Prof BW  : Sangat tepat , kendalanya cuman mahal,  kalau dibanding Indonesia dengan cara pengobatan dan obat yang sama harganya sepuluh kali lipat dan tampaknya  Indonesia belum  memungkinkan  akan seperti  Singapura.
AP Â Â : Bagaimana tanggapan Prof BW tentang obat herbal ?
Prof. BW Â : Kalau di Singapore , tidak ada kompromi dengan obat herbal , tapi saya pribadi masih menghargai dan menggunakan sebagai obat komplemeter bukan alternatif.
AP Â Â : Selama menjalankan praktek dokter , tingkat kesembuhan pasien kanker berapa persen ?
Prof BW  : Tergantung , banyak faktor dan yang penting, tergantung  finansial dan stadiumnya dari pasien. Kalau finansial okay dan stadium kurang dari dua  , bisa mencapai  90 persen  dapat disembuhkan. Sayangnya sebagian besar , rakyat kita in poor condition dan datangnya ke dokter sudah stadium lanjut , jadi the best treatment is truly palliative only.
AP Â : Bagaimana Penilaian Prof BW , tentang dokter di Indonesia dan sarana penunjang lainnya, apa sudah memadai ?
Prof BW Â : . Kualitas dokternya, no comment, sarana panunjang kurang, pemerintah tidak menunjang, sosial ekonomi rakyat kurang dan kesadaran sehat juga kurang.
AP   : Jadi  Sarana dan SDM dokter di Indonesia kurang lengkap?
Prof  BW  : Lengkap sekali sih belum, tapi hampir lengkap ada , tapi sumber daya manusianya , masih kurang memadai. Kalau untuk seperti  Singapore sih tidak mungkin , tapi sebagai dokter harus tetap berusaha mumpuni , dengan sarana yang ada , jadilah dokter yang brilliant dan punya hati nurani , berpijak pada pola pikir low tech high touch.
AP Â Â Â : Saran dan pesan kepada para dokter di Indonesia ?
Prof BW Â : Sesuai dengan kondisi di Indonesia , dokter harus pandai dan punya hati nurani yang merawat pasien seutuhnya, Â berpola pada biopsikososiospiritual, Â jadi sebaiknya low tech tapi high touch dan jangan terlalu mendewakan robot diagnosis.