Bandung - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengeluarkan surat edaran mengenai peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi. Surat edaran ini dikeluarkan sebagai respons terhadap arahan pemerintah pusat terkait potensi terjadinya gempa megathrust.
Dalam Surat Edaran Nomor 123-DPKB/2024 yang ditandatangani oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, A. Koswara, salah satu poin penting yang disampaikan adalah himbauan kepada Masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan dan antisipasi terhadap potensi gempa megathrust. Para Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan melalui sosialisasi, pelatihan evakuasi, dan simulasi penanganan bencana guna mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan.
Zona Megathrust Selat Sunda, atau yang dikenal sebagai Sunda Megathrust, telah menjadi fokus perhatian publik. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), para ahli mengungkapkan bahwa zona ini memiliki potensi bahaya yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh statusnya sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini perlu diwaspadai karena berpotensi melepaskan energi gempa yang signifikan dan bisa terjadi sewaktu-waktu.
Istilah megathrust berasal dari dua kata, yaitu "mega" yang berarti besar, dan "thrusting," yang mengacu pada mekanisme pergerakan gempa bumi yang bergerak ke atas, yang sering kali memicu tsunami. Jika digabungkan, istilah ini merujuk pada potensi gempa bumi dahsyat yang tidak hanya memiliki magnitudo besar, tetapi juga berpotensi menyebabkan tsunami besar.
Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc., menyebutkan bahwa ada tiga kondisi utama yang perlu diperhatikan untuk memahami potensi gempa berdasarkan hasil riset ilmiah. Dua dari tiga kondisi tersebut dapat ditemukan di zona Sunda Megathrust.
Sementara itu, daerah yang memenuhi ketiga kondisi tersebut secara lengkap adalah wilayah Kepulauan Mentawai. Meskipun demikian, baik Sunda Megathrust maupun Mentawai memiliki potensi gempa yang sama-sama besar, dan keduanya berpotensi memicu tsunami.
"Kalau kita bicara tentang potensi gempa di kedua lokasi tersebut, sama-sama besar," ujarnya dikutip dari rilis ITB, Selasa (17/9/2024).
Ada tiga kondisi utama untuk memahami potensi gempa:
- Sejarah kegempaan, yang merujuk pada catatan gempa masa lalu.
- Data pengamatan pola kegempaan saat ini, yang menunjukkan aktivitas gempa rendah di wilayah berpotensi mengalami gempa besar.
- Akumulasi regangan, diukur melalui pengamatan deformasi, seperti GPS.
Menurut Prof. Irwan Meilano dari ITB, Selat Sunda hanya memenuhi dua dari tiga kondisi tersebut, sehingga risetnya tidak sekomprehensif di Kepulauan Mentawai. Meski demikian, potensi gempa besar di Megathrust Selat Sunda tetap ada, dengan energi yang terus terakumulasi.
Lokasi dan Potensi Sunda Megathrust
Sunda Megathrust terletak di bawah laut Selat Sunda, di antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia, yang terus bergerak dengan kecepatan 60-70 mm per tahun. BMKG memperingatkan bahwa gempa dari zona ini bisa dirasakan di Jakarta dan sekitarnya, karena jaraknya hanya sekitar 170 km. Potensi gempa mencapai magnitudo M 8,7, dengan kemungkinan tsunami yang bisa lebih tinggi dari tsunami Aceh.
Sejarah Gempa dan Tsunami di Selat Sunda
Beberapa gempa besar yang pernah terjadi di wilayah ini, antara lain:
- 4 Mei 1851: Gempa memicu tsunami setinggi 1,5 meter.
- 9 Januari 1852: Gempa yang memicu tsunami kecil.
- 23 Februari 1903: Gempa M 7,9 yang merusak wilayah Banten.
- 26 Maret 1928: Gempa memicu tsunami kecil.
- 22 April 1958: Gempa kuat disertai kenaikan permukaan laut.
- 2 Agustus 2019: Gempa M 7,4 mengguncang Banten.
Meskipun data kegempaan tidak lengkap, potensi gempa besar tetap ada, sehingga kewaspadaan terhadap bencana di wilayah ini sangat penting.Bottom of Form
Pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal baru. Topik ini telah lama dibicarakan, bahkan sebelum terjadinya Gempa dan Tsunami Aceh pada tahun 2004.
Kembali munculnya pembahasan tentang potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang menunjukkan bahwa gempa besar akan segera terjadi dalam waktu dekat. Tidak demikian. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk kembali mengingatkan masyarakat tentang keberadaan zona megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, yang menurut para ahli merupakan zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Zona seismic gap ini memang perlu diwaspadai, karena berpotensi melepaskan energi gempa signifikan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut juga tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa berkekuatan M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki, Jepang. Gempa tersebut, yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024, menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan, pejabat negara, dan masyarakat Jepang tentang potensi gempa besar di zona megathrust Nankai. Peristiwa tersebut menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia tentang potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Sejarah mencatat bahwa gempa besar terakhir di zona megathrust Nankai terjadi pada tahun 1946, dengan usia seismic gap yang kini mencapai 78 tahun. Sementara itu, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757 (usia seismic gap 267 tahun), dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada tahun 1797 (usia seismic gap 227 tahun). Artinya, usia seismic gap di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut jauh lebih lama dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga upaya mitigasi di Indonesia harus dilakukan dengan lebih serius.
Pernyataan sebelumnya yang menyebut bahwa gempa besar di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut "tinggal menunggu waktu" bukan berarti gempa besar akan segera terjadi. Pernyataan tersebut didasarkan pada fakta bahwa kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum mengalami gempa besar, sementara segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah mengalami pelepasan energi dari gempa besar. Namun, tidak ada yang dapat memprediksi dengan pasti kapan gempa besar tersebut akan terjadi.
