Mohon tunggu...
Anang Wicaksono
Anang Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Mengagumi dan banyak terinspirasi dari Sang Pintu Ilmu Nabi. Meyakini sepenuhnya Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, pembawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semesta alam. Mencintai dan bertekad bulat mempertahankan NKRI sebagai bentuk negara yang disepakati para founding fathers kita demi melindungi dan mengayomi seluruh umat beragama dan semua golongan di tanah tumpah darah tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semenjak Tragedi Karbala, Manusia Begitu "Ringan Tangan" untuk Menumpahkan Darah Sesama

21 Oktober 2015   15:30 Diperbarui: 24 Oktober 2015   23:51 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 10 Muharram adalah hari yang paling menyedihkan dan menyakitkan bagi Rasulullah SAW. Pada tanggal dan bulan itu, hampir 14 abad yang lalu, cucu kesayangan Nabi yang mulia, Imam Husain dan para pengikutnya, dianiaya dan dibunuh dengan kejam oleh sekelompok manusia durjana di padang Karbala. Dan ironisnya -- yang lebih menyakitkan lagi -- para pembunuh cucu Nabi itu mengaku sebagai pengikut dan umat Nabi Muhammad SAW. 

Adakah sesuatu yang lebih menyakitkan Rasulullah yang mulia daripada membunuh cucu yang sangat dicintai dan disayanginya itu? Begitu banyak hadits Nabi yang menggambarkan kedekatan dan kecintaannya kepada Al-Husain. Begitu pula tidak sedikit hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan Imam Husain.

Beberapa hadits tersebut antara lain adalah :

"Husain dariku dan aku dari Husain. Allah mencintai orang yang mencintainya. Husain adalah keturunan dari keturunan-keturunan Nabi."

"Hasan dan Husain adalah dua orang penghulu pemuda surga"

"Hasan dan Husain adalah dua orang pemimpin, baik dalam keadaan duduk maupun berdiri".

Dan apa yang akan didapatkan orang-orang yang begitu lancang dan berani menyakiti Rasulullah SAW? 

Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan." (QS Al Ahzab : 57)

Disamping itu, dalam Islam, membunuh orang yang tak bersalah adalah sebuah dosa besar sebagaimana tersebut dalam salah satu ayat Al Qur'an. 

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. ” ( QS Al Maidah 32 )

Dapat kita lihat bahwa Islam telah memberikan batasan-batasan yang tegas dan jelas. Para pembunuh Imam Husain dan pengikutnya telah melampaui batas-batas ini. Mereka telah melampaui batasan tentang pembunuhan. Dan pula mereka telah melampaui batasan tentang menyakiti Rasul. Maka orang-orang yang melanggar ketentuan yang tegas dan jelas ini sering disebut sebagai "orang-orang yang melampaui batas".

Imam Husain yang merupakan cucu kesayangan Nabi SAW, dengan lancang mereka aniaya dan mereka bunuh dengan cara yang sangat kejam. Kepala suci cucu Nabi itu pun dipenggal dan ditancapkan pada sebatang tombak lalu diarak dari Karbala menuju Damaskus untuk diserahkan pada Yazid bin Muawiyah, sang aktor intelektual tragedi mengerikan ini. 

Begitu beraninya mereka memperlakukan cucu Nabi sedemikian kejam. Tentunya para "manusia-manusia melampaui batas" seperti itu lebih merasa ringan tangannya untuk menganiaya dan membunuh selain cucu Nabi dengan cara-cara biadab dan kejam.

Dan kini banyak "manusia-manusia yang melampaui batas" era sekarang bertebaran di muka bumi. Dunia terlihat begitu menyilaukan di mata mereka, sehingga batas-batas -- baik secara hukum agama maupun hukum internasional -- yang sebenarnya jelas menjadi terlihat remang-remang. Dengan dalih sepihak, alasan yang dicari-cari atau propaganda dusta untuk menutupi keangkara murkaan mereka, dengan semena-mena begitu mudahnya mereka mengintervensi negara lain dan menumpahkan darah sesama manusia.

Semua ini tentunya menjadi peringatan bagi kita agar mewaspadai "manusia-manusia yang melampaui batas" itu. Kita sendiri pun harus sering-sering berintrospeksi agar tetap berada dalam batas-batas yang telah ditetapkan agama. Jangan sampai kita lengah dan melampaui batas-batas tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun