Mohon tunggu...
ananda solikhah
ananda solikhah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Never Ever Giveup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abu Nawas Sang Sufi Jenaka

2 April 2022   05:27 Diperbarui: 2 April 2022   05:45 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biografi Abu Nawas

Abu Nawas atau pemilik nama asli Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami.Beliau lahir di kota Ahvaz,Iran pada tahun 747 M dengan darah Arab dan Persia yang mengalir dalam tubuh beliau. Ayahnya bernama Hani seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad,khalifah terakhir dinasti Umayyah di Damaskus,sedangkan ibunya adalah seorang penenun asal Persia bernama Jelleban atau Golban.Julukan Nawas diberikan kepadanya karena ia memiliki rambut yang ikal yang dalam bahasa arab memiliki arti Nuwas,sehingga ia dikenal dengan nama Abu Nawas.

Abu Nawas dikenal sebagai tokoh sufi yang tinggal di Baghdad pada masa khalifah Harun Al-Rasyid .Beliau dikenal dan digambarkan sebagai sosok yang bijaksana,cerdas,jenaka,cerdik,hidup dalam kesederhanaan,dan ilmu agama yang begitu luas dan dalam.Selain itu beliau juga dikenal sebagai salah satu tokoh penyair atau pujangga terbesar dalam dunia sastra arab klasik,selain dikenal sebagai penyair tersohor,dimana ia juga memberikan banyak pengaruh bagi generasi satrawan berikutnya seperti Omar Khayam dan Hafiz yang mana keduanya adalah penyair dari Persia

Perjalanan spiritual Abu Nawas dalam mencari hakikat tuhan dalam hidupnya sangatlah panjang,melalui proses dan kisah yang begitu panjang.Pada saat Abu nawas masih kecil,setelah ayahnya meninggal dunia,ibunya membawanya ke Bashra,Irak.Di Bashrah beliau belajar ilmu agama,meliputi ilmu Alqur'an,ilmu hadits,dan sastra arab .Abu Nawas remaja dikenal sebagai anak yang cerdas dan mampu menarik perhatian banyak orang hal tersebutlah  yang akhirnya membuat Abu Nawas bertemu dengan Walibah Ibnu Al-Hubab,seorang penulis puisi,yang merasa tertarik dengan Abu Nawas.

Setelah itu Walibah Ibnu Al-Hubab mengajari Abu Nawas menulis puisi dan mengajarinya untuk memeperdalam ilmu bahasanya.Selain belajar mengenai ilmu sastra dari Walibah,Abu Nawas juga pergi ke Kuffah untuk bertemu dengan orang orang Badui dengan tujuan memperhalus bahasanya dan memperdalam ilmu kesastraan yang telah dipelajarinya.Tidak lama setelah itu,setelah Abu Nawas belajar di Kuffah,ia akhirnya dikenal sebagai sustrawan yang cemerlang dan terkenal karena puisi puisinya yang jenaka dan lucu.Namun puisi Abu Nawas bukanlah puisi yang menceritakan tentang kehidupan dipadang pasir,melainkan beliau menulis puisi yang menggambarkan kehidupan dikota,tentang rasa bahagia saat meminum anggur,cinta,wanita,dan kehidupan yang penuh dengan kemewahan duniawi.Meskipun demikian,kemampuan Abu Nawas dalam menulis dan meciptakan puisi mampu menarik perhatia khalifah pada masa dinasti Abasiyah pada masa itu,yaitu Harun Al-Rasyid,yang kemudian melalui perantara musikus istana,Ishaq Al-Wauwsuli akhirnya beliau diangkat menjadi penyair istana (syairul bilad).Abu Nawas memiliki tugas untuk membuat puisi yang berisi pujian pujian bagi para khalifah. Hal itulah yang membuat Abu Nawas dekat dengan khalifah Harun Al-Rasyid.Akan tetapi pada suatu hari,pada saat Abu Nawas membacakan puisi tentang kafilah mudhar,yang akhirnya membuatnya dihum dan berakhir dipenjara karena membuat sang khalifah murka karena merasa tersinggung dengan isi puisi yang dibacakan Abu Nawas.

Pada saat dibalik jeruji besi inilah Abu Nawas berubah,jika awalnya ia banyak menciptakan puisi dan syair syair tentang hal hal yang berhubungan dengan kehidupan duniawi,maka sejak didalam penjara ini,Abu Nawas lebih banyak menciptakan dan menulis syair syair  yang menunjukkan kepasrahannya pada sang pencipta yaitu Allah SWT,tentang rasa penyesalan,taubat,dan ungkapan ketaatan yang tinggi.Hal inilah yang mengawali Abu Nawas kemudian dikenal sebagai tokoh sufi,Karena meskipun pada masa mudanya Abu Nawas pernah belajar ilmu agama namun pada masa mudanya beliau adalah bisa dikatakan jauh dari kata taat,Abu Nawas dimasa muda adalah orang yang menyukai pesta pora dan seorang peminum berat.Dan pada akhirnya melalui kejadian ia dimasukkan kedalam penjara inilah,beliau dapat menemukan hakikat tuhan dalam dirinya.

Salah satu syair ciptaan Abu Nawas yang sangat terkenal dan juga begitu indah ,mengenai rasa ketaatan pada tuhan yang begitu tinggi yang berbunyi

Ilaaahi lastu lil Firdausi ahlaan wa laa aqwaa alaa naaril jahiimi

Fa hablii taubatan wagfir dzunuubii fa innaka ghaafirudzambil azhimii

Dzunuubi mitslu a daadir rimaali fa hablii taubatan ya dzaljalaali

Wa umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii za idun kaifah timaali

Ilahii abdukal aashi ataaka muqirran bidzunubi aqad daaaka

Fa in taghfir fa nata lidzakaa ahlun wa in tathrud faman narjuu siwakaa

Artinya:

Wahai tuhanku,aku bukanlah ahli surge,namun aku tidak sanggup didalam neraka jahim.

Maka berikanlah aku ampunanmu dan ampunilah dosaku,sesungguhnya engaku maha pengampun dosa dosa besar.

Dosaku bagai bilangan pasir dipantai,maka berikanlah aku ampunan wahai tuhanku yang maha agung.

Usiaku berkurang setiap harinya,sedang dosaku bertambah,bagaimanakah aku dapat menanggungnya.

Wahai tuhanku,hambamu yang berbuat dosa telah datang kepadamu dengan mengakui segala dosa dosanya dan memohon ampunan kepadamu.

Maka jika engkau maha mengampuni,maka engkaulah yang berhak,jika engkau menolak,maka kepada siapa lagi aku berharap selain kepada engaku

Setelah membaca dan merenungkan makna syair yang begitu indah diatas kita dapat merasakan dan melihat begitu besarnya rasa penyesalan dan taubat atas segala perbuatan yang ia lakukan selama ini dilakukan dengan sunnguh sunnguh oleh seorang Abu Nawas.

Bahkan hingga masa tuanya,Abu Nawas hidup dalam kezuhudan,ia berfokus untuk mendekatkan dirinya dengan sang pencipta.Salah satu sahabatnya yaitu Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah memberikan kesaksian jika pada masa masa akhir usianya selalu diisi dengan kegiatan beribadah pada Allah SWT.Selain itu pada saat itu Abu Nawas juga menciptakan puisi puisi dengan tema pujian (Madah) bagi sang pencipta,suhud (zuhudiyah),bahaya meminum khamar (khumriyah),yang kemudian karya karyanya diterbitkan di Wina,Austria pada tahun 1885,Greifswald pada tahun 1861,Kairo Mesir pada tahun 1860,dan Beirut Lebnon pada tahun 1884.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun