Misalnya, anak-anak cenderung membagi aktivitas bermain berdasarkan jenis kelamin, seperti hanya bermain boneka dengan teman perempuan atau hanya bermain bola dengan teman laki-laki. Anak pada tahap praoperasional belum mampu memahami konsep gender secara menyeluruh, sehingga mereka masih terbatas dalam memahami perbedaan biologis dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan.
Menurut teori Piaget, bermain peran harus didukung dan sangat krusial dalam perkembangan keterampilan sosial, verbal, dan kognitif anak. Anak usia dua tahun dapat mulai menggunakan bahasa dan berpartisipasi dalam permainan role play selama periode awal perkembangan praoperasional. Keterlibatan orang dewasa yang mendukung selama masa praoperasional ini sangat penting bagi anak untuk memperoleh kemampuan bermain peran.
2. Teori Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial yang berkaitan dengan pengenalan gender pada anak usia dini adalah teori yang dikemukakan oleh Erik Erikson. Pada tahap tersebut, anak-anak mulai berusaha memahami peran dan identitas gender mereka sendiri.
Menurut Erikson, pada tahap ini anak-anak berada pada periode kepercayaan (trust) vs ketidakpercayaan (mistrust) yang berkisar pada usia 0-1 tahun dan periode otonomi vs keraguan diri (autonomy vs shame and doubt) yang berkisar pada usia 1-3 tahun. Pada periode ini, anak-anak mulai mempelajari peran dan identitas gender melalui interaksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Anak-anak belajar tentang stereotip gender dan norma-norma yang berkaitan dengan gender melalui pengamatan dan interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya. Mereka juga mempelajari peran dan tugas yang berbeda terkait gender dari orang tua dan orang dewasa lainnya melalui pengamatan langsung dan imitasi.
Pada masa ini, lingkungan yang mendukung dan positif sangat penting untuk membantu anak-anak memahami diri mereka sendiri dan mengembangkan identitas gender mereka. Orang tua dan pengasuh dapat memperkuat konsep gender positif dan mendukung perkembangan identitas gender anak dengan memberikan contoh model peran yang sesuai dengan jenis kelamin, mempromosikan kebebasan berekspresi, dan mendorong anak untuk mengeksplorasi minat dan kegiatan yang berbeda-beda.Â
Dalam rangka membantu anak-anak memahami perkembangan identitas gender mereka, penting juga bagi orang tua dan pengasuh untuk menerima perbedaan gender dan mendukung eksplorasi anak-anak terhadap kedua jenis kelamin. Hal ini akan membantu anak untuk merasa aman, percaya diri, dan berkembang secara positif.
Bagaimana para orang tua dan pendidik mengenalkan identitas gender kepada anak kecil?
Dari uraian mengenai identitas gender pada pendidikan anak usia dini, ada beberapa saran yang bisa diberikan untuk meningkatkan pendidikan seksual dan identitas gender pada anak.
- Pertama, perlu adanya pendekatan pendidikan seks yang mengintegrasikan nilai-nilai agama sebagai cara untuk mengajarkan identitas gender pada anak.
- Kedua, perlu memperhatikan faktor lingkungan sekitar anak, seperti keluarga dan masyarakat, dalam memberikan pendidikan seksual yang tepat dan mendukung bagi anak.
- Ketiga, perlu menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik anak dalam memberikan pendidikan seksual dan identitas gender.
- Dan yang terakhir, perlu ada sosialisasi atau edukasi kepada orang tua dan guru tentang pentingnya pendidikan seksual dan identitas gender pada anak usia dini untuk mencegah kekerasan seksual.
Dengan demikian, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak dalam mengembangkan kesadaran diri dan identitas gender yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H