Mohon tunggu...
Anaqah TsabitaIslami
Anaqah TsabitaIslami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gempa Megathrust: Memahami Penyebab, Dampak, dan Upaya

14 Oktober 2024   21:32 Diperbarui: 14 Oktober 2024   21:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Gempa dan Tsunami di Selat Sunda

Beberapa gempa besar yang pernah terjadi di wilayah ini, antara lain:

  • 4 Mei 1851: Gempa memicu tsunami setinggi 1,5 meter.
  • 9 Januari 1852: Gempa yang memicu tsunami kecil.
  • 23 Februari 1903: Gempa M 7,9 yang merusak wilayah Banten.
  • 26 Maret 1928: Gempa memicu tsunami kecil.
  • 22 April 1958: Gempa kuat disertai kenaikan permukaan laut.
  • 2 Agustus 2019: Gempa M 7,4 mengguncang Banten.

Meskipun data kegempaan tidak lengkap, potensi gempa besar tetap ada, sehingga kewaspadaan terhadap bencana di wilayah ini sangat penting.Bottom of Form

Pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal baru. Topik ini telah lama dibicarakan, bahkan sebelum terjadinya Gempa dan Tsunami Aceh pada tahun 2004.

Kembali munculnya pembahasan tentang potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang menunjukkan bahwa gempa besar akan segera terjadi dalam waktu dekat. Tidak demikian. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk kembali mengingatkan masyarakat tentang keberadaan zona megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, yang menurut para ahli merupakan zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Zona seismic gap ini memang perlu diwaspadai, karena berpotensi melepaskan energi gempa signifikan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut juga tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa berkekuatan M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki, Jepang. Gempa tersebut, yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024, menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan, pejabat negara, dan masyarakat Jepang tentang potensi gempa besar di zona megathrust Nankai. Peristiwa tersebut menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia tentang potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Sejarah mencatat bahwa gempa besar terakhir di zona megathrust Nankai terjadi pada tahun 1946, dengan usia seismic gap yang kini mencapai 78 tahun. Sementara itu, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757 (usia seismic gap 267 tahun), dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada tahun 1797 (usia seismic gap 227 tahun). Artinya, usia seismic gap di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut jauh lebih lama dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga upaya mitigasi di Indonesia harus dilakukan dengan lebih serius.

Pernyataan sebelumnya yang menyebut bahwa gempa besar di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut "tinggal menunggu waktu" bukan berarti gempa besar akan segera terjadi. Pernyataan tersebut didasarkan pada fakta bahwa kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum mengalami gempa besar, sementara segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah mengalami pelepasan energi dari gempa besar. Namun, tidak ada yang dapat memprediksi dengan pasti kapan gempa besar tersebut akan terjadi.

Perlu dipahami bahwa hingga saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat, baik terkait kapan, di mana, maupun berapa kekuatannya. Meskipun kita mengetahui potensi terjadinya gempa, kita tidak dapat mengetahui secara pasti kapan gempa akan terjadi.

Sekali lagi, informasi tentang potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan disalahartikan seolah-olah gempa besar akan terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa, termasuk melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) selalu siap memberikan informasi tentang gempa bumi dan peringatan dini tsunami secara cepat dan akurat.

BMKG menegaskan bahwa Indonesia tidak dapat menghindari ancaman gempa megathrust, yang pernah menyebabkan tsunami besar di wilayah ini. Gempa megathrust, salah satu gempa paling dahsyat, terjadi di zona subduksi tempat lempeng tektonik bertabrakan. Karena Indonesia berada di jalur cincin api Pasifik dengan aktivitas seismik tinggi, ancaman ini tak bisa diabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun