Mohon tunggu...
Anas AbdulKadir
Anas AbdulKadir Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Hobi Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humor

Tana Paser Ku, Harga Sawit Kok Gini Amat

7 Juli 2022   10:09 Diperbarui: 7 Juli 2022   10:50 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak ekspor CPO dibuka lagi oleh Presiden RI, pada 23 Mei 2022. Harga sawit bukannya tambah membaik, justru tak karuan. Setiap hari pergerakan harga di tingkat loading ramp berubah-ubah. Kalau harga di tingkat pabrik sulit mantaunya.  

Paser hingga kini belum punya lembaga yang menerbitkan harga Tandan Buah Segar (TBS) update harian.

Saya tak mau bahas harga penetapan. Ibarat kata panggang jauh dari api. Mau bakar ayam di tunggu berjam-jam, matang tidak, gosong nggak, tetap utuh ayam mentah. Api sama panggangan tidak saling ketemu apalagi ayamnya.

Begitu juga soal harga TBS, mau ikut harga pemerintah harus bermitra, kalau tak bermitra, ya ikut harga pasar. Harga pasar tinggi di tingkat petani juga tinggi. Asal pesanaan banyak ketersediaan barang dibatasi atau terbatas tentu harga bisa ikut naik. Tapi, kali ini di pabrik banyak, dijual juga belum bisa, makanya harganya anjlok.

Petani sawit, baru saja mau sejahtera semua, setelah harga TBS mencapai Rp3.000 ribuan ke atas. Tapi, lagi-lagi panggang jauh dari api. 

"Baru senang sebentar, dimiskinkan berjamaah lagi. Nasib-nasib jadi petani," kata ku dalam hati.

Akhirnya, kesejahteraan petani sudah pasti ditangan pemegang kebijakan dan pemilik pabrik. 

Kementerian yang membidangi, hingga di pada daerah. Sudah mewanti-wanti jika mau harga stabil buat kemitraan. Tapi, semuanya bergantung dari petani dan pabrik. 

Soalnya disini, bagaimana nasib petani yang tak bermitra di saat harga pasar lagi jatuh. Mestinya pemerintah juga bikin kebijakan, bagi petani yang belum bermitra, bukan balik menyerang ke petani. Dengan dalih sudah mengingatkan, kalau mau harga stabil ya pakai kemitraan.

Kalau sudah begini, ya repot. Tugas pemerintah mengakomodir semua masyarakat. Tentu ada yang pro dan kontra. Jika tak setuju, opsinya seperti apa. Tapi pada tingkat perusahaan pemerintah harus perketat, jangan dilepas begitu saja, mesti ada pembatasan kekuasaan. Terutama soal harga. 

"Kalau nggak ya seenaknya, naiknya sulit. Turunnya bantingan KO. Ribetnya minta ampun kalau gini," kata ku mengeluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun