Dua minggu ini, kedua timses bertempur dengan golput atau golongan putih. Padahal mereka juga disibukkan dengan pertempuran terbuka antar timses sendiri. Penyeru golput ini tidak puas dengan kedua capres yang ada. Tidak puas dengan petahana, namun tidak juga menaruh harapan pada oposisi. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak memilih.
Menurut Prof Ariel Heryanto, Golput dilahirkan menjelang pemilihan umum 1971. Sasaran tembaknya adalah partai penguasa yaitu Golkar. Awalan 'gol' pada golput mengacu pada nama Golkar sendiri. Lambang segilima golput juga mengacu pada logo golkar namun di tengah logo hanya ada warna putih.
Golput adalah keputusan antara memilih dan tidak. Sedangkan alasan tidak memilih bisa beragam. Ketidakpuasan, tidak sreg dengan pilihan yang ada hingga tidak sempat karena kesibukan. Filosofi memilih atau tidak ini bisa dihubungkan dengan banyak hal, salah satunya sepak bola.
Bayangkan anda adalah pelatih yang sedang menangani sebuah tim. Kalian berhak memilih dan menentukan pemain yang bertanding. Pertandingan sudah berlangsung, pemain terbaik sudah turun ke lapangan.
Tentunya tidak semua pemain selalu fit dalam 90 menit pertandingan berlangsung. Ada kalanya pemain tersebut cedera atau tidak sesuai dengan rencana strategi kalian sebagai pelatih. Pemain yang berada di lapangan adalah petahana saat ini dan pemain yang ada di bangku cadangan adalah kubu oposisi.
Jika kalian pelatih yang melihat pemain yang saat ini berada di lapangan dalam keadaan cedera atau tidak sesuai rencana strategi, maka gantilah pemain tersebut dengan pemain yang berada di bangku cadangan. Kalian menganggap petahana mencederai janji yang telah dibuat atau tidak sesuai dengan strategi yang telah dibuat di awal menjabat.
Namun jika kalian pelatih yang menganggap pemain yang di lapangan saat ini masih sanggup memenuhi strategi dan tidak dalam keadaan cedera, maka teruskanlah dan biarkanlah pemain tersebut berlaga dan berkreasi. Kalian menganggap pemain yang berada di bangku cadangan belum selayaknya masuk dan bisa turun di lain waktu.
Pelatih golput mengalami kebimbangan tersendiri. Mereka sebenarnya tidak puas dengan pemain yang saat ini berlaga di lapangan. Pemain tersebut belum memenuhi standar permainan yang diharapkan dan strategi yang ada. Passing kurang akurat begitupun visi permainan yang monoton. Sedangkan pemain yang berada di bangku cadangan juga belum meyakinkan.
Kebimbangan antara mempertahankan pemain yang ada atau mengganti menjadi rumit dalam pengambilan keputusan pelatih. Mereka dihadapkan dengan keberlangsungan permainan tim selain itu target kemenangan juga harus dicapai. Belum lagi apabila tim tersebut dalam keadaan tertinggal. Mengganti atau tidak atau bahkan tidak memilihnya sama sekali menjadi hak pelatih.
Apakah keputusan untuk tidak menentukan ini memengaruhi sistem permainan yang sedang berlangsung? Tidak memilih mengganti atau tidak akan memasrahkan hasil pada proses yang terjadi selama pertandingan. Tetapi keputusan ini juga bisa memengaruhi keputusan di pertandingan lainnya. Bisa jadi dengan melihat pertandingan ini akan menjadi evaluasi pelatih ini ke depannya. Pelatih bisa saja tidak memainkan kedua pemain tersebut dan menggantinya dengan lain.
Pelatih yang golput ini mengharapkan ada perubahan yang terjadi antara tenggang pertandingan saat ini dan pertandingan selanjutnya. Mereka menginginkan perubahan besar dalam proses ini. Pertandingan saat ini adalah representasi pemilu yang akan berlangsung dua minggu ke depan, sedangkan pertandingan selanjutnya adalah pemilu lima tahun mendatang.
Tidak ada yang salah dengan keputusan pelatih yang memutuskan golput ini. Pelatih golput ini seperti dihadapkan dengan situasi satu pemain yang ditarik keluar lapangan karena cedera, tetapi tidak memutuskan untuk mengganti dengan pemain baru. Berarti dalam lapangan hanya tersisa 10 pemain, minus satu pemain yang cedera tadi.
Belum tentu 10 pemain ini bakal kalah dalam pertandingan, bisa saja mereka meraih kemenangan walau hanya dengan 10 pemain. Tujuan pelatih golput ini bukan hanya berhenti pada satu pertandingan ini, tetapi lebih pada evaluasi ke pertandingan selanjutnya.
Pemilih golput akan membiarkan apapun hasil pertandingan. Peran mereka tidak akan langsung berpengaruh pada hasil akhir pertandingan. Mereka tidak memilih Jokowi tetap dalam lapangan dan lagi tidak memilih untuk memasukkan Prabowo masuk menggantikan Jokowi.
Sebenarnya menurut Prof Ariel lagi, golongan golput ini adalah golongan yang tidak menolak jika Jokowi menang, tetapi tidak ingin menang dengan santai, dengan margin besar seakan-akan menunjukkan petahana adalah yang terbaik. Pengamatan beliau bisa benar bisa juga salah.
Mereka tidak ingin petahana merasa hebat dan bersih, sehingga berbangga diri dan berleha-leha dengan hasil yang ada. Pemilih Jokowi dan Prabowo seharusnya tidak menyerang mereka, berarti selama ini mereka tidak teryakinkan dan memilih untuk tidak memilih.
Dalam pandangan saya, pemilih golput ini adalah pelatih yang tidak memutuskan mengganti atau tidak pemain yang berlaga sehingga memasrahkan hasil akhir pada sistem pertandingan yang berlangsung. Tidak ada salah dan benar karena memilih atau tidak tetap mempengaruhi hasil akhir baik secara langsung atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H