Perlu dipahami bahwa hingga saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat, baik terkait kapan, di mana, maupun berapa kekuatannya. Meskipun kita mengetahui potensi terjadinya gempa, kita tidak dapat mengetahui secara pasti kapan gempa akan terjadi.
Sekali lagi, informasi tentang potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan disalahartikan seolah-olah gempa besar akan terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa, termasuk melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) selalu siap memberikan informasi tentang gempa bumi dan peringatan dini tsunami secara cepat dan akurat.
BMKG menegaskan bahwa Indonesia tidak dapat menghindari ancaman gempa megathrust, yang pernah menyebabkan tsunami besar di wilayah ini. Gempa megathrust, salah satu gempa paling dahsyat, terjadi di zona subduksi tempat lempeng tektonik bertabrakan. Karena Indonesia berada di jalur cincin api Pasifik dengan aktivitas seismik tinggi, ancaman ini tak bisa diabaikan.
Memahami langkah-langkah perlindungan sangat penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang keselamatan. Persiapan dan pengetahuan tentang gempa megathrust dapat menyelamatkan nyawa Anda dan keluarga.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi gempa megathrust, yang sangat penting untuk menyelamatkan diri dari bencana:
Sebelum Gempa Terjadi:
- Pelajari Tentang Gempa
Pahami apa itu gempa megathrust, potensi bahayanya, dan tanda-tandanya. Pastikan Anda mengetahui jalur evakuasi di sekitar rumah, kantor, atau tempat aktivitas sehari-hari.
- Buat Rencana Evakuasi Keluarga
Tentukan titik kumpul yang aman dan jalur evakuasi tercepat. Lakukan simulasi evakuasi secara berkala bersama seluruh anggota keluarga untuk memastikan semua siap dan tahu apa yang harus dilakukan.
- Siapkan Tas Darurat
- Dokumen penting: KTP, KK, sertifikat tanah, dan dokumen lain dalam kantong plastik kedap air.
- Obat-obatan: Obat pribadi, serta perlengkapan P3K.
- Makanan dan minuman: Makanan tahan lama (non-perishable), air minum dalam kemasan, serta makanan bayi atau makanan khusus, jika diperlukan.
- Perlengkapan tidur: Selimut ringan, bantal kecil, atau alas tidur darurat.
- Perlengkapan kebersihan: Sabun, tisu basah, hand sanitizer, serta perlengkapan pribadi lainnya.
- Peralatan komunikasi: Ponsel, power bank, radio dengan baterai cadangan.
- Senter dan baterai cadangan: Untuk penerangan saat listrik padam.
- Uang tunai: Sediakan uang tunai dalam pecahan kecil untuk kebutuhan darurat.
- Amankan Rumah
- Pasang rak buku dan lemari ke dinding agar tidak mudah jatuh saat gempa.
- Periksa kekuatan atap dan struktur rumah.
- Hindari menempatkan benda berat di atas tempat tidur atau area berisiko.
Saat Gempa Terjadi:
- Lindungi Diri
- Jika berada di dalam ruangan, berlindunglah di bawah meja yang kokoh atau di sudut ruangan yang aman. Jauhi jendela, cermin, dan benda-benda yang berisiko jatuh.
- Keluar dengan Aman
- Jika berada di luar ruangan, segera menjauh dari bangunan, tiang listrik, pohon, dan struktur berbahaya lainnya.
- Hindari Lift
- Jangan menggunakan lift saat evakuasi. Gunakan tangga darurat.
- Ikuti Petunjuk Petugas
- Jika ada petugas evakuasi, ikuti petunjuk mereka dengan tenang dan tertib.
Setelah Gempa Terjadi:
- Kumpulkan Keluarga
- Pastikan seluruh anggota keluarga selamat dan berkumpul di titik kumpul yang telah ditentukan sebelumnya.
- Dengarkan Informasi Terbaru
- Gunakan radio atau televisi untuk mendapatkan informasi terbaru tentang situasi pasca gempa dari BMKG atau BPBD.
- Waspadai Gempa Susulan
- Tetap waspada terhadap gempa susulan yang mungkin terjadi setelah gempa utama.
- Bantu Orang Lain
- Jika ada orang yang terluka atau membutuhkan pertolongan, bantu sesuai kemampuan dan segera hubungi tim penyelamat jika situasi darurat.
Tips Tambahan:
- Pelatihan Pertolongan Pertama
- Ikuti pelatihan pertolongan pertama agar Anda siap memberikan bantuan medis dasar kepada korban luka.
- Bergabung dengan Komunitas Siaga Bencana
- Berpartisipasilah dalam kegiatan komunitas untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti pelatihan mitigasi dan simulasi gempa.
- Asuransi
- Pertimbangkan untuk memiliki asuransi bencana untuk melindungi aset dan properti Anda dari kerugian akibat gempa.
Sesuaikan dengan Kebutuhan Pribadi
Setiap individu dan keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, pastikan isi tas darurat dan rencana evakuasi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan keluarga Anda, termasuk jika ada lansia, anak-anak, atau anggota keluarga dengan kebutuhan khusus.
Sumber Informasi Terpercaya:
- BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika): Untuk informasi terkini mengenai gempa bumi dan peringatan dini tsunami.
- BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah): Untuk informasi terkait evakuasi, bantuan, dan langkah-langkah pasca bencana.
Dengan persiapan yang matang dan pemahaman yang baik, kita dapat mengurangi risiko serta dampak yang ditimbulkan oleh gempa megathrust. Tetap tenang, waspada, dan selalu siaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H