Ketika pancasila hanya menjadi dasar dan hanya sekedar di baca setiap upacara
Ketika pancasila hanya mejadi dialektika dalam dialog konsepsi di atas kertas
Ketika pancasila hanya di tutur lisan tanpa aksi apalagi reaksi
Ketika pancasila hanya menjadi hiasan dinding
Apa yang mau di harapkan dari pancasila?
Ketika pancasila hanya sekedar konsepsi coretan tanpa implementasi
Apa yang mau di mekarkan oleh pancasila?
Demokrasikah?
Tak kau rasakah sengal nafas demokrasi yang terlunta-lunta
Tolong, tolong, tolongg,,
“andai demokrasi punya mulut”
Siapa yang bisa merawat demokrasi? Tanyaku..
Pemilu katamu?
Hah, omong kosong pemilu bisa merawat demokrasi? pemilu tak lain hanyalah monopolistik apologi demokrasi
Lalu siapa? Apa Pemimpin yang akan mau di pilih nantinya yang akan merawat demokrasi? Heh,
Baru mencalon saja humanisnya sudah hilang. Cuman bisa lempar retorika sana sini . Lalu bagaimana bisa?
Atau generasi yang bisa merawat demokrasi?
Hah, generasi sekarang hanya terkungkung dalam gelombang kefasikan reformasi lantas sekarang di suguhi dengan santapan neo orde baru?
Malang kau pancasila, !
Degarkan aku pancasila, bangkitlah dari stagnasi kepedihanmu
Ku panggili namamu wahai pancasila
Yg lahir dari buah pikir generasi pemberani
Ku letakan abjad-abjad harapanku di lima silamu yg abadi
Yg takan pupus di telan larut gulita
Di antara rezim yang silih berganti
Kau masih menjadi pondasi yg tak terganti
Melodi nilaimu menjelma syair pengiring cahaya pagi
Aku berbangga, falsafah bangsaku buah pikir generasi suci
Pancasila leburkanlah kami dalam nurani melawan tirani
Lahirkanlah kembali generasi yang berbaik budi
Bukan malah habis-habisan meraih kursi
Lantas menjual idealis menghianati nilai
Mari melek pilkada serentak di resim kali ini
Perhatikan ambusius manusia-manusia yang haus tahta
Jangan berlaga fundamental membaca slogan
Jangan terlalu pragmatis berpura menganga hingga akhirnya memuja konspirasi
Banyak rupa yang dirupa-rupakan dalam kepura-puraan
Mereka membentuk peran untuk menarik mata
Hingga di antara kita hanya ikut dalam keikut-ikutan
Tanpa tahu makna, hanya tahu transaksi suara uang
Mari melek demokrasi pancasilais
Jaga idealismemu jangan sampai reformasi terbeli
Pancasila mengajari kita untuk memilih pemimpin dengan hati
Resapi bangsamu, jangan apatis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H