Apa yang pertama terlintas di benak ketika mendengar kata Oma? Angel Lelga? Soneta?
Terlaluuu...bukaaan itu yang gue maksudkan, Oma alias nenek aka eyang putri? Tua renta? Lemah dan tak berdaya?
Pertanyaan kedua, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata Petualang?
Muda? Perkasa? Mandiri? Bagaimana jika oma petualang? Emang ada selain Oma Irama Berkelana mencari Angel Lelga?
Di tulisan kali ini gue tidak akan berkisah tentang cerita Emak Ijah pengen ke Mekkah...wakwaaaw...tetapi cerita tentang 3 simbah-simbah yang masih kuat menjelajah. Ketiga oma dalam cerita ini sempat gue temui di Turki jadi cerita ini nyata bukan fiksi belaka. Sebelum mulai bercerita mari kita dengarkan terlebih dahulu soundtrack dari Olang, Oma Petualang.
"Olang si Olang
Si oma petualang
Kuat kakinya
seperti kaki kijang
Hup hup hup hup, uhuu.."
Gue ketemu ketiga oma-oma ini di sebuah mixed dormitory hostel di Selcuk, sebuah kota kecil di Turki yang terkenal dengan reruntuhan kota kuno Ephesus. Buat yang belum tahu hostel adalah nama keren dari penginapan berharga murah, dan kamar mixed dormitory berarti satu kamar di isi banyak tempat tidur dengan penghuni campur antara laki dan perempuan. Kamar mixed dormitory walau tidak sesuai kaidah syariah selalu mempunyai satu keunggulan, harga yang paling murah. Alasan inilah yang membuat kami (gue dan 4 temen gue) memilih kamar jenis ini. Kamar kami kali ini berisi 11 tempat tidur, selain kami berlima di isi oleh 3 oma dan sisanya oleh pengelana dari Korea yang selalu berganti setiap harinya.
Oma pertama yang akan gue ceritakan bernama Nancy, berasal dari Brasil. Oma Nancy ini berlatar belakang broker property. Untuk membiayai perjalanan ini Oma Nancy dengan tekun menabung selama 2 tahun.doi berkelana seorang diri selama 30 hari mulai dari Yunani dan sekarang di Turki. Gayanya funky juga suka merokok persis mentri Susi. Buat oma Nancy sepakbola sudah menjadi aliran di nadi bukan lagi sekadar hobi, hanya saja kegagalan brasil di Piala dunia tahun ini membuat Oma Nancy patah hati.
Setelah berkenalan kami cepat akrab dengan oma Nancy, dan akhirnya doi mau ngikut bareng kami ke Sirince, sebuah desa di atas bukit dengan jarak kurang lebih 30 menit dari Selcuk. Karena faktor usia oma Nancy tidak ikut kami ke jalan yang mendaki, cukup keluar masuk toko souvenir dan pemandangan di sekitar Sirince yang oma Nancy nikmati.
Di antara kami berlima hanya satu teman gue.yang merokok, di Turki harga rokok.mahalnya aujubile, paling murah sekitar 60 ribu rupiah. Temen gue hanya pasrah gak mampu beli dan sakaw rokok membuat doi sudah mulai berhalusinasi, jalannya sudah mirip zombi. Sebelum keadaan semakin parah gue minta ke Oma Nancy apakah bersedia berbagi satu batang rokok yang dia miliki? Dengan senang hati oma Nancy mau membagi rokoknya ke temen gue yang langsung seperti terlahir kembali, senyum sumringah, bergairah dan berjalan gagah.
[caption id="attachment_373910" align="aligncenter" width="600" caption="Perjumpaan kedua kami dengan oma Nancy di Goreme"][/caption]