Kita tahu bahwa profesi ini tidak mudah. Sebagai tukang ojek harus memiliki kesabaran di jalan yang macet dengan panas terik yang membakar. Pendapat orang itu hanya dapat dilakukan oleh kaum pria saja, sedangkan perempuan sebaiknya bekerja di dalam ruangan.
Motivasi kaum perempuan menggeluti profesi ini adalah keluarga. Kebanyakan dari mereka ingin membantu menstabilkan ekonomi keluarganya agar bisa memenuhi kebutuhan.
3. Buruh Angkut
Profesi satu ini juga termasuk dalam emansipasi wanita. Ya, profesi buruh angkut perempuan. Profesi ini biasanya beraksi di pasar tradisional. Untuk kawasan Pasar Pabean, Surabaya, sekali angkut barang, para pekerja buruh dapat mendapatkan upah dari Rp.500 hingga Rp.5000 bergantung dari berat barangnya. (Antara Jatim/ Moch Asim, 2019)
Buruh angkut perempuan juga ada di daerah Bali. Mereka dikenal sebagai 'Tukang Suwun'. Mereka dengan perkasa membawa angkutan barang yang terbilang berat dengan keranjang khas mereka di atas kepala.
4. Teknisi
Mungkin budaya 'perteknisian' lebih lekat dengan kaum pria. Misalnya saja teknisi mesin motor atau dikenal dengan sebutan montir. Kebanyakan posisi montir akan diisi oleh kaum pria. Akan tetapi, kali ini berbeda.
Ada kisah yang datang dari Siti Fatimah asal Cibubur. Dulu ia pernah memiliki cita-cita sebagai guru. Namun, cita-cita itu harus terganti menjadi seorang montir.
Dulu Ibu Fatimah hobi membongkar barang-barang rusak, seperti setrika. Namun, sensasi yang ia rasakan berbeda ketika membongkar mesin motor Honda Grand saat pertama kalinya di tahun 1997 silam.
(sumber: IDN Times/ Dwi Agustiar, 2021)
5. Petani Nira