Tim Dosen Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (KK LBV FSRD ITB) yang terdiri dari Dr. Dana Waskita, S.S., M.App.Ling., Dr. Acep Iwan Saidi., M. Hum., Untari Gunta Pertawi, M.Pd., dan Evi Azizah Febriyanti, M. Hum. mengadakan kegiatan pelatihan kemampuan komunikasi bahasa Inggris dan promosi wisata lewat media sosial bagi pemandu wisata di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 24 Juli 2024.
Pelatihan komunikasi ini dilakukan mengingat Kepulauan Komodo kerap didatangi oleh berbagai macam wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara atau turis asing. Hal itu disampaikan oleh Dr. Dana Waskita, S.S., M.App.Ling., selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Pelatihan Komunikasi di Desa Pasir Panjang, Kepulauan Komodo.
"Kami ingin berbagi pengalaman kami mengenai cara berkomunikasi, terutama dalam bahasa Inggris karena Pulau Komodo menjadi salah satu tujuan utama wisata turis asing," ujar Dana Waskita dalam sambutannya. Sambutan kemudian disampaikan oleh Nurdin selaku Kepala Desa Pasir Panjang yang mengungkapkan bahwa pertemuan dan pelatihan ini merupakan rahmat dari Tuhan dan dapat memberikan manfaat terutama bagi pemandu wisata dari Desa Pasir Panjang.
Dalam melaksanakan pelatihan ini, Tim KK LBV FSRD ITB bekerjasama dengan Direktur Bumdes Pasir Panjang. Dari kerjasama tersebut, pelatihan ini berhasil menjaring kurang lebih 30 sampai 50 peserta yang terdiri dari pemandu wisata dan pelaku usaha di Desa Pasir Panjang, Kepulauan Komodo.
Acara dimulai dengan pemaparan dari Kuba Arisda selaku Ketua Komunitas Pemandu Wisata sekaligus pemandu wisata yang senior di Desa Pasir Panjang. Pemaparan Kuba dimoderatori oleh Dr. Acep Iwan Saidi., M. Hum. yang memulai pemaparannya dengan mengamini bahwa kemampuan bahasa Inggris menjadi salah satu hal penting yang perlu dimiliki pemandu wisata.
Kendati demikian, meskipun bahasa Inggris penting, pemandu wisata harus mengutamakan hospitality atau keramahtamahan. "Bahasa Inggris boleh bagus, tapi keramahtamahan dan etika yang paling utama. Meskipun kita harus aktif berbicara dan bertanya pada wisatawan, tetapi ada tiga hal yang tidak boleh kita tanyakan, yakni usia, nikah, dan agama," ujar Kuba.
Kuba juga mengatakan bahwa pemandu wisata perlu menjaga jarak serta etika dengan wisatawan. "Meskipun kita terbata-bata, kita sebagai pemandu wisata tidak perlu panik. Tetap senyum dan mencoba untuk ramah tamah karena wisatawan yang tidak berbahasa sama akan bisa mengerti juga kalau kita senyum," jelas Kuba.
Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan pematerian oleh Untari Gunta Pertiwi mengenai komunikasi efektif dalam bahasa Inggris. Untari memberikan teknik-teknik perkenalan diri dan cara yang efektif kepada turis. "Untuk memulai komunikasi yang efektif, kita pertama-tama memang perlu senyum. Nah, senyum ada juga tekniknya, yaitu 1-2-7. Satu dibuka bibir satu centi, dua ditarik dua bibir, 7 untuk 7 detik senyum," jelas Untari.
Untari selanjutnya menjelaskan bahwa inti dari komunikasi diperlukan setidaknya dua orang atau lebih yang berperan sebagai pengirim dan penerima. Dalam komunikasi, pengirim memiliki peranan penting dan merupakan fungsi utama dari pemandu wisata yang mengirim berbagai informasi kepada wisatawan.
"Sebagai pengirim, pemandu wisata harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan, verbal atau kejelasan suara, praverbal atau intonasi suara, lalu non-verbal atau gestur," papar Untari.Â
Pelatihan diakhiri dengan pemaparan dari Evi Azizah Febriyanti yang memaparkan materi tentang Promosi Wisata melalui Media Sosial. Evi menjelaskan bahwa media sosial memiliki peranan penting dalam mempromosikan destinasi wisata terutama melalui bentuk audio visual.
Namun, sebuah konten media sosial sebaiknya tidak dapat berdurasi lebih dari 8 detik mengingat pengguna media sosial yang cenderung memiliki durasi fokus yang sebentar. "Di era sekarang, orang yang menggunakan media sosial memiliki attention span yang sedikit. Oleh karena itu, kita sebagai orang yang hendak mempromosikan pariwisata perlu keahlian untuk membuat konten yang efektif," papar Evi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H