Berbicara tentang minat dan bakat, menurut saya hal ini bisa dideskripsikan sebagai lawan kata dari permanen. Mengapa permanen? Arti kata permanen menurut KBBI adalah hal yang bersifat tetap dan berlangsung lama. Sementara lawan kata permanen sendiri yakni fana, labil, dan goyah.Â
Bagi saya, menentukan minat dan bakat bukanlah suatu hal yang mudah. Minat dan bakat bukanlah hal yang menetap dan hanya terfokus pada satu titik fokus saja.
 Seperti lawan kata permanen, minat dan bakat itu fana, bisa berubah-ubah, bisa labil, dan bisa goyah. Sebenarnya, pencarian minat dan bakat bukanlah suatu hal yang membingungkan, pencarian minat dan bakat juga bukan hal yang menyulitkan.Â
Pencarian minat dan bakat akan saya dan kita semua lakukan sampai batas waktu yang tidak menentu. Wajar, apabila mungkin dari kita, saya sendiri contohnya masih berubah-ubah dalam menentukan minat dan bakat.
 Ada kutipan yang mengatakan bahwa "Lifelong Learning" yang bisa saya artikan bahwa, kita hidup adalah tempat dimana kita belajar. Sepanjang hidup kita, selama nyawa masih ada, dan detak jantung masih berdenyut, kesempatan itu adalah kesempatan kita untuk belajar.
Mengutip sebuah kalimat dari seseorang, ia mengatakan bahwa "A Full Time Learner" bisa kita artikan bahwa manusia adalah makhluk yang hidupnya dipenuhi dengan belajar dan menjadi pembelajar, dari situ kita bisa mengerti, kita bisa paham apa yang dimaksudkan dengan kehidupan ini, apa yang sedang kita jalani, apa tujuan kita, apa harapan kita, dari proses belajar juga dapat menentukan apa minat dan bakat kita.Â
Maka dari itu, izinkan saya untuk sedikit bercerita tentang minat dan bakat yang saya miliki selama umur 19 tahun ini.
Dimulai saat duduk di bangku Sekolah Dasar, saya bersekolah di SD Negeri Kandangan I Surabaya. Seorang anak SD pada waktu itu masih malu-malu untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, masih menangis apabila ditinggal Mama, harus ditunggu pada saat sekolah.Â
Tapi, saya waktu itu merasa percaya diri dan berani, sehingga membuat saya beda dari teman-teman SD saya waktu itu. Saya berani untuk ditinggal Mama saat pembelajaran di sekolah berlangsung. Dari situ, saya menjalani hari-hari di sekolah SD menjadi lebih nyaman dan kepercayaan diri meningkat.Â
Pada waktu kelas 3 SD, saya pertama kali ditunjuk sebagai ketua kelas. Teman-teman, guru-guru, juga wali kelas memberi kepercayaan kepada saya dan mereka juga mendukung saya atas hal itu. Kepercayaan untuk menjadi ketua kelas itu berlangsung hingga saya kelas 6 SD. Dari situlah, saya mulai dikenal oleh beberapa guru di sekolah.
Di saat saya kelas 5 SD, Ibu Siti Fatiroh, guru saya, menunjuk saya untuk mengikuti ajang perlombaan yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau. Saya waktu itu belum mengetahui lomba apa yang akan saya ikuti. Saya belum tahu banyak tentang Tunas Hijau dan perlombaan yang diselenggarakan. Di saat itu dilakukan seleksi antar sekolah terlebih dahulu oleh Ibu Siti Fatiroh, dari sekian anak yang beliau pilih yang berasal dari beberapa kelas, saya menjadi salah satunya yang lolos. Dari seleksi tersebut saya diberi tugas untuk membuat sebuah proyek lingkungan hidup. Proyek yang saya buat pada saat itu adalah Mengolah TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Menjadi Minuman yang Berkhasiat. TOGA yang saya pilih adalah jahe.Â
Disitu saya melakukan beberapa tahapan-tahapan seleksi yang cukup panjang, bukan hanya di tahap sekolah saja, tetapi sampai tingkat kota. Seleksi sekolah dilaksanakan oleh Ibu Siti Fatiroh selaku penanggung jawab pada saat itu. Sementara, untuk seleksi-seleksi berikutnya dilakukan oleh tim Tunas Hijau.Â
Saya juga melakukan sosialisasi-sosialisasi ke rumah-rumah warga, balai desa/balai RT/balai RW, atau ke tempat umum lainnya. Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan saya ikuti semua seleksinya. Tidak hanya seleksi, pada saat itu juga saya sempat melakukan tahap karantina untuk bisa lolos di tahap selanjutnya.
Dengan proyek yang saya miliki, saya akhirnya bisa sampai di tahap Grand Final Penganugerahan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2017. Alhamdulillah, saya bisa menjadi Top 40 Finalis Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2017.
Dari kurang lebih ada 300 siswa-siswi SD Se-Surabaya dan sekian puluh Sekolah Dasar yang ada di Surabaya, saya bisa menjadi salah satu yang terpilih dan membawa nama harum SD Negeri Kandangan I Surabaya.
Dari Pangput LH 2017 (Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2017) saya belajar banyak hal, pembelajaran, juga pengalaman. Dari Pangput LH 2017 saya belajar cara berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik, bukan hanya dengan orang yang seumuran dengan saya, namun juga dengan orang yang lebih tua, orang yang lebih muda, anak-anak, hingga lansia.Â
Dari Pangput LH saya belajar bahwa minat dan bakat harus dikembangkan sejak dini dan harus berani untuk mengeksplor banyak hal di luar sana.
Dari Pangput LH saya belajar bakat saya terdapat pada bakat verbal yaitu dapat menyampaikan kata-kata seperti berpidato maupun storytelling. Di saat SD juga saya sering mengikuti lomba-lomba membaca puisi dan berpidato. Baik itu membaca puisi individu maupun berkelompok. Alhamdulillah, saya pernah mendapat juara 1 dan juara 3 atas lomba-lomba tersebut.Â
Bakat verbal yang saya miliki, saya kira terasah karena hobi. Saya hobi menonton acara-acara televisi yang informatif, membaca berita, menonton film dokumenter, dan mendengarkan podcast.
Meskipun saya memiliki bakat verbal, tetapi minat saya terdapat pada kegiatan fisik. Pada saat saya SMP, saya memutuskan untuk mencoba hal baru dengan mengikuti ekstrakurikuler Paskibra.Â
Dengan ekstrakurikuler Paskibra tersebut saya jalani dengan tekun dan bersungguh-sungguh hingga saya menginjak bangku SMA, saya melanjutkan untuk mengikuti ekstrakurikuler Paskibra lagi.Â
Alhamdulillah, saat SMP pernah mendapat Juara Harapan  Lomba Keterampilan Baris-Berbaris LKBB MONOCROM 2020 Se-Jawa Timur dan pada saat SMA juga mengikuti perlombaan Paskibra dengan mendapat Juara 3 Caraka Lomba Keterampilan Baris-Berbaris Nusantara Cakti 2022 Se-Jawa Timur.
Seorang siswa yang sekarang telah menjadi mahasiswa, yang masih mencari-cari jati diri serta sejuta pengalaman, dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah jawaban ataupun sebuah cara di tempat barunya atas segala sesuatu yang sedang ia cari.Â
Semoga dengan masuknya saya di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga bisa menjadi pribadi yang lebih berkembang bukan hanya dari sisi akademik tapi juga non-akademik. Semoga FKp Unair bisa menjadi wadah untuk lahirnya calon-calon perawat yang berbakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H