Mohon tunggu...
Ananda Shofwan
Ananda Shofwan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Moch Shofwan Amrullah | Valar Morghulis, Valar Dohaeris

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Merawat Marwah dan Eksistensi Bumi Indonesia

11 Agustus 2020   14:15 Diperbarui: 18 Agustus 2020   19:18 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Manusia tidak punya pilihan lain kecuali menjaga Bumi, Karena Bumilah satu-satunya tempat kita hidup hingga saat ini. Kita tidak punya rencana lain atau plan B. Karena tidak ada planet B, hanya ada satu planet, Bumi" Siti Nurbaya, Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada peringatan Hari Bumi Nasional, 22 April 2018 di Kota Medan, Sumatra Utara.

Pada putaran usia yang kian menua, bumi kita masih cukup sabar memberikan ruang kehidupan untuk berjuta penghuninya. Dia begitu baik karena telah memberikan udara, air, dan makanan yang diperlukan oleh penduduk bumi, termasuk Indonesia.

Indonesia adalah 2% dari luas dunia, dan disanalah evolusi berlangsung dan menjadikan alam Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa.

Berdasarakan data yang dimiliki oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, hutan Indonesia memiliki luasan wilayah 138 juta hektar. dengan luasan tersebut, hutan Indonesia memiliki 1500 jenis flora, 142 species burung, dan 550 species mamalia darat, serta 243 species reptil. 

Selain kekayaan hayati di darat, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati di laut Indonesia yang luasanya mencapai 3,2 juta Km2. dengan luas tersebut, Indonesia memiliki 6 species penyu, 2500 species ikan laut, dan 75000 km2 luas terumbu karang, serta 30 species mamalia laut.

Sungguh luar biasa besar kekayaan alam bumi Indonesia atas keanekaragaman hayatinya. Belum lagi dengan kekayaan sumber daya energi dan mineral didalamnya seperti minyak bumi, batubara, nikel, timah, tembaga, emas dll, yang kesemuanya itu tersedia di bumi Indonesia tercinta ini.

Manusia dan peradabanya memberikan sumbangsih terbesar pada catatan panjang dari perubahan iklim dan pemanasan global dibumi. kekeringan, banjir, dan tanah longsor merupakan penanda perubahan iklim dan pemansan global.

Ketika sederet bencana itu datang harusnya kita pahami bersama bahwa itu adalah sebuah peringatan. Dan peringatan itu sudah berulangkali hadir dan semestinya kita dijadikan pijakan untuk memahami bumi dengan segenap persoalanya.

Seperti sebuah nadi, sungai yang mengalir merupakan pembawa pesan kehidupan. Dan pada sejuta ribu metrik ton air yang dialirkan untuk menggerakan ekosistem, manusia menggantungkan harapan hidupnya. Danau dan lingkunganya merupakan warisan terbaik untuk masa depan umat manusia. air pada danau yang terjaga adalah nafas ekosistem yang lestari.

Namun fakta-fakta hari ini berbeda, sungai banyak tercemat oleh limbah-limbah rumahan, limbah industri yang kesemuanya disebabkan oleh manusia. Demikian juga danau, banyak mengalami pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daratan yang disebabkan oleh banjir, demikian pula secara tidak langsung merupakan ulah perbuatan dari manusia. Dampak dari dua hal tersebut mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan ekosistem di sungai dan danau.

Laut yang kian meninggi dan ombak besar yang kerap menggerus wilayah pantai Indonesia, hingga beberapa pulau yang dimiliki Indonesia hilang, adalah penanda dari deretan panjang akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Saatnya penanda-penanda itu disikapi dengan bijaksana.

Kesejahteraan adalah hal penting, namun menjaga keseimbangan alam dan lingkungan adalah investasi besar untuk masa depan peradaban umat manusia bumi. Niat saja tidaklah cukup, diperlukan aksi nyata oleh semua pemangku kepentingan disertai itikad dan semangat para pemimpin.

Disini yang paling disorot dari pemangku kebijakan adalah Kementerian Lingkungan Hidup selaku pelaksana kebijakan pemerintah dalam menangani Lingkungan di bumi Indonesia, pemerintah harus memberikan program program yang berbasis menjaga keterawatan lingkungan dan tegas terhadap perusahaan perusahaan yang tidak ramah lingkungan serta memberikan edukasi dan kampanye terkait dengan lingkungan kepada oknum-oknum manusia yang gemar merusak lingkungan.

Pada akhirnya pemerintah pun tak dapat berbuat banyak untuk menjaga alam, dibutuhkan peranan lebih banyak dari organisasi-organisasi dan seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga dan merawat lingkungan. 

Dimulai dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya sampai dengan hal hal besar dengan melakukan reboisasi dan mengolah limbah pabrik.

Dengan begitu bumi kita akan terjaga dan tetap sehat dan kuat dalam menyelenggarakan kehidupan umat manusia. Saatnya kita bersama mengendalikan kerusakan ekosistem hari ini dan esok untuk masa depan bumi dan generasi penerus peradaban manusia.

"Memelihara lingkungan juga merupakan ibadah, karena sejatinya memelihara lingkungan adalam memelihara kehidupan" Dr. Dadang Rahmat Hidayat, penggiat lingkungan.

Oleh : Moch. Shofwan Amrullah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun