''PERAN MEDIA BARU DALAM PENYEBARAN HOAX DAN DAMPAKNYA PADA MASYARAKAT''
                                                                  Â
MAKALAH
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Ke-2 Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi R.06 Semester 1
                                                           Â
Oleh Kelompok:
Ananta Azzahra (233516516071)
Andhika Septiano 233516516112
Regitha Jasmine Putri 233516516108
Tengku Abdul Fattah Arrafi 233516516115
Aryo Bambang Nugroho 233516516087
Juandhika Irama 233516516085
Dosen Pengampu:
Bapak Th. Bambang Pamungkas, S.Sos., M.I.Kom.
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA 2023
BAB IÂ PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
  Dalam era digital yang semakin maju, media baru seperti media sosial, situs berita online, dan platform berbagi video telah menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat. Namun, bersamaan dengan kemajuan teknologi ini, penyebaran hoax atau disinformasi juga semakin meningkat. Hoax adalah informasi palsu yang disebarkan dengan tujuan menyesatkan atau memanipulasi masyarakat.
  Media baru memiliki peran penting dalam penyebaran hoax. Dengan akses yang mudah dan cepat ke informasi, siapa pun dapat dengan mudah membuat dan menyebarkan konten yang tidak terverifikasi secara akurat. Banyak oknum yang memanfaatkan media baru untuk menyebarkan informasi palsu dengan tujuan politik, komersial, atau bahkan hanya untuk menciptakan kekacauan.
  Salah satu alasan mengapa hoax sering terjadi dalam masyarakat adalah karena kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam memverifikasi informasi. Banyak orang yang tidak mampu membedakan antara informasi yang benar dan hoaks. Selain itu, faktor emosional juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu informasi. Orang cenderung lebih mudah percaya pada informasi yang sesuai dengan kepercayaan dan nilai-nilai mereka, bahkan jika informasi tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
  Penyebaran hoax melalui media baru juga dapat memiliki dampak negatif pada masyarakat. Hoax dapat menciptakan kepanikan, mempengaruhi opini publik, dan bahkan merusak reputasi seseorang atau lembaga. Masyarakat yang terpapar hoax juga dapat kehilangan kepercayaan pada media dan informasi yang diberikan, sehingga sulit untuk membedakan antara informasi yang benar dan hoaks.
  Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi digital dan kritis. Masyarakat perlu dilengkapi dengan keterampilan untuk memverifikasi informasi, mengenali ciri-ciri hoaks, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah penyebaran hoax. Selain itu, peran media, pemerintah, dan lembaga terkait juga sangat penting dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya hoax dan mempromosikan media yang bertanggung jawab.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
- 1. Bagaimana media baru mempengaruhi penyebaran hoax ?
- 2. Mengapa hoax sering terjadi dalam masyarakat?
BAB II PEMBAHASANÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
A. Pengertian Hoax
  Hoax atau disebut juga dengan berita bohong adalah informasi palsu yang disebarkan dengan tujuan menyesatkan atau memanipulasi orang lain. Hoax dapat berupa berita palsu, gambar yang diedit, video yang diubah, atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoax diartikan sebagai berita bohong. Hoax sering kali menyebar dengan cepat melalui media sosial dan platform digital lainnya, dan dapat mempengaruhi banyak orang dalam waktu singkat.
 Tujuan dari penyebaran hoax dapat bervariasi. Beberapa tujuannya antara lain adalah untuk memanipulasi opini publik, mencari keuntungan pribadi, atau mempengaruhi keputusan politik. Hoax juga dapat digunakan untuk menggiring opini atau membentuk opini tertentu. Selain itu, ada juga hoax yang sengaja disebarkan hanya untuk bersenang-senang dengan menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna media sosial.
 Hoax sering terjadi dalam masyarakat karena adanya peran media baru. Media baru seperti media sosial, situs berita online, dan platform berbagi video telah menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat. Namun, dengan akses yang mudah dan cepat ke informasi, siapa pun dapat dengan mudah membuat dan menyebarkan konten yang tidak terverifikasi secara akurat. Kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam memverifikasi informasi juga menjadi faktor penyebab hoax sering terjadi. Banyak orang yang tidak mampu membedakan antara informasi yang benar dan hoaks. Selain itu, faktor emosional juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu informasi. Orang cenderung lebih mudah percaya pada informasi yang sesuai dengan kepercayaan dan nilai-nilai mereka, bahkan jika informasi tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
B. Pengertian Komunikasi Antar Personal
   Komunikasi antar personal, juga dikenal sebagai komunikasi antar pribadi, adalah proses pertukaran pesan, informasi, dan emosi antara dua individu atau lebih dalam konteks yang lebih pribadi. Komunikasi ini melibatkan interaksi langsung antara individu-individu yang terlibat, baik secara tatap muka maupun melalui media komunikasi yang memungkinkan kontak langsung, seperti telepon atau video conference.
  Komunikasi antar personal dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal melibatkan penggunaan kata-kata dalam bentuk lisan atau tertulis untuk menyampaikan pesan. Contohnya adalah percakapan tatap muka, telepon, atau pesan teks. Sementara itu, komunikasi nonverbal melibatkan penggunaan bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan, dan intonasi suara untuk menyampaikan makna tambahan dan emosi. Misalnya, ekspresi wajah yang menunjukkan kegembiraan atau gerakan tangan yang menyampaikan pesan tanpa kata-kata.Tujuan dari komunikasi antar personal dapat bervariasi tergantung pada konteks dan hubungan antara individu yang terlibat. Tujuan umumnya adalah untuk membangun hubungan yang baik, saling memahami, dan mencapai tujuan bersama. Komunikasi  antar  personal  juga  dapat  digunakan  untuk  menyampaikan  informasi,mempengaruhi sikap dan perilaku, menyelesaikan konflik, atau hanya untuk menjalin hubungan sosial yang positif.
Beberapa ahli yang memberikan pengertian komunikasi antar personal adalah:
1. Joseph A. Devito: Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya "The Interpersonal Communication Book", komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran pesan antara dua individu atau lebih yang melibatkan interaksi langsung dan saling mempengaruhi.
2. Evert M. Rogers: Evert M. Rogers, seorang ahli komunikasi, mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran pesan dan pengaruh antara individu- individu yang terlibat dalam interaksi sosial.
3. Dean Barnlund: Dean Barnlund menyebutkan bahwa komunikasi antar personal adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan melibatkan tindakan tatap muka antara individu-individu yang terlibat.
4. Deborah Tannen: Deborah Tannen, seorang ahli linguistik, mengemukakan bahwa komunikasi antar personal melibatkan perbedaan gaya komunikasi antara pria dan wanita, yang dapat mempengaruhi pemahaman dan interpretasi pesan.
5. Julia T. Wood: Julia T. Wood, dalam bukunya "Interpersonal Communication: Everyday Encounters", menjelaskan bahwa komunikasi antar personal melibatkan proses pertukaran pesan, emosi, dan informasi antara individu-individu yang terlibat dalam hubungan interpersonal.
C. Teori Komunikasi Antar Personal
   Teori komunikasi antar personal merupakan kerangka konseptual yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses komunikasi yang terjadi antara individu-individu dalam konteks yang lebih pribadi. Terdapat beberapa teori yang dikembangkan oleh para ahli untuk menjelaskan komunikasi antar personal. Berikut adalah beberapa teori yang relevan dalam konteks ini:
1. Teori Kebutuhan Hubungan Interpersonal (William Schutz): Teori ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki tiga kebutuhan antar pribadi, yaitu inklusif (kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh orang lain), kontrol (kebutuhan untuk mengendalikan dan mempengaruhi lingkungan), dan afeksi (kebutuhan untuk memberikan dan menerima kasih sayang). Teori ini menekankan pentingnya hubungan interpersonal dalam memenuhi kebutuhan manusia.
2. Teori Pertukaran Sosial (George Homans): Teori ini mengemukakan bahwa individu cenderung berkomunikasi dengan orang lain berdasarkan pertukaran sosial yang saling menguntungkan. Individu akan mencari imbalan positif dari interaksi sosial dan menghindari imbalan negatif. Teori ini menekankan pentingnya pertukaran sosial dalam menjalin hubungan interpersonal yang saling menguntungkan.
3. Teori Proses Interpersonal (Irwin Altman dan Dalmas Taylor): Teori ini menjelaskan bahwa komunikasi antar personal melibatkan proses saling mempengaruhi antara individu-individu yang terlibat. Proses ini meliputi pengungkapan diri, persepsi, penilaian, dan respon terhadap pesan. Teori ini menekankan pentingnya pemahaman dan interpretasi pesan dalam komunikasi antar personal.
4. Teori Pemrosesan Informasi (Joseph Walther): Teori ini mengemukakan bahwa komunikasi antar personal melibatkan pemrosesan informasi secara aktif oleh individu. Individu memilih, menginterpretasikan, dan memberikan makna pada pesan yang diterima. Teori ini menekankan pentingnya peran individu dalam memproses informasi dalam komunikasi antar personal.
5. Teori Politeness (Penelope Brown dan Stephen Levinson): Teori ini berfokus pada bagaimana individu menggunakan bahasa dan tindakan untuk menjaga keharmonisan dan menghormati orang lain dalam komunikasi antar personal. Teori ini menekankan pentingnya kesopanan dan penghargaan dalam menjalin hubungan interpersonal yang baik.
D. Komunikasi Kelompok-Komunikasi Massa (berkaitan dengan Media Baru)
1. Komunikasi Kelompok
  Komunikasi kelompok adalah proses komunikasi yang terjadi antara tiga orang atau lebih dalam suatu kelompok dengan tujuan mencapai tujuan bersama. Menurut Joseph A. DeVito, seorang ahli komunikasi, komunikasi kelompok melibatkan interaksi antara anggota kelompok, di mana mereka saling berbagi informasi, ide, dan pendapat untuk mencapai hasil yang diinginkan. Contoh dari komunikasi kelompok adalah rapat tim di tempat kerja, diskusi kelompok dalam proyek sekolah, atau pertemuan komunitas. Dalam konteks media baru, komunikasi kelompok dapat terjadi melalui platform media sosial di mana anggota kelompok dapat berinteraksi dan berbagi informasi secara online.
2. Komunikasi Massa
  Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak luas atau masyarakat umum melalui media massa. Menurut Denis McQuail, komunikasi massa melibatkan penggunaan media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet, untuk menyampaikan pesan kepada audiens yang heterogen. Pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa dapat mencakup berbagai topik, seperti berita, hiburan, pendidikan, dan promosi. Dalam konteks media baru, komunikasi massa dapat terjadi melalui platform media sosial, situs web berita online, atau saluran YouTube. Komunikasi massa melalui media baru memungkinkan individu untuk menjadi produsen dan konsumen konten secara bersamaan.
3. Media Baru
  Media baru merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi yang telah memperluas jangkauan komunikasi manusia. Media baru mencakup penggunaan media melalui jaringan internet, seperti media sosial, situs web, dan aplikasi berbasis online. Media baru memiliki sejarah yang dimulai dengan perkembangan internet pada abad ke-20. Menurut Marshall McLuhan, media baru atau komunikasi massa adalah perkembangan teknologi komunikasi yang telah memperluas jangkauan komunikasi manusia. Media baru memungkinkan interaksi dua arah antara pengguna dan konten, serta memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen dan konsumen informasi secara bersamaan.
4. Karakteristik Media Baru
  Media baru memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari media tradisional. Berikut adalah beberapa karakteristik media baru:
1. Hipertekstual: Media baru memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi dalam bentuk hiperteks, di mana mereka dapat melompat dari satu teks ke teks lainnya melalui tautan. Contohnya adalah artikel di situs web yang menyediakan tautan ke artikel terkait.
2. Jaringan: Media baru memungkinkan pengguna untuk terhubung dan berinteraksi dengan pengguna lain melalui jaringan online. Contohnya adalah media sosial yang memungkinkan pengguna untuk berbagi konten, berkomunikasi, dan membentuk komunitas online.
3. Maya/Virtual: Media baru memungkinkan pengguna untuk mengakses dunia maya atau virtual di mana mereka dapat berinteraksi dengan objek dan orang secara virtual. Contohnya adalah permainan online yang memungkinkan pemain untuk berinteraksi dalam dunia virtual.
4. Interaktif: Media baru memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan konten secara aktif, seperti memberikan komentar, menyukai, atau berbagi konten. Contohnya adalah penggunaan tombol "like" dan "share" di media sosial.
5. Simulasi: Media baru memungkinkan pengguna untuk mengalami simulasi dari dunia nyata melalui teknologi virtual. Contohnya adalah penggunaan teknologi realitas virtual dalam simulasi penerbangan atau permainan video.
E. Teori Komunikasi Kelompok
  Komunikasi kelompok merupakan suatu bidang studi yang penting dalam ilmu komunikasi. Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam memahami komunikasi kelompok. Berikut adalah beberapa teori komunikasi kelompok yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Teori Ketergantungan (Dependency Theory): Teori ini dikemukakan oleh Heider dan mengatakan bahwa komunikasi kelompok terjadi karena adanya ketergantungan antara anggota kelompok. Individu dalam kelompok saling bergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan kelompok.
2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory): Teori ini dikemukakan oleh Homans dan menyatakan bahwa komunikasi kelompok terjadi karena adanya pertukaran sosial. Individu dalam kelompok saling memberikan dan menerima imbalan sosial dalam interaksi mereka.
3. Teori Keseimbangan (Balance Theory): Teori ini dikemukakan oleh Newcomb dan menyatakan bahwa komunikasi kelompok terjadi karena upaya untuk mencapai keseimbangan dalam hubungan antarindividu dalam kelompok. Individu cenderung mencari keseimbangan antara sikap, nilai, dan keyakinan mereka dengan sikap, nilai, dan keyakinan kelompok.
4. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory): Teori ini dikemukakan oleh Festinger dan menyatakan bahwa komunikasi kelompok terjadi karena adanya disonansi kognitif, yaitu ketidaksesuaian antara sikap dan tindakan individu. Individu dalam kelompok cenderung mencari konsistensi antara sikap dan tindakan mereka.
5. Teori Spiral of Silence: Teori ini dikemukakan oleh Noelle-Neumann dan menyatakan bahwa komunikasi kelompok terjadi karena adanya tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan pendapat mayoritas dalam kelompok. Individu yang merasa pendapatnya berbeda cenderung merasa terisolasi dan tidak berani menyuarakan pendapatnya.
F. Dampak positif dan negatif Kehadiran Media baru
   Media baru memiliki dampak positif yang signifikan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu dampak positifnya adalah memudahkan akses informasi. Dengan adanya media baru seperti internet dan media sosial, informasi dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Contohnya, melalui platform media sosial, kita dapat mengikuti berita terkini, membaca artikel, atau menonton video edukatif. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk tetap terinformasi dan mengikuti perkembangan terbaru di berbagai bidang.
  Selain itu, media baru juga memungkinkan terjalinnya komunikasi yang lebih luas dan efisien. Melalui media sosial, kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia tanpa terbatas oleh jarak dan waktu. Misalnya, kita dapat berkomunikasi dengan keluarga atau teman yang berada di luar negeri melalui video call atau pesan instan. Hal ini memperluas jaringan sosial kita dan memperkaya hubungan antarmanusia.
  Media baru juga memberikan kesempatan bagi individu untuk menjadi produsen konten. Dengan adanya platform seperti YouTube, blog, atau podcast, siapa pun dapat membuat dan membagikan konten kreatif mereka. Ini memberikan kesempatan bagi orang-orang dengan bakat dan minat khusus untuk mengekspresikan diri, membagikan pengetahuan, atau menginspirasi orang lain.
 Namun, kehadiran media baru juga memiliki dampak negatif yang perlu diperhatikan. Salah satu dampak negatifnya adalah penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoax. Dalam era media baru, siapa pun dapat dengan mudah menyebarkan informasi tanpa melalui proses verifikasi yang ketat. Hal ini memungkinkan penyebaran berita palsu atau disinformasi yang dapat mempengaruhi opini dan tindakan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media baru untuk bijak dalam memilah dan memverifikasi informasi sebelum membagikannya.
  Selain itu, media baru juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental. Penggunaan media sosial yang berlebihan atau terlalu banyak terpapar konten negatif dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, penggunaan media sosial juga dapat memicu perbandingan sosial dan rendahnya rasa percaya diri karena terus-menerus melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media.
  Dampak negatif lainnya adalah hilangnya privasi. Dalam era media baru, informasi pribadi kita dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh pihak lain tanpa izin. Selain itu, adanya risiko penyalahgunaan data dan serangan siber juga meningkat dengan adanya media baru.
G.Penyebab dan Akibat Perubahan Media Baru
1. Penyebab perubahan media baru dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kemajuan Teknologi: Perkembangan teknologi menjadi salah satu penyebab utama perubahan media baru. Kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi informasi memungkinkan munculnya platform media baru seperti internet, media sosial, dan aplikasi berbasis online. Misalnya, dengan adanya internet, informasi dapat dengan mudah diakses dan dibagikan oleh siapa saja, sehingga mempengaruhi cara masyarakat mendapatkan dan berbagi informasi.
b. Globalisasi: Fenomena globalisasi juga berkontribusi pada perubahan media baru. Globalisasi memperluas jangkauan komunikasi dan memungkinkan individu dari berbagai negara dan budaya untuk terhubung dan berinteraksi melalui media baru. Hal ini membawa dampak pada penyebaran ide, nilai, dan budaya yang dapat mempengaruhi cara masyarakat memandang dan mengakses informasi.
c.Perubahan Kebutuhan dan Preferensi Masyarakat: Perubahan kebutuhan dan preferensi masyarakat juga menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan media baru. Masyarakat yang semakin mengandalkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari mengharapkan akses yang lebih cepat, mudah, dan interaktif terhadap informasi. Hal ini mendorong perkembangan media baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Akibat perubahan media baru dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penyebaran Hoax dan Disinformasi: Salah satu akibat negatif dari perubahan media baru adalah penyebaran hoax dan disinformasi. Dengan mudahnya akses informasi dan kemampuan setiap individu untuk memproduksi dan membagikan konten, hoax dapat dengan cepat menyebar dan mempengaruhi opini publik. Masyarakat sering kali sulit membedakan antara informasi yang benar dan hoax, sehingga berdampak pada kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap informasi.
b. Polaritas dan Konflik Opini: Media baru dapat memperkuat polarisasi dan konflik opini dalam masyarakat. Melalui media sosial, individu cenderung terpapar pada konten yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri, sehingga terjadi pembentukan kelompok yang memiliki pandangan serupa. Hal ini dapat memperkuat pemisahan dan konflik antar kelompok dalam masyarakat.
c. Hilangnya Privasi dan Keamanan Data: Perubahan media baru juga berdampak pada hilangnya privasi dan keamanan data. Penggunaan media sosial dan platform online lainnya dapat mengakibatkan pengumpulan dan penyalahgunaan data pribadi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, serangan siber dan kebocoran data juga menjadi ancaman yang meningkat dengan adanya media baru.
H.Pemahaman Literasi Media
1.Teori Literasi Media
Menurut berbagai ahli, terdapat beberapa teori literasi media yang dapat digunakan untuk memahami konsep ini. Salah satu teori yang dikenal adalah teori pendekatan kritis. Potter (2011) menjelaskan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, memahami,dan mengevaluasi secara kritis isi media serta aspek media yang berbeda. Teori ini menekankan pentingnya kemampuan kritis dalam memahami dan menafsirkan pesan media.
2. Definisi Literasi Media
Literasi media, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai media literacy, dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media dalam berbagai bentuk. Menurut Zacchetti (2011), literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, memahami, dan mengevaluasi secara kritis isi media serta aspek media yang berbeda. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap pesan media, kemampuan untuk membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat, serta kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam menciptakan media.
3. Pentingnya Literasi Media
Literasi media memiliki peran penting dalam konteks kehadiran media baru. Berikut adalah beberapa elemen mendasar literasi media yang dijelaskan oleh Jenkins (2006):
a. Akses: Literasi media melibatkan kemampuan untuk mengakses dan menguasai teknologi media baru. Hal ini penting agar individu dapat memanfaatkan potensi media baru dengan baik.
b. Analisis: Literasi media melibatkan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi pesan media. Kemampuan ini memungkinkan individu untuk memahami konteks, tujuan, dan dampak dari pesan media yang diterima.
c.Kritik: Literasi media melibatkan kemampuan untuk mengembangkan sikap kritis terhadap media. Individu perlu mampu mengidentifikasi bias, manipulasi, atau informasi yang tidak akurat dalam pesan media.
d. Kreasi: Literasi media melibatkan kemampuan untuk menciptakan media sendiri. Individu perlu dapat menggunakan media baru untuk menyampaikan ide, memproduksi konten kreatif, dan berpartisipasi dalam budaya media.
e. Partisipasi: Literasi media melibatkan partisipasi aktif dalam media. Individu perlu dapat berinteraksi dengan media, berbagi pendapat, dan berkontribusi dalam pembentukan konten media.
4. Tujuan Literasi Media
Tujuan mendasar dari literasi media adalah untuk membekali individu dengan kemampuan yang diperlukan untuk berinteraksi dengan media secara efektif dan kritis. Beberapa tujuan lain dari literasi media yang disebutkan oleh Jenkins (2006) adalah:
a. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan media baru.
b. Membantu individu memahami dan menginterpretasikan pesan media dengan bijak.
c. Mendorong partisipasi aktif dalam media dan berkontribusi dalam pembentukan konten.
d. Mengembangkan sikap kritis terhadap media dan mampu mengidentifikasi disinformasi.
e. Meningkatkan pemahaman tentang peran media dalam budaya dan masyarakat.
BAB IIIÂ PENUTUP Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
A.Kesimpulan
Dalam era kehadiran media baru, peran media dalam penyebaran hoax menjadi semakin signifikan. Media baru, seperti internet dan media sosial, memungkinkan siapa saja untuk dengan mudah memproduksi, membagikan, dan menyebarkan informasi tanpa melalui proses verifikasi yang ketat. Hal ini memicu penyebaran hoax dan disinformasi yang dapat mempengaruhi opini dan tindakan masyarakat. Selain itu, faktor-faktor seperti kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan kebutuhan masyarakat juga turut mempengaruhi penyebaran hoax melalui media baru.
Dampak dari penyebaran hoax melalui media baru sangat berdampak pada masyarakat. Hoax dapat menyebabkan kebingungan, ketidakpercayaan, dan konflik dalam masyarakat. Masyarakat seringkali sulit membedakan antara informasi yang benar dan hoax, sehingga dapat terjadi penyebaran berita palsu yang merugikan individu dan kelompok. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman literasi media yang baik. Literasi media dapat membantu individu untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media dengan bijak. Dengan literasi media yang baik, masyarakat dapat lebih kritis dalam memahami dan menafsirkan pesan media, serta mampu membedakan informasi yang akurat dan tidak akurat.
B. Saran dan Usulan Solusi Kreatif Penulis
1. Saran
Menurut pendapat penulis, salah satu saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan literasi media dalam masyarakat. Dengan meningkatkan pemahaman dan keterampilan literasi media, individu akan lebih mampu mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media dengan bijak. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam membedakan informasi yang akurat dan tidak akurat, serta mencegah penyebaran hoax. Sebagai contoh, pemerintah dan lembaga pendidikan dapat mengadakan program pelatihan literasi media yang melibatkan masyarakat secara luas.
2. Usulan solusi kreatif
Usulan solusi kreatif yang dapat diberikan adalah melibatkan media baru sebagai bagian dari solusi. Media baru dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarkan informasi yang benar dan memerangi hoax. Misalnya, pemerintah dan lembaga media dapat bekerja sama dalam mengembangkan kampanye edukasi yang menggunakan media baru, seperti video pendek, infografis, atau kampanye di media sosial, untuk menyebarkan informasi yang akurat dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya hoax. Selain itu, kolaborasi dengan platform media sosial dan penyedia konten online juga penting untuk memastikan penyebaran informasi yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Azka Shabrina. (n.d.).Ilmu Komunikasi - Â Hoax merupakan Disinformasi Sebagai Konsekuensi Kehadiran Media Baru.Retrieved from https://id.scribd.com/document/674938128/Ilmu-Komunikasi-Azka-Shabrina.
Heru.(2017, May 12). Teori Komunikasi Kelompok dan Klasifikasinya Menurut Ahli. Pakar Komunikasi.com. Retrieved from https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-kelompok
Vanya(2022,January18). Definisi Komunikasi Kelompok dan Bentuknya. Kompas.com Retrieved from https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/18/150000869/definisi-komunikasi- kelompok-dan-bentuknya
Faturohmah, T. N., & Salim, T. A. (2022). Perilaku Masyarakat Terhadap Penyebaran Hoax Selama Pandemi Covid-19 Melalui Media di Indonesia: Tinjauan Literatur Sistematis. Tik Ilmeu: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 6(1), 121. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/362165763_Perilaku_Masyarakat_Terhadap Penyebaran_Hoax_Selama_Pandemi_Covid19_Melalui_Media_di_Indonesia_Tinjaua n_Literatur_Sistematis
Komunikasi Praktis.com. (2015). Komunikasi Massa: Pengertian, Proses, dan Fungsi. Retrieved from https://www.komunikasipraktis.com/2015/04/komunikasi-massa-pengertian.html
Mastel. (2017). Survei: Hoaks Paling Banyak Ditemui di Facebook dan TikTok. Retrieved from https://tirto.id/gP6k?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Share
Pakar Komunikasi. com. (n.d.). Komunikasi Antar Pribadi. Retrieved from https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-antar-pribadi/amp
PakarKomunikasi.com.   (n.d.).   Macam-macam  Komunikasi   Kelompok.Retrieved  from https://pakarkomunikasi.com/macam-macam-komunikasi-kelompok/amp
Respati, S. (2017, January 23). Mengapa Banyak Orang Mudah Percaya Berita "Hoax"? Kompas.com. Retrieved from http://nasional.kompas.com/read/2017
Gamal Thabroni (2022, November 15). Komunikasi Kelompok: Pengertian, Jenis, Karakteristik, Pengaruh, dll. Serupa.id. Retrieved from https://serupa.id/komunikasi-kelompok-pengertian-jenis-karakteristik- pengaruh-dsb/
Hamada Nofita Putri (2022). Teori Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli. Vocasia.id. Retrieved from https://vocasia.id/blog/teori-komunikasi-interpersonal-menurut-para-ahli/?amp=1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H