Mohon tunggu...
Ananda Hemas Rajawali Wujaya
Ananda Hemas Rajawali Wujaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajahi Kesenian Tari Bantengan di Malang: Makna, Tradisi, dan Evolusi oleh Mahasiswa PMM UMM

28 Agustus 2024   11:37 Diperbarui: 28 Agustus 2024   12:38 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenian tradisional merupakan cerminan jiwa dan budaya suatu daerah, menyimpan nilai-nilai luhur dan pesan moral yang diwariskan turun temurun. Di Malang, Jawa Timur, salah satu kesenian tradisional yang masih lestari dan memikat perhatian adalah Tarian Bantengan. Lebih dari sekadar tontonan, Tarian Bantengan merupakan sebuah tradisi yang sarat makna, menyatukan masyarakat dalam sebuah perayaan budaya yang penuh semangat.

Asal Usul dan Sejarah Tarian Bantengan

Bantengan, sebagaimana namanya, merupakan tarian yang mengusung simbol banteng sebagai tokoh sentralnya. Asal usulnya masih menjadi perdebatan di kalangan ahli, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa tarian ini sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, bahkan mungkin lebih awal lagi.

Teori pertama menghubungkan Bantengan dengan tradisi "Suro" yang dirayakan di daerah Jawa Timur. Dalam tradisi ini, banteng dipercaya sebagai hewan suci yang dihormati dan dikaitkan dengan kekuatan dan kejantanan. Tarian Bantengan, menurut teori ini, merupakan representasi dari penghormatan terhadap banteng dan kekuatannya, yang diwujudkan dalam bentuk tarian yang penuh energi dan semangat.

Teori kedua melihat Bantengan sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap penindasan penguasa. Banteng, dalam konteks ini, menjadi simbol perlawanan dan keberanian rakyat melawan ketidakadilan. Tarian Bantengan, dengan gerakannya yang dinamis dan penuh energi, menjadi bentuk ekspresi perlawanan yang terselubung dalam seni, sebuah pesan yang disampaikan secara tersirat melalui gerakan dan simbolisme tarian.

Makna Filosofis dan Simbolisme Tarian Bantengan

Tarian Bantengan bukan sekadar tarian hiburan, melainkan juga mengandung simbolisme dan makna filosofis yang mendalam. Setiap elemen dalam tarian ini memiliki makna tersendiri, yang saling terkait dan membentuk sebuah pesan universal.

Banteng: Simbol kekuatan, kejantanan, dan keberanian. Dalam tarian, banteng digambarkan sebagai makhluk yang perkasa dan mampu mengalahkan musuh. Simbol ini melambangkan kekuatan dan ketahanan manusia dalam menghadapi tantangan hidup.

Penari: Merupakan representasi dari manusia yang memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Gerakan tarian yang dinamis dan penuh energi melambangkan semangat juang, tekad yang kuat, dan potensi manusia untuk mencapai cita-cita.

Musik: Irama musik yang mengiringi tarian Bantengan memiliki tempo yang cepat dan dinamis, melambangkan semangat dan kegembiraan. Musik juga berfungsi sebagai pengantar pesan dan nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan, seperti semangat gotong royong, persatuan, dan kebersamaan.

Topeng: Topeng yang dikenakan penari Bantengan memiliki berbagai macam bentuk dan warna, masing-masing memiliki makna tersendiri. Misalnya, topeng warna merah melambangkan keberanian dan semangat, sedangkan topeng warna hitam melambangkan kekuatan dan keteguhan. Topeng ini berfungsi sebagai simbol identitas dan karakter penari, sekaligus sebagai media untuk menyampaikan pesan moral.

Ritual dan Tradisi yang Melekat pada Tarian Bantengan

Tarian Bantengan biasanya dipertunjukkan dalam acara-acara adat, seperti pesta panen, pernikahan, atau perayaan hari besar keagamaan. Ritual dan tradisi yang melekat pada tarian ini menambah nilai sakral dan spiritual, memperkuat ikatan antara manusia dan alam, serta mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.

Ritual: Sebelum pertunjukan, para penari biasanya melakukan ritual khusus, seperti berdoa dan meminta restu kepada para leluhur. Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran pertunjukan, sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan kekuatan alam.

Tradisi: Tarian Bantengan juga diiringi dengan tradisi-tradisi unik, seperti "ngarak" (mengawal) banteng dan "ngedol" (menawarkan) makanan kepada banteng. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada banteng dan simbol dari rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

Perkembangan Tarian Bantengan di Malang: Adaptasi dan Inovasi

Seiring berjalannya waktu, Tarian Bantengan di Malang mengalami perkembangan dan adaptasi, menyesuaikan dengan dinamika zaman dan kebutuhan masyarakat.

Modernisasi: Tarian Bantengan modern lebih dinamis dan atraktif, dengan penambahan kostum dan properti yang lebih modern.

Kreativitas: Para seniman dan penari Bantengan terus berkreasi dan mengembangkan gerakan tarian yang lebih variatif, memperkaya tradisi dan menarik minat generasi muda.

Pelestarian: Upaya pelestarian Tarian Bantengan dilakukan melalui berbagai program, seperti pelatihan, workshop, dan festival. Program ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada generasi muda, memastikan kelestarian tradisi dan kebudayaan.

Tantangan dan Peluang dalam Melestarikan Tarian Bantengan

Meskipun Tarian Bantengan di Malang masih eksis, namun menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan eksistensinya, seperti:

Kurangnya minat generasi muda: Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya populer, sehingga minat terhadap kesenian tradisional seperti Bantengan menurun.

Perubahan gaya hidup: Perkembangan teknologi dan gaya hidup modern membuat masyarakat lebih mudah terdistraksi dan melupakan tradisi.

Keterbatasan sumber daya: Keterbatasan dana dan sumber daya manusia menjadi kendala dalam pengembangan dan pelestarian Tarian Bantengan.

Namun, di balik tantangan, terdapat peluang untuk mengembangkan Tarian Bantengan dan memperkenalkan kepada khalayak yang lebih luas:

Pemanfaatan media sosial: Media sosial dapat digunakan sebagai platform untuk mempromosikan dan memperkenalkan Tarian Bantengan kepada khalayak yang lebih luas, memperluas jangkauan dan meningkatkan apresiasi terhadap seni tradisional.

Kolaborasi dengan seniman muda: Kolaborasi dengan seniman muda dapat menghasilkan karya-karya inovatif yang menarik minat generasi muda, memperkenalkan tradisi dengan cara yang lebih relevan dan menarik.

Pengembangan pariwisata: Tarian Bantengan dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, meningkatkan nilai ekonomi dan memperkenalkan budaya lokal kepada dunia.

Kesimpulan

Tarian Bantengan di Malang merupakan warisan budaya yang berharga, sebuah cerminan nilai-nilai luhur dan semangat juang masyarakat Malang. Tarian ini bukan sekadar tontonan, melainkan juga sebuah bentuk ekspresi budaya yang sarat makna, mempererat ikatan sosial dan menjaga kelestarian tradisi. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan yang berkelanjutan, Tarian Bantengan dapat terus hidup dan berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dan menjadi bagian integral dari identitas budaya Malang.

Mahasiswa PMM UMM bersama Crew ikut serta Melestarikan Kesenian Bantengan
Mahasiswa PMM UMM bersama Crew ikut serta Melestarikan Kesenian Bantengan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun