Mohon tunggu...
Anang Wicaksono
Anang Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Mengagumi dan banyak terinspirasi dari Sang Pintu Ilmu Nabi. Meyakini sepenuhnya Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, pembawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semesta alam. Mencintai dan bertekad bulat mempertahankan NKRI sebagai bentuk negara yang disepakati para founding fathers kita demi melindungi dan mengayomi seluruh umat beragama dan semua golongan di tanah tumpah darah tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penjahit Jadi 'Penjahat'?

9 Februari 2016   13:05 Diperbarui: 9 Februari 2016   13:20 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Celotehan-celotehan bernada kecewa terus membahana. Akhirnya diputuskan besok kami akan mengembalikan pakaian reject itu pada penjahitnya sekaligus memberi 'pelajaran' padanya. Malam itu,  rasa kecewa membuat tidur kami tidak bisa nyenyak.

Esok sorenya sepulang kerja, kami langsung mengembalikan pakaian reject tadi pada penjahitnya. Isteri langsung melayangkan komplainnya pada sang penjahit. Dengan rasa bersalah, si penjahit menjawab  bahwa ternyata ia salah menerapkan ukuran.

Ia berdalih, ukuran yang diterapkan pada kain isteri ternyata adalah ukuran orang lain yang namanya sama dengan isteri. Ia pun berjanji untuk mengganti kain tersebut dan menjahitkannya sesuai dengan ukuran isteri.

Melihat rasa bersalah si penjahit, 'pelajaran' yang kami siapkan akhirnya tidak jadi kami berikan. Hati kami luluh melihat rasa bersalah dan penyesalan si penjahit. Ia berjanji untuk menjadikan jahitan versi revisi ini sebulan lagi.

Sebulan kemudian kami mendatangi si penjahit. Terjadilah 'kegaduhan politik' jilid kedua . Kami terkejut mendapati MMT nama kios jahitnya sudah tidak ada lagi dan berganti dengan nama sebuah koperasi yang sore itu juga sudah tutup. Kami juga tidak diberitahu tentang kepindahan itu padahal isteri sudah memberikan nomor HP-nya.

Repotnya lagi, tidak ada semacam tulisan pengumuman pindah kemana. Klinik yang berada satu kompleks dengannya pun sudah tutup . Jadi kami agak kesulitan mencari orang untuk bertanya tentang kepindahan si penjahit.

Akhirnya kami bertanya pada seorang pegawai di bengkel las sebelah yang jaraknya agak jauh dengan kios si penjahit sebelumnya. Ia pun tidak tahu menahu tentang penjahit itu dan kapan serta kemana pindahnya. Buntu lagi. Untung isteri melihat papan nama klinik tersebut dan mencatat nomor teleponnya.

Esok paginya, isteri menelepon ke klinik itu. Dengan meminta maaf sebelumnya, isteri mengatakan tidak akan meminta informasi tentang pelayanan di klinik tersebut tapi menanyakan tentang si penjahit yang menghilang begitu saja. 

Untunglah ibu yang di klinik itu tahu dan mengenal si penjahit. "O dia pindah ke pemukiman penduduk di sebelah komplek kios ini. Cepat bu, segera didatangi, saya dengar kabar dia mau pindah lagi dari situ." Begitu sarannya.

Namun ada saja kejadian yang membuat kami menunda 'perburuan' mengejar si penjahit. Sabtu siang kemarin, kami harus cepat-cepat ke stasiun kereta karena Kereta Api ke kota eyang anak kami berangkat jam 16.00. 

Sebelum-sebelumnya juga begitu. Ada sajalah yang membuat perburuan itu tertunda, seperti harus mengambil sayur belanjaan di tempat lain, atau hujan sepanjang hari. Jadi sampai hari ini kami belum sempat memburu penjahit itu lagi. Mana siang ini hujan begitu deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun