Melihat kebohongan Amerika cs dalam memerangi ISIS yang ternyata malah memperkuat ISIS, Presiden Suriah Bashar Al Assad meminta bantuan langsung kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menumpas ISIS dan para teroris pemberontak yang lain. Dengan bantuan gempuran Angkatan Udara Rusia, ISIS dan teroris pemberontak yang lain menjadi kalang kabut dan terdesak. Kelompok-kelompok teroris pemberontak itu semakin banyak menelan kekalahan di medan pertempuran sehingga semakin banyak pula daerah-daerah yang sebelumnya mereka kuasai beralih kembali ke dalam kontrol tentara pemerintah Suriah.
Gerak maju tentara Suriah yang didukung Iran, Rusia dan gerilyawan Hizbullah Libanon itu ternyata sangat menggelisahkan para pendukung teroris pemberontak, terutama Amerika-Israel, Turki dan Arab Saudi. Rasa gelisah itu muncul karena kemenangan tentara Suriah akan memupus habis semua 'saham' yang telah mereka tanamkan pada kelompok-kelompok pemberontak Suriah.
Saham? Ya, Amerika, Saudi dan Turki merupakan pemegang saham terbesar dalam gerakan pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah Suriah. Merekalah yang memprovokasi dan mendukung sepenuhnya pemberontakan bersenjata di Suriah, baik secara politis, finansial maupun persenjataan.
Rasa gelisah itu kemudian memantik kreatifitas Amerika cs untuk kembali menelurkan berbagai kebohongan demi menggagalkan kemenangan rakyat dan pemerintah Suriah terhadap para komplotan teroris pemberontak. Kebohongan-kebohongan itu mereka ciptakan dengan tujuan mengelabuhi masyarakat dunia dan menampilkan citra semu mereka sebagai 'pembela aspirasi' rakyat Suriah.
Kebohongan terakhir mereka adalah narasi kreatifitas mereka yang menuding bahwa gempuran jet-jet tempur Rusia banyak yang malah menyasar para 'pemberontak moderat' dan fasilitas-fasilitas sipil. Sementara pemberontak radikal seperti ISIS malah terabaikan, demikian tuding Amerika cs. Padahal kenyataannya, seperti para teroris pemberontak yang lain, ISIS pun terdesak hebat, apalagi nanti bila tentara Suriah berhasil memutus jalur suplai logistik dan persenjataan dari Turki.
Dengan dasar kebohongan terakhir ini, sekutu Amerika seperti monarki Saudi berniat hendak mengirimkan pasukan daratnya untuk 'melawan' ISIS. Sementara tentara Turki telah memasuki wilayah Suriah pada daerah yang secara sepihak mereka klaim sebagai 'daerah penyangga'. Dalih Turki adalah untuk mengawasi dan mencegah aliran logistik dari Turki pada ISIS. Lucu bukan? Kalau memang berniat hendak mencegah aliran logistik dari Turki, kenapa Amerika cs tidak berkonsentrasi di Turki untuk mencegahnya? Dan kenapa selama ini Turki tidak 'dijewer' karena membiarkan perbatasannya dengan Suriah dijadikan jalur suplai ISIS?
Itulah sebagian kebohongan-kebohongan Gedung Putih yang telah terlacak. Menyikapi kebohongan-kebohongan tersebut, akankah kita menumpulkan daya kritis kita dan kembali menelannya mentah-mentah? Kalau memang demikian, sebenarnya kita yang bodoh, atau mereka yang jenius?
Â
Artikel Terkait :
Akankah Resolusi 2249 DK PBB Disalahgunakan