terakhir, hubungan manusia dengan alam diwujudkan dengan melakukan berbagai upacara adat yang berkaitan dengan siklus alam dan juga melakukan pemeliharaan alam.

Selain konsep hidup yang dijelaskan di atas masyarakat Suku Tengger mempunyai pandangan hidup prasaja berarti jujur, tidak dibuat-buat apa adanya; prayoga berarti senantiasa bersikap bijaksana; pranataberarti senantiasa patuh pada raja, berarti pimpinan atau pemerintah; prasetya berarti setya; prayitna berarti waspada. 

Nilai kearifan lokal yang dapat di identifikasi dalam kehidupan masyarakat Suku Tengger diantaranya: ramah tamah, kepatuhan (setuhu), guyubrukun, sanjan-sinanjan(tolong menolong),gotong royong (sayan), dan kejujuran (prasaja). Berbagai nilai kearifan lokal tersebut mewarnai seluruh kehidupan masyarakat Suku Tengger. Dalam penelitian ini, nilai kearifan lokal yang akan dijelaskan adalah nilai yang terinternalisasi dalam proses penganggaran.

Internalisasi Nilai Kearifan Lokal dalam Penganggaran

Nilai kearifan lokal yang terinternalisasi dalam proses penganggaran dapat teridentifikasi menjadi tiga yaitu nilai kepatuhan (setuhu), nilai kegotongroyongan (sayan), dan nilai kejujuran (prasaja). Nilai kepatuhan atau setuhune wong tengger diwujudkan dengan tetap melakukan mekanisme proses perencanaan penganggaran dan mengikuti jadwal dan tahapan yang telah ditetapkan pemerintah meskipun sesungguhnya mekanisme tersebut sudah dilakukan. 

Nilai kearifan lokal kegotong royongan (sayan) diwujudkan dalam implementasi pembangunan di wilayah Suku Tengger. Sepanjang peneliti melakukan observasi dan berada di lapangan, hampir semua pembangunan baik yang didanai oleh APBD maupun oleh swadaya masyarakat dilakukan secara gotong-royong. Gotong-royong dilakukan oleh semua masyarakat terutama bapak-bapak dan pemuda yang melakukan pembangunan, sedangkan para ibu-ibu dan pemudi bergotong royong menyiapkan makanan dan minuman. Sikap hidup gotong-royong benar-benar membumi hampir disetiap kegiatan masyarakat Suku Tengger.

Nilai kearifan kejujuran (prasaja) diwujudkan dalam proses pertanggungjawaban penggunaan anggaran. Pertanggungjawaban anggaran yang dilakukan oleh Petinggi atau Lurah pada akhir tahun merupakan kegiatan yang tidak dilakukan oleh pemimpin desa lain. Sebagai bentuk kejujuran pemimpin kepada rakyat yang telah mempercayainya, di masyarakat Suku Tengger selalu diadakan rembug warga tengger dalam kerangka menjelaskan setiap kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun serta menampung berbagai masukkan untuk kegiatan tahun berikutnya. Kegiatan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh petinggi di Suku Tengger hampir tidak dijumpai di daerah lainnya di Indonesia.

Ana Sopanah, Malang, 27 Juni 2016, Tulisan ini merupakan bagian dari Paper Yang Telah Mendapatkan Penghargaan Menjadi The Best Paper Kualitatif dalam Ajang Konferensi Regional Akuntansi di Universitas Jember, tanggal  20-21 April 2016

Penulis berada ditengah-tengah masyarakat tengger (Koleksi Pribadi)
Penulis berada ditengah-tengah masyarakat tengger (Koleksi Pribadi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun