Mohon tunggu...
Anastasya Han
Anastasya Han Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Merah

25 November 2018   22:47 Diperbarui: 25 November 2018   22:59 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seiring berjalannya waktu, perkebunan semakin terbengkalai karena para pemerintah Belanda mewajibkan seluruh masyarakat untuk melakukan kerja rodi yang berkepanjangan sehingga penghasilan dari berkebun menurun secara drastis.

1915

Aku tidak lagi memanen buah kopi yang sudah merah, atau melawan terik matahari bekerja rodi membuat jalan, atau melayani para penjajah belanda tersebut. Kini, aku sudah terbaring lemas di tempat tidurku, di sebelahku terdapat adikku yang sudah tidak muda lagi, menyuapiku makanan. Aku sudah tidak berdaya dan tak bertenaga. Hingga saat ini, sistem tanam paksa itu masih berjalan. Aku merasa sangat sedih, bertanya-tanya pada Tuhan kapan penyiksaan ini akan berakhir.

Suatu hari, aku mendengar kabar bahwa sistem tanam paksa ini telah berakhir, aku menangis bahagia dan merasa lega mengetahui penderitaan masyarakat telah berakhir. Ini merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi kami semua.

Ternyata, tanam paksa ini dapat berakhir akibat reaksi keras dan protes yang dilakukan oleh beberapa kalangan dari Belanda maupun Indonesia.

Eduard Douwes Dekker yang merupakan seorang pejabat Belanda sangat mencintai dan peduli terhadap rakyat pribumi, terutama rakyatnya yang menderita akibat dari tanam paksa ini, ia berusaha untuk menghentikan sistem ini dan melakukan pembelaan dengan menulis buku berjudul Max Havelaar pada tahun 1859 yang menceritakan kesengsaraan masyarakat Indonesia akibat dari tanam paksa ini.

Lalu ada juga Baron Van Hoevel yang merupakan misionaris Belanda yang sempat tinggal di Indonesia, dan ia melihat kesengsaraan masyarakat Indonesia dari Bali, Madura, dan Jawa akibat dari tanam paksa ini. Saat ia kembali ke Belanda, ia melakukan protes dan berusaha dengan gigih untuk menghapuskan sistem tanam paksa ini.

Aku sangat senang mengetahui bahwa tanam paksa ini sudah berakhir, kesenanganku juga bertambah saat mengetahui bahwa dari kalangan Belanda jugalah, tanam paksa ini dapat berakhir. 

Aku sangat mengapresiasikan dan menghormati tindakan yang telah mereka lakukan demi kesejahteraan kami para rakyat pribumi. Hal ini memberikan nilai yang sangat baik bagi para rakyat Indonesia, kita tidak boleh sembarangan menilai para kalangan Belanda, karena di antara mereka masih ada beberapa yang mempunyai hati yang baik. Kami juga harus bersyukur, berkat mereka kami bisa hidup damai.

Aku juga sangat senang, karena dari tanam paksa ini, kami para petani dapat memahami bagaimana menanam kopi, teh, dan nilai. Aku berharap, perkebunan kopi di Indonesia dapat berkembang seterusnya karena dari ini. Aku mengerti, dari sistem tanam paksa ini, Indonesia mendapat banyak pelajaran baru agar lebih baik ke depannya.

sumber: 1. 2. 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun