Ilahii abdukal aashi ataaka muqirran bidzunubi aqad daaaka
Fa in taghfir fa nata lidzakaa ahlun wa in tathrud faman narjuu siwakaa
Artinya:
Wahai tuhanku,aku bukanlah ahli surge,namun aku tidak sanggup didalam neraka jahim.
Maka berikanlah aku ampunanmu dan ampunilah dosaku,sesungguhnya engaku maha pengampun dosa dosa besar.
Dosaku bagai bilangan pasir dipantai,maka berikanlah aku ampunan wahai tuhanku yang maha agung.
Usiaku berkurang setiap harinya,sedang dosaku bertambah,bagaimanakah aku dapat menanggungnya.
Wahai tuhanku,hambamu yang berbuat dosa telah datang kepadamu dengan mengakui segala dosa dosanya dan memohon ampunan kepadamu.
Maka jika engkau maha mengampuni,maka engkaulah yang berhak,jika engkau menolak,maka kepada siapa lagi aku berharap selain kepada engaku
Setelah membaca dan merenungkan makna syair yang begitu indah diatas kita dapat merasakan dan melihat begitu besarnya rasa penyesalan dan taubat atas segala perbuatan yang ia lakukan selama ini dilakukan dengan sunnguh sunnguh oleh seorang Abu Nawas.
Bahkan hingga masa tuanya,Abu Nawas hidup dalam kezuhudan,ia berfokus untuk mendekatkan dirinya dengan sang pencipta.Salah satu sahabatnya yaitu Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah memberikan kesaksian jika pada masa masa akhir usianya selalu diisi dengan kegiatan beribadah pada Allah SWT.Selain itu pada saat itu Abu Nawas juga menciptakan puisi puisi dengan tema pujian (Madah) bagi sang pencipta,suhud (zuhudiyah),bahaya meminum khamar (khumriyah),yang kemudian karya karyanya diterbitkan di Wina,Austria pada tahun 1885,Greifswald pada tahun 1861,Kairo Mesir pada tahun 1860,dan Beirut Lebnon pada tahun 1884.