Mohon tunggu...
Ananta della
Ananta della Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

ilmu pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

9 Emosi pada Anak, Apa Saja?

30 November 2022   03:30 Diperbarui: 30 November 2022   03:35 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan pada masa anak-anak atau yang disebut golden age  itu dipenuhi dengan dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki segala sesuatu yang baru. Saat seorang anak mulai mulai tampak mengeluarkan emosi dan sulit untuk mengontrolnya, orang tua terkadang kesulitan dalam apa yang harus dilakukan untuk mengontrol emosi sang anak. Apakah sikap mendiamkan salah? atau memarahi adalah solusi yang cukup baik? 

Apa sih perkembangan emosi itu? 

Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pasti mengalami perkembangan mulai dar segi fisik, kognitif, sosial dan juga emosi yang nantinya saat dewasa akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya dan karakter yang dibentuk.

Pembentukan karakter ini tidak lepas dari perkembangan emosi yang terus berjalan sesuai dengan apa yang akan dirasakan dalam setiap prosesnya. Perkembangan emosi mengacu pada reaksi anak terhadap berbagai perasaan yang dialami setiap waktu yang akan membawa pengaruh besar terhadap cara pandang dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, dan tingkah lakunya saat dewasa. 

Perkembangan emosi ini berkaitan dengan pengalaman anak dalam mengenali perasaan dan emosi yang dialami, memahami bagaimana dan mengapa sesuatu bisa terjadi, dan memahami perasaan orang lain. Seiringnya pertumbuhan anak, perkembangan emosi anak ini juga akan semakin kompleks sesuai dengan pengalaman hidup yang terjadi padanya. Untuk itulah perkembangan emosi ini akan menjadi hal yang sangat penting untuk kesehatan mental.

Perkembangan emosi anak sudah terjadi sejak mulai lahir. Menurut Hurlock, gejala emosional yang pertama terlihat biasanya mulai dari rangsangan umum terhadap stimulus yang kuat. Reaksi emosional ini memang belum terlihat secara jelas sebagai reaksi emosi pada umumnya, tetapi hanya memberikan respons sederhana berupa kesenangan atau ketidak senangan. 

Reaksi emosional yang tidak menyenangkan biasanya di tunjukkan dengan cara menangis, bersuara keras, mengubah posisi secara tiba-tiba, dll. Sedangkan reaksi emosional yang menyenangkan tampak jelas, seperti saat sang anak sedang menyusu pada ibunya, tertawa dan berceloteh, saat anak digendong atau diberikan sentuhan hangat. 

Menurut Hurlock, secara umum ada 9 aspek yang mempengaruhi perkembangan emosi sang anak yaitu sebagai berikut; 

1. Rasa Takut 

Rasa takut ini adalah perasaan yang khas pada anak. Hampir setiap tahapan usia, seorang anak mengalami ketakutan dengan tingkatan yang berbeda-beda. Stimulus umun yang menyebabkan rasa takut pada anak yaitu suara yang terlalu keras, karakter yang menyeramkan yang ada pada film, atau dongeng, ruangan gelap, kilat pada guntur, dan kesendirian. 

2. Rasa Malu 

Rasa malu ini merupakan ketakutan yang ditandai dengan penarikan diri sendiri dari interaksi dengan orang lain yang tidak di kenal. Rasa malu mulai dimiliki anak saat usianya di atas 6 bulan. Hal ini disebabkan karena pada usia ini anak mulai mengenal orang yang sering dilihat dan orang yang asing.

3. Rasa Khawatir

Rasa ini ialah khayalan ketakutan atau gelisah tanpa adanya sebab. Perasaan ini timbul disebabkan karena membayangkan keadaan berbahaya yang akan meningkat. Biasanya, kekhawatiran ini terjadi saat anak usia di atas 3 tahun. Bahkan semakin besar atau semakin bertambahnya usia, rasa khawatir ini akan sering di alami. 

4. Rasa Cemas

Rasa cemas yaitu keadaan mental yang tidak enak dikarenakan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ini cenderung ditandai dengan kekhawatiran, ketidakenakan, dan prasangka yang kurang baik, disertai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis. 

5. Rasa Marah 

Rasa marah ini adalah sikap penolakan yang kuat terhadap apa yang tidak disukainya. Dalam sudut pandang anak, ekspresi kemarahan merupakan jalan yang paling cepat untuk menarik perhatian orang lain. Semakin tinggi tingkat kemarahan pada sang anak, semakin keras juga ia menunjukkan sifat marahnya, mulai dari diam, berkata yang kasar, gerak verbal, hingga tindakan anarkis lain. 

6. Rasa cemburu

Rasa cemburu adalah perasaan ketika seorang anak kehilangan kasih sayang. Biasanya anak yang sedang cemburu merasa dirinya tidak tentram dalam hubungan dengan orang yang disukainya. Perilaku cemburu menunjukkan bahwa anak-anak berusaha membenarkan atau membuktikan bahwa diri mereka tidak memiliki saingan. 

7. Rasa  Duka Cita

Rasa duka cita merupakan suatu kesengsaraan emosional (trauma psikis) yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Reaksi yang cenderung ditunjukkan ketika anak duka cita adalah menangis atau situasi tekanan, seperti sulit tidur, hilangnya nikmat terhadap hal-hal yang ada di depannya. 

8. Rasa Ingin Tahu 

Setiap anak mempunyai naluri keingintahuan yang sangat tinggi. Mereka menaruh minat terhadap segala sesuatu yang baru di lingkungannya. Rasa ingin tahu ini biasanya di ekspresikan dengan membuka mulut, menengadahkan kepala, dan mengerutkan dahi.

9. Kegembiraan atau kesenangan

Rasa ini merupakan emosi bahagia atau rasa senang. Di kawasan bayi, emosi kegembiraan berasal dari fisik yang sehat, situasi yang ganjil, permainan yang mengasyikkan, dll. Reaksi ekspresi yang biasanya ditunjukkan anak ketika senang atau gembira adalah tersenyum  atau tertawa, mengoceh, dan merangkak.

Akan tetapi setiap anak - anak memiliki  emosi yang berbeda-beda. Hal ini terlihat dari bagaimana anak mengekspresikan suatu keadaan, seperti beberapa anak mampu mengekspresikan kesedihan dengan menangis, tetapi ada sebagian anak yang mengekspresikannya dengan kesedihannya dengan wajah yang murung dan menyendiri di kamar. 

Dengan demikian, perkembangan emosi sangat memerlukan perhatian lebih, terutama dari orang tua karena suatu pendidikan di mulai dari lingkungan keluarga. Sehingga keluarga memiliki peranan yang utama dan pertama. Kondisi emosi anak akan berdampak pada penyesuaian pribadi dan lingkungan sosialnya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun