Indonesia adalah negara yang sangat terkenal dengan keragaman budayanya dan lebih dari 500 suku bangsa, dimana keragaman budaya mencerminkan status negara Indonesia yang luar biasa.Â
Dapat dilihat bahwa kepercayaan masyarakat  merupakan  akar dalam tumbuh dan berkembangnya kebudayaan nasional di Indonesia. Tanpa kepercayaan masyarakat, tidak akan ada ritual, kesenian, dan bahasa berbeda yang masih kuat dipraktikkan oleh masyarakat.Â
Budaya adalah cara hidup manusia yang berkembang  bersama  oleh nenek moyang kita dan diturunkan dari generasi ke generasi. Jadi, manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling terkait. Dimana, keyakinan adalah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sebagai acuan dan orientasi dalam standar kehidupan masyarakat. Â
Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi dengan budaya yang unik dan terkenal dengan budaya masyarakat Minangkabau. Ketika berbicara tentang masyarakat Minangkabau, mereka juga menemukan kelompok etnis yang latar belakang sejarah, adat istiadat, budaya, tradisi, agama, seni, pertunjukan, kepercayaan dan semua aspek kehidupan yang hidup di masyarakat (Nelri, 2018). Â
Upacara Tabuik, salah satu warisan budaya Minangkabau, adalah kegiatan upacara yang  berkembang di Pariaman dan berasal dari abad ke-19 M, dikaitkan dengan kelompok pertama orang partisan Syiah dari Indonesia. .Â
Sedemikian rupa sehingga pada tahun 1910 dibuat kesepakatan di antara para pemimpin suku tentang tradisi ini sehingga akan dikeluarkan kesepakatan untuk mengadakan upacara ini dengan adat dan budaya yang lazim di Minangkabau.Â
Tabuik sendiri berasal dari kata Arab "tabu" yang berarti kotak kayu. Tabut (peti mati kayu) dikenal sebagai tempat potongan tubuh Husain dibawa  ke surga dari Buraq, jadi untuk cerita ini dipalsukan bahwa buraq membawa peti kayu di punggungnya. Tabuik memiliki 2 jenis diantaranya 2 jenis yaitu Tabuik Pasa dan Subarang.
Perayaan festival Tabuik  pertama dari jenis Pasa, berlangsung di sekitar daerah selatan  sungai yang membelah kota, sampai ke tepi Gondariah. Sedangkan Tabuik Subarang terletak di sebelah utara Sunagi, bernama Kampung Jawa.  Upacara Tabuik di Sumatera Barat yang dikenal dengan Festival Tabuik Pariaman, merupakan  tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman.Â
Festival ini diadakan setiap tahun dari tanggal 1 hingga 10 Muharram untuk mengenang cucu Nabi Muhammad yang terbunuh, yaitu Husein bin Abi Thalib pada Pertempuran Padang Karbala yang bertepatan dengan hari 10 Oktober 61 Hijriyah  dengan 10 Oktober 680. setelah JC).
 Tabuik ini untuk memperingati perjuangan  Husein  membela agama. Upacara Tabuik ini terkenal dengan ritualnya dengan prosesi tabuik ke laut. Perayaan ini merupakan bukti yang dikemukakan dalam "teori Persia"  Amir Husen dan Hoesein Djajadinigrat, yang menurutnya Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi oleh orang Persia Syiah.Â
Namun teori ini memiliki kelemahan, Â pada saat itu Iran bukanlah pusat penyebaran Islam. Â Upacara Tabuik di Pariaman sebenarnya dimulai pada tanggal 1 Muharram yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam, namun mencapai puncaknya pada tanggal 10 Muharram. Â
Kadang-kadang orang yang tidak langsung menghadiri Tabuik  sering bertanya bagaimana jadinya, bagaimana cara membuatnya , bagaimana urutan ritualnya dan masih banyak lagi ritual lainnya. Jika dilihat, tabuik memiliki dua bagian, bagian bawah dan bagian atas dengan ketinggian 12 meter. Bagian atas merupakan peti mati berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan  beludru berwarna.Â
Di puncak menara terdapat hiasan berupa payung -- payung kecil yang diikat dengan tali. Sedangkan bagian bawahnya berbentuk badan kuda, bersayap, ekor dan kepala manusia.Â
Untuk bagiannya, itu melambangkan bentuk burung Buraq, yang konon membawa Husein ke surga untuk menghadap Tuhan Yang Maha Esa. Untuk  bagian atas dan bawah yang akan disatukan, potongan akan dikirim bersama - beberapa untuk dipasangkan. Dan berturut-turut - sayap, ekor, bunga - sembilan bunga  dan akhirnya kepala.
 Dalam ritual Tabuik ini ada 8 tahapan yang dikenal dengan ritual berurutan, ritual gempa pertama dilakukan pada tanggal 1 Muharram. Tanah diambil dan dimasukkan ke dalam pot yang ditutup dengan kain putih. Disimpan di Lalaga dan ditempatkan di pelataran Tabuik. Lalaga berukuran 33 meter dan dilapisi dengan paru-paru bambu kecil.Â
Ritual  selanjutnya adalah pemotongan batang pisang yang dilakukan pada tanggal 5 Muharram. Penebangan ini hanya dilakukan sekali dan harus segera ditebang, hal ini dianggap sebagai tindakan balas dendam oleh Husein atas kematian ayahnya. Ritual selanjutnya adalah Maarak Turban dan Maantam yang dilaksanakan pada tanggal 7 dan 8 Muharram. Sorban Maarak  Husein untuk menebar keberanian.Â
Sedangkan Maatam adalah sosok Imam Husain berjari yang diceraiberaikan dan dipenggal oleh tentara Raja Yazid. Puncaknya terjadi pada pukul 10.00 Muharram yang merupakan ritual berkuda Pangkek. Kemudian ada upacara hoyak Tabuik, dari sore hingga matahari terbenam, Tabuik diarak dan diapungkan ke laut Perayaan ini berlangsung dari tanggal 10 sampai dengan tanggal 15 Muharram. Â
Keunikan  Upacara Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat sangat terkenal dan banyak wisatawan yang datang berkunjung atau sekedar melihat bagaimana masyarakat Pariaman melakukan upacara tersebut.Â
Banyak pengunjung seperti  fotografer, mahasiswa, keluarga  dari luar daerah Pariaman,  pejabat  artis juga tidak mau ketinggalan saat ini. Karena setiap tahunnya, upacara tabuik masih memiliki puluhan ribu orang yang datang untuk menyaksikan pelemparan tabuik ke laut. Pada tahun 197 , pengelolaan Tabuik diambil alih oleh pemerintah daerah menjadi Tabuik Wisata.Â
Oleh karena itu, Kepala Dinas Pariwisata Pariaman mengatakan acara tabuik yang merupakan ciri budaya di Pariaman  akan menjadi program utama pariwisata. Â
Upacara Tabuik ini juga mendapat pro dan kontra dari masyarakat Sumatera Barat karena banyak  pendapat dari masyarakat lain tentang mana tradisi yang Syiah atau tidak. Karena  kita tahu bahwa upacara ini untuk merayakan hari Asyura yang sangat populer di kalangan Syiah di belahan dunia lain.Â
Banyak yang bilang itu  kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan agama tapi upacara ini juga merupakan ajaran syiah untuk merayakan  hari jadi, apalagi upacara itu hanya acara wisata yang membuat orang murtad yang memang menolak syiah di wilayah Pariaman.Â
Banyak Banyak yang tidak setuju dengan Tradisi Tabuik tersebut yang mereka anggap Tradisi syaiah yang bisa menjadi bagian dosa besar kepada Allah SWT, apabila mengikut sertakan dalam acara Tabuik tersebut.Â
Namun, Â Walikota Pariaman, Sumatera Barat menolak sangat tegas bahwa upacara ini tidak ikut aliran syiah, bahkan ujar beliau jika ada yang yang mengatakan masyarakat menganut aliran syiah itu jelas mereka merasa iri dengan kebudayaan daerah setempat. Pihaknya juga menegaskan bahwa Tabuik Pariaman tidak sama sekali ada kaitannya dengan Agama Islam, selain itu prosesnya juga tidak ada berbau agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H