Mohon tunggu...
ANA NUR KHASANAH
ANA NUR KHASANAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Saya seorang mahasiswi jurusan Psikologi yang ingin mengembangkan minat dan bakat saya di bidang menulis. Selain itu saya juga gemar olahraga dan tertarik dengan dunia fashion.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Bunda, Kita Dapat Mengasah Literasi Anak Sejak Dini dengan Kegiatan Home Literacy Environment (HLE)

13 Juni 2023   09:15 Diperbarui: 13 Juni 2023   09:44 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Temuan studi World's Most Literate Nations (WMLN) 2016 mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia berada di peringkat ke-60 dalam hal kemampuan literasi dari 61 negara yang diteliti (Miller & McKenna, 2016). Studi ini juga menyatakan bahwa berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan merupakan empat bagian dari perkembangan bahasa pada anak usia dini. Anak-anak membangun dasar untuk membaca sejak bayi ketika mereka menyelidiki dan menafsirkan suara, simbol, dan tulisan di lingkungan mereka (Weigel et al., 2017). Anak-anak membangun fondasi untuk membaca dan bahasa selama tahun-tahun awal yang akan membantu mereka unggul saat mereka mulai bersekolah formal. Ini termasuk masa bayi, balita, dan prasekolah. Keluarga dapat menjadi lingkungan yang sangat baik untuk perkembangan literasi anak di berbagai etnis, bahasa, dan pengelompokan sosial, menurut penelitian etnografi dan sosiolinguistik yang dilakukan selama 50 tahun terakhir (Anderson et al., 2017). Keterampilan berbahasa telah terbukti dipengaruhi oleh peluang yang diberikan orang tua untuk pengalaman bahasa dan literasi melalui interaksi khusus seperti membaca buku bersama.

Lingkungan literasi rumah (HLE) telah dideskripsikan sebagai intensitas membaca bersama antara orang tua dan anak prasekolah atau sebagai definisi yang kompleks dan komprehensif yang mencakup pengukuran waktu, jumlah, dan perhatian membaca buku bergambar bersama serta kontekstual seperti literasi keluarga. HLE adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan praktik orang tua yang terlibat dalam kegiatan membaca, menulis, dan berbicara di rumah. Praktik literasi di rumah, yang mencakup praktik terkait membaca dan menulis, mengacu pada berbagai kegiatan yang berfokus pada literasi yang terjadi di rumah.

Mengingat anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di rumah daripada di sekolah, orang tua harus memberikan dampak pada seberapa banyak dan jenis kegiatan yang berhubungan dengan literasi yang mereka lakukan dengan anak-anak mereka. Perkembangan perilaku dan kognitif anak-anak, serta perkembangan literasi dan numerasi mereka, semuanya dipengaruhi oleh bagaimana keluarga melibatkan dan melibatkan anak-anak mereka dalam kegiatan keluarga yang teratur. HLE harus digunakan dalam pembelajaran di rumah karena merupakan salah satu program yang dapat digunakan orang tua untuk membantu anak-anak mereka meningkatkan kemampuan bahasa mereka, terutama kemampuan literasi awal, dan untuk mempersiapkan diri masuk sekolah dasar. Dukungan orang tua terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesejahteraan anak khususnya dapat ditingkatkan melalui kebijakan pendidikan yang menyoroti pentingnya orang tua sebagai guru pertama bagi anak-anak mereka. Pengembangan keterampilan membaca pada anak-anak di masa depan akan bergantung pada seberapa baik lingkungan keluarga mereka mendukung literasi.

Bentuk aktivitas HLE yang dapat diberikan oleh orang tua di rumah:

1. Membacakan buku berwarna

Kita bisa membacakan buku yang berwarna-warni kepada anak untuk menarik perhatian anak kita bunda. Buku yang berwarna juga akan menstimulus anak untuk mengenal macam-macam warna di dalamnya sehingga anak juga mudah untuk mengingat.

2. Menceritakan dongeng sebelum anak tidur

Pasti bunda juga pernah membacakan dongeng kepada anak sebelum mereka tidur. Hal ini juga termasuk bentuk HLE lho bunda! Selain membantu anak untuk mudah tertidur hal ini juga membuat anak tertarik untuk membaca dan mendengar dongeng lainnya di lain hari, jadi bunda bisa membiasakan membacakan dongeng kepada anak.

3. Memperkenalkan huruf alfabet pada anak

Memperkenalkan alfabet kepada anak juga bagus lho bunda untuk persiapan anak menempuh pendidikan selanjutnya.

4. Membacakan cerita bergambar yang menarik perhatian anak

Namanya anak-anak bunda, pasti akan tertarik dengan sesuatu yang baru dan unik. Nah, selain membacakan ceritanya, bunda juga bisa memperkenalkan gambarnya, misalnya gambar hewan dan tumbuhan. Selain memberitahu nama gambar tersebut, bunda juga bisa memberi julukan kepada setiap gambar agar lebih mudah di ingat anak.

5. Membacakan kisah para nabi

Bunda, bisa memperkenalkan kisah nabi pada anak untuk memotivasi anak dalam melakukan perbuatan yang terpuji lho bunda. Selain agar anak mengetahui para nabi dan kisahnya, hal ini juga bisa menjadi media bunda dalam mengenalkan agama lebih mendalam, seperti mengajarkan doa dan kalimat dzikir pada anak.

Kegiatan HLE akan berjalan dengan baik jika ibu dan ayah, atau keduanya, bekerja sama dengan baik. Dalam kondisi ini, mereka akan merencanakan setiap kegiatan di dalamnya. Ayah juga harus memiliki peran dalam pendidikan anak-anak mereka, selain ibu. Hubungan antara ayah dan anak juga akan meningkat sebagai hasil dari HLE karena akan ada lebih banyak kesempatan bagi ayah untuk menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka dan meningkatkan interaksi dan komunikasi antara keduanya melalui kegiatan yang berhubungan dengan literasi seperti membaca buku, cerita, dan dongeng serta pengajaran literasi awal.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat keterkaitan kegiatan HLE dengan Teori Perkembangan

Teori Jean Piaget

Gagasan tentang perkembangan kognitif anak usia dini telah banyak dipengaruhi oleh sejumlah individu, termasuk Piaget. Empat tahapan perkembangan kognitif yang dikenal oleh kebanyakan orang-sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal-diajukan oleh Piaget sendiri. Menurut Piaget, seorang anak mengembangkan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya. Sebagai hasilnya, dapat dikatakan bahwa lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap bagaimana seorang anak mengembangkan pengetahuan melalui interaksi dari kedua orang tuanya.

Dalam teori Piaget ada aspek-aspek yang terlibat dalam sebuah proses terbentuknya kognitif pada anak, yaitu:

a. Scema (schemes) yaitu pengetahuan diorganisir melalui skema, yang merupakan proses mental. Pengalaman seorang anak membentuk skema mental dan fisik yang terbangun di otak mereka saat mereka tumbuh, termasuk skema yang berhubungan dengan aktivitas fisik, pola perilaku, dan skema kognitif atau mental.

b. Asmiliasi (assimilation) yaitu informasi yang sebelumnya telah diperoleh atau yang telah diatur ke dalam kategori atau skema yang ada. Jika seorang anak terus menemukan banyak objek di sekitarnya, skema asimilasinya, yang telah berisi kategori yang sama, akan terus berkembang menjadi lebih rumit.

c. Akomodasi (accommodation) yaitu ketika dalam asimilasi ketika seseorang anak mendapatkan sebuah informasi lalu tidak menemukan skema yang cocok untuk informasi yang baru tersebut, otak anak secara langsung akan mengakomodasi informasi tersebut.

d. Ekuilibrium (equilibrium) yaitu sebuah mekanisme untuk menjelaskan bagaimana seorang anak beranjak dari satu tahap berpikir ketahap berpikir selanjutnya. Hal ini terjadi ketika anak mengalami disekuilibrium dalam memahami lingkungan. Disekuilibrium adalah sebuah kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dirinya, sehingga akan sulit untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Ketika anak mengalami kebingungan akibat informasi baru yang diperolehnya anak akan mengalami konflik kognitif, nantinya kebingungan akan diproses oleh ekuilibrium. Proses perpindahan dari disekuilibrium ke ekuilibrium disebut dengan ekuilibrasi. Nah, dalam hal ini peran orang tua sebagai jembatan anak untuk memahami informasi baru dalam hal ini mengenai literasi.

Dengan demikian, diharapkan bunda bisa mulai menerapkan HLE ini di rumah untuk menunjang tumbuh kembang anak dan memotivasi anak untuk membaca serta menulis.

REFERENCES

  • Anderson, J., Anderson, A., & Sadiq, A. (2017). Family literacy programmes and young children's language and literacy development: paying attention to families' home language. Early Child Development and Care, 187(3-4), 644-654. https://doi.org/10.1080/03004430.2016.1211119
  • Dini, J. P. A. U. (2022). Peran Orang Tua dalam Menyediakan Home Literacy Environment (HLE) pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1367-1381. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1706
  • Miller, J. M., & McKenna, M. C. (2016). World Literacy How Countries Rank and Why It Matters (1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315693934
  • Weigel, D. J., Martin, S. S., & Lowman, J. L. (2017). Assessing the early literacy skills of toddlers: the development of four foundational measures. Early Child Development and Care, 187(3-4), 744-755. https://doi.org/10.1080/03004430.2016.1236089

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